Kamis, Juni 24, 2010

Agar saat Membaca (selalu) Menjadi saat yang Menyenangkan untuk si Kecil





Seiring bertambahnya usia si kecil, dimana ia sudah mengenal banyak hal dan bisa memilih keinginannya sendiri, bukan tidak mungkin aktivitas dibacakan buku menjadi pilihan terakhirnya atau bahkan mungkin si kecil menolaknya, seperti yang dilakukan putri saya Azka (2 tahun).   Azka tidak lagi antusias setiap kali saya membelikan buku baru dan bersiap membacakan atau memperlihatkan gambar-gambarnya.”Nggak mau!” teriaknya.”Nonton aja!”  ya, Azka bukan lagi bayi yang duduk manis dipangkuan saya dan mendengarkan dengan penuh minat buku yang saya  bacakan. 
Pilihan Azka untuk menonton dibanding mendengarkan saya membacakan buku tidaklah mengherankan karena gambar-gambar yang ditontonnya hidup-bergerak atraktif dan bisa dinikmatinya sambil tiduran.  Saya tidak menyangkal, bahwa tv khusus bayi dan balita yang ditontonnya  berkontribusi positif pada perkembangannya namun ia perlu stimulasi yang lain untuk mengoptimalkan perkembangannya. Mengajaknya main diluar rumah berinteraksi dengan alam dan teman sebaya atau membacakannya buku.  
Kenapa membacakan  buku pada si kecil begitu penting? Pertama, membacakan buku pada si kecil memperkuat kelekatan ibu dan si kecil. kedua, mengenalkan kosakata baru untuk si kecil. ketiga, meningkatkan kemampuan berbicara dan mengekspresikan pikirannya.
Beberapa mama beranggapan, bahkan berkeyakinan, membacakan buku sejak dini pada si kecil bisa membuatnya lebih cepat membaca, pintar dan jenius. Ada pula sebagian mama yang beranggapan membacakan buku pada si kecil sejak bayi (bahkan sejak masih dalam kandungan) sebagai sebuah tuntutan,”Jaman sekarang bayi baru berojol pun dituntut bisa baca,” komentar seorang mama dengan nada skeptis.
Mengutip yang ditulis Jim Trelease dalam bukunya yang berjudul The Read Loud Handbook; membacakan buku sejak dini pada anak tidak ditujukan untuk ‘menciptakan’ bayi super, tapi lebih sebagai usaha untuk membangun hubungan antara orang tua dan anak serta mengkontruksi ‘jembatan’ hubungan antara anak dan buku. Kelak, bila anak sudah siap, sebagai pembaca, ia akan menyebrangi  ‘jembatan’ itu.
Artinya, ketika   mama membacakan  buku pada si kecil janganlah menuntutnya untuk menjadi cepat bisa membaca dan menulis tapi buatlah suasana membacakan buku menjadi hal yang menyenangkan sehingga kelak keinginan si kecil  untuk bisa membaca akan muncul dengan sendirinya.
Lalu apa yang harus dilakukan ketika si kecil menolak dibacakan buku atau sekedar melihat gambarnya? Memaksanya tentu bukan pilihan bijak karena itu malah akan membuatnya menjadi trauma terhadap buku. Berikut beberapa tips dan trik berdasarkan pengalaman pribadi agar membaca selalu menjadi saat yang menyenangkan untuk si kecil;

1.       Pilih Waktu yang Tepat dan Posisi Nyaman
Mengalihkan perhatian si kecil dari tv  bukan hal mudah, namun bukan berarti tidak bisa dicoba. Saat si kecil nonton alihkan perhatiannya pada buku tanpa mematikan tv hanya mengecilkan suaranya. Tidak sedikit anak yang sudah mulai terbiasa menonton tv, ingin ditemani tv (tv menyala) saat sedang bermain. Suara-suara dari tv yang begitu familiar membuatnya nyaman.  Kebiasaan itu dapat hilang seiring berkurangnya intensitas si kecil menonton tv. Jika mama tidak berhasil mengalihkan perhatian si kecil dari tv jangan pernah memaksanya.

Pilih waktu yang paling baik yaitu saat si kecil bermanja-manja dengan mama atau saat hendak tidur. Saat hendak memulai membacakan buku, pastikan posisi si kecil cukup nyaman untuk mendengarkan. Menyandarkannya pada tumpukan bantal yang nyaman atau duduk di pangkuan mama.


2.       Be an Actor
Setiap anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan penuh imajinatif namun dengan daya tangkapnya yang masih terbatas mereka sangat senang melakukan, menonton, melihat atau mendengar sesuatu secara berulang-ulang. Jadi jika baru satu kali sebuah buku diperkenalkan pada si kecil dan dia tidak suka atau bahkan menolak, sebaiknya mama tidak buru-buru men judge bahwa buku tersebut tidak disukai si kecil.

Si kecil tidak akan suka jika mama membacakan buku dengan intonasi datar (seperti membacakan berita) karena belum setiap kata ia pahami maka ia sebenarnya memperhatikan intonasi dan ekspresi ibu saat membacakan buku. Karena dari ekpresi dan intonasi  yang ibu tunjukkan si kecil bisa menilai seberapa seru buku yang dibacakan mama. Mau tidak mau mama harus bisa memerankan karakter-karakter yang ada di buku yang mama bacakan. Jangan malu jika harus menandak-nandak atau menirukan berbagai macam suara binatang.

3.       Pilih Thema yang Diminati Si Kecil
Si kecil sudah beranjak besar dan mampu menentukan pilihan keinginannya namun belum semua keinginannya  bisa ia ucapkan jadi mama yang harus berinisiatif mencari tahu buku berthema apa yang sekiranya diminati si kecil. Luangkan waktu untuk melihat-lihat kembali buku koleksi si kecil dan coba ingat-ingat buku berthema apa yang paling diminati si kecil. Dongeng fabel kah? Cerita Barbie? Barney atau Ensiklopedi bergambar binatang seperti seri Dinosaurus atau Burung?  Dan masukkan thema buku yang serupa untuk budget buku baru si kecil bulan depan.

4.       Selain buku bergambar dua dimensi
Mungkin ini akan jadi ekperimen yang menyenangkan untuk si kecil, memberinya buku dengan banyak kejutan gambar di dalamnya.
a.       Buku bergambar tiga dimensi
Buku bergambar tiga dimensi ilustrasinya terlihat nyata dan hidup dengan kualitas warna sangat bagus, ketiga keunggulan ini selain membantu mengembangkan  imajinasi dan pemahaman anak terhadap isi cerita juga membuat si kecil tidak cepat bosa memelototi gambarnya.

b.      Buku berjendela
Beberapa gambar  dalam buku ini dibuat double. Satu gambar dibuat diatas sebuah kertas yang menutup  gambar di bawahnya. Dan lipatan kertas ini bisa dibuka tutup. Buku ini menuntun si kecil menemukan berbagai kejutan dalam  rangkaian cerita yang mama bacakan.  mama pun bisa mengajak si kecil untuk lebih terlibat aktif dalam aktivitas ini yaitu dengan cara meminta si kecil menebak gambar yang ada di bawahnya sebelum ia membukanya. Jangan lupa memberinya reward jika tebakannya benar.

c.       Lift the flap book
Buku ini bisa dibilang lebih seru dari buku berjendela. Gambar dalam buku model ini dilengkapi lipatan-lipatan kertas yang jika dibuka tutup memunculkan gambar dalam posisi berbeda. Misal, gambar seekor burung saat lipatannya dibuka, burung tersebut tengah namun saat lipatannya ditutup.
Ada beberapa lipatan yang lebih dari dua rangkap sehingga memunculkan lebih dari tiga gambar berbeda.

5.       Bernostalgia dengan buku masa kecilnya
Mama tentu tidak membuang koleksi buku saat si kecil masih bayi. Buku-buku dari kain yang lembut dan gambarnya timbul.
Sesekali perlihatkan buku lamanya dan  ajak si kecil membaca ulang sambil mengingatkan bahwa dulu ibu pernah membacakan buku ini untuknya dan betapa menyenangkannya saat itu.

Sama halnya dengan buku berjendela, membacakan dan memperlihatkan gambar buku Lift the flap book lebih rentan untuk disobek si kecil. Untuk itu beri pengertian pada si kecil untuk menyayangi dan merawat bukunya. Tunjukkan akibatnya jika ia merobek salah satu lipatannya  maka gambar yang dilihatnya tidak jelas bentuknya. JIka si kecil tetap ‘suka’ menyobek bukunya, sebaiknya hal itu jangan membuat mama lantas enggan membelikan atau membacakannya buku. Dengan semakin seringnya intensitas kita membacakan buku ia makin mengerti arti buku dan si kecil tidak lagi menyobek bukunya.
Menciptakan suasana mencintai dan membiasakan membaca buku yang dilakukan mama dan papa  adalah cara yang tak kalah efektif untuk menumbuhkan minat baca si kecil. Jika mama juga seorang mama bekerja diskusikan dan alih tugaskan keinginan mama   pada pengasuhnya karena waktu yang dihabiskan si kecil dengan pengasuhnya lebih banyak dari mama maka dialah yang lebih berperan. (rs)