Kamis, Oktober 15, 2009

Review dan diskusi buku The Forgotten Massacre

By : Rina S dan Hendi Johari
forgotten massacreJudul Buku : The Forgotten Massacre
Penulis : Peer Holm Jorgensen
Penerjemah : Ingrid Nimpoeno
Penerbit : Qonita (grup Mizan) Juni 2009
Halaman : 442

Akhir pekan kemarin saya mendapat kesempatan hadir di diskusi buku The Forgotten Massacre di Gramedia Gran Mall Indonesia. Sebuah novel fiksi yang ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya. Seorang pelaut berkebangsaan Denmark, Peer Holm Jorgensen. Selain penulisnya sendiri yang hadir pada diskusi itu hadir juga seorang sejarawan LIPI, Bapak Asvi Warman Adam.

Diskusi ini memang bukan sekedar mendiskusikan isi buku tapi kaitan sejarahnya. Ini membuktikan bahwa sastra tidak bisa tidak untuk terlibat dalam persoalan politik.

Pasca keruntuhan orde baru, pembicaraan mengenai tragedi 30 September 1965 bukan hal yang tabu atau masuk dalam katagori subversif. Bahkan beberapa buku dan hasil penelitian mengenai berbagai teori konspirasi dan kudeta ini telah diterbitkan. Ada yang berpendapat CIA lah yang bertanggung jawab terhadap tragedi ini. Ada juga yang menduga ini merupakan kudeta yang dirancang mantan presiden Soeharto. Atau dugaan yang menyebut skenario ini dibuat oleh Inggris dan Amerika yang bertujuan untuk menggulingkan Soekarno.Dengan begitu kemunculan novel karya Peer Holm Jorgensen ini tidak terlalu membuat ’greget’.

Mungkin akan sangat berbeda jika saja kemunculan novel ini saat orde baru masih berkuasa. Dan yang membedakan novel ini dengan novel-novel serupa (dengan latar pasca tragedi 30
September 1965) tak lain karena penulisnya seorang berkebangsaan asing (Denmark) yang memungkinkannya memberikan sudut pandang yang berbeda dan ditulis berdasarkan pengalaman pribadi.

Review Buku

Tokoh utama dalam novel ini seorang bernama Kasper, seorang asisten koki di sebuah kapal kargo. Sedari kecil Kasper bermimpi untuk bisa berlayar melintasi benua-benua. Dibenaknya ada Jens Bjerre dan Jorgen Bitsch, para penjelajah yang menceritakan ekspedisi-ekspedisinya. Mimpinya terwujud saat ia berusia 16 tahun.

September 1965. Kasper tiba di pelabuhan Tanjung Priok, Indonesia, dengan kapal Clementine. Bersamaan dengan itu perusahaan perkapalan memindahkan Kasper ke kapal lain. Kapal itu bernama Jessie. Selama menunggu kedatangan kapal barunya, Kasper menghabiskan waktunya di daratan dan pergi ke bar yang tak jauh dari situ, London Bar. Salah satu pramusajinya, Nadia, seorang gadis keturunan Belanda, menarik perhatiannya.

Kasper kembali bertemu dengan Jimmy, kenalan yang ditemuinya pertama kali saat kunjungan pertamanya ke Tanjung Priok September 1963. Kedekatannya dengan Nadia mulai terjalin setelah Kasper menolongnya dari kejahilan para pelaut Jerman. Sebagai imbalannya, Nadia merawat Kasper yang mengalami babak belur akibat pengeroyokan. Saat itulah Nadia mulai menceritakan siapa sebenarnya dirinya. Ayahnya seorang berkebangsaan Belanda yang dengan alasan studi kembali ke Belanda meninggalkan dirinya, yang saat itu berumur 2 tahun, beserta ibu dan neneknya. Saat berusia 14 tahun, ibunya meninggal karena kanker. Setelah itu ia tinggal bersama kerabatnya sebelum akhirnya bekerja sebagai pelayan Bar untuk menghidupi dirinya sendiri.

Perempuan yang kemudian diam-diam dia sukai itu ternyata sudah memiliki seorang pacar. Seorang pelaut berkebangsaan Jerman.


Inti novel ini selain bercerita tentang persahabatan antara Kasper dan Jimmy juga cintanya terhadap Nadia. Kita akan mengikuti pandangan Kasper mengenai kolonialisme dan pandangan orang kulit putih terhadap kulit berwarna. Ia menemukan kenyataan;
ada banyak tempat yang sangat makmur, dan pada saat yang sama ada banyak tempat yang sangat miskin hanya karena beberapa negara ingin merampok kekayaan negara lain dan memperoleh kekuasaan atas rakyatnya (hal 19).Seperti perumpamaan tentang Indonesia. Dalam pandangan Kasper Indonesia layaknya perempuan yang sudah tamat, dipakai lalu dibuang seperti pelacur tua di Shanghai. Pandangan yang tidak berlebihan mengingat eksploitasi yang dilakukan berabad-abad oleh Portugis, Belanda dan Inggris secara bergantian.

Melalui deskripsi persinggungan keseharian Kasper selama di Tanjung Priok dengan petugas pelabuhan, penyewa sepeda dan anak-anak yang mengemis-ngemis untuk meminta uang, membawakan payung atau mengipasi, pembaca dibawa membayangkan seperti apa Indonesia tahun 1965. Penulis mengisahkannya dengan tuturan objektif. Sekedar bagian dari sebuah cerita. Begitu pun saat Kasper menceritakan tentang pemeriksaan petugas dan atau tentara yang mencari barang berharga yang disembunyikannya. Mulanya Kasper mengira bahwa petugas memeriksa dengan melucuti semua baju dan disuruh (maaf) menungging adalah sekedar isu.


Novel setebal 442 halaman ini lebih banyak menceritakan pandangan Kasper tentang gejolak politik dunia yang terjadi saat itu. Komunis versus demokrasi liberal. Amerika versus Uni Sovyet. Dan posisi negaranya, Denmark, dalam percaturan politik pasca perang dunia itu. Dan simpul dari pandangannya itu akan terkait dengan masa kecilnya. Simpulan dan pencarian kebenaran sejarah yang selama ini ia alami dan dapatkan dari pelajaran sekolah. Membaca bagian ini agak melelahkan dengan sedikit diburu rasa penasaran, mencari puncak konflik cerita. Penulis terlalu panjang memberikan narasi ihwal pikiran dan pandangannya sendiri. Yang sedikit sekali hubungannya dengan inti cerita dari novel ini. Yang bisa dikatakan puncak konflik, menurut saya, sekaligus yang menarik benang merah dengan judul novel ini adalah saat Jimmy dibunuh begitu juga adik perempuannya, Sophia, sekaligus mengakhiri cerita novel ini.


Jimmy dan Sophia dibunuh di sungai gerong saat hendak menyebrang ke Palembang. Keduanya dituduh terlibat partai komunis hanya karena ikut gerakan pemuda komunis, sekedar untuk bisa berdansa setiap akhir pekan. Jimmy dan sophia di bunuh saat hendak sungai saat hendak Sedangkan kisah cinta Kasper sendiri terhadap Nadia berubah menjadi persahabatan walaupun Nadia dicampakkan pacarnya yang berkebangsaan Jerman.


Dalam novel ini bisa dikatakan, penulis (Peer Holm Jorgensen) secara tidak langsung berpendapat bahwa CIA lah dalang di balik tragedi ini. Dengan menempatkan beberapa bab berisi uraian dan percakapan anggota-anggota CIA, dengan tokoh utama Ed Rossen. Dalam bab – bab ini juga penulis menceritakan bagaimana skenario kudeta itu tercipta. CIA terlibat karena Indonesia dianggap berbahaya. Ideologi komunis yang diamini Soekarno memungkinkan komunis menyebar ke seluruh Asia Tenggara dan ide anti neokolin secara nyata akan menggangu roda perekonomian Amerika.


Perusahaan-perusahaan besar Amerika yang telah menanamkan modalnya di Indonesia – salah satunya perminyakan – dipaksa angkat kaki. Namun dicatatan ’latar belakang penulisan’ penulis tidak memberi penjelasan lebih tentang hal ini. Apa tokoh Ed Rossen sekedar khayalan? Apa konspirasi buatan CIA itu berdasarkan bukti?


Sebuah novel tetap novel yang tidak lepas dari imajinasi penulisnya. Sejauh mana kesamaan novel ini dengan bukti sejarah?


Berikut adalah hasil obrolan nyantai teman saya
Hendi Johari dengan sejarawan LIPI: Asvi Warman Adam, sesaat setelah diskusi buku selesai.

Bung Asvi, 11 tahun sudah Orde Baru tumbang, namun pemerintah yang berkuasa hari ini masih saja melanjutkan tradisi memperingati 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Komentar anda?

Ya pertama soal ini memang sangat kontroversial karena menurut saya 1 Oktober itu tidak ada hubungannya dengan kesaktian Pancasila. Bahwa itu dilakukan untuk mengenang 6 jenderal yang tewas,itu betul. Kedua, Presiden, Wakil Presiden atau para pejabat tinggi negara tidak wajib untuk datang ke Lubang Buaya karena mengacu kepada Surat Keputusan Menteri Utama Pertahanan dan Keamanan,Soeharto pada 29 September 1966 peringatan itu hanya diwajibkan khusus untuk seluruh kesatuan Angkatan Bersenjata tidak untuk di luar tentara.
Saat ini bagaimana seharusnya sikap pemerintah terhadap kejadian 39 tahun lalu tersebut?
Saya pikir pemerintah harus lebih adil dan berimbang. Bahwa kita harus mengutuk terbunuhnya 6 jenderal,saya setuju saja. Tapi terbunuhnya 500.000 rakyat Indonesia lainnya sesudah itu, saya pikir itu juga bukan suatu peristiwa yang lantas dilupakan begitu saja.
Ok kita masuk ke soal pembantaian itu.Sebenarnya jumlah yang riil itu berapa sih,Bung?
Banyak versi soal ini. Sarwo Edhie (Komandan RPKAD) menyebut angka 3 juta.Yang terkecil menyebut angka 78.000. Lalu Ben Anderson 500.000.Saya sendiri cenderung menilai angka 500.000 lebih realistis.
Dalam novelnya Peer menyebut-nyebut CIA sebagai pihak yang harus bertanggungjawab atas penjagalan tersebut…
Secara keseluruhan CIA bukan pemain tunggal dalam peristiwa itu. Ada negara lain juga seperti Inggris dan Australia. Tapi untuk soal pembantaian orang-orang PKI itu memang dalam sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat disebutkan bahwa mereka mengakui memberikan daftar nama-nama anggota PKI kepada pihak Angkatan Darat. Walapun jumlahnya hanya ribuan tidak sampai ratusan ribu. Lantas mengapa jadi 500.000? Karena dalam kenyataannya di lapangan banyak improvisasi, yang bukan PKI saja bisa dibantai.
Daerah mana saja yang saat itu menjadi ladang pembantaian?
Tentu saja Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali. Itu yang terbanyak. Sisanya terjadi di Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Aceh, dan Sulawesi Selatan.
Soal itu semua disebutkan dalam dokumen CIA?
Tidak. Enggak langsung CIA yang menyebutkan. Jadi begini,arsip-arsip itu merupakan hasil laporan para staff Kedubes AS di Jakarta pada 1965. Waktu itu Dubesnya Marshall Green. Saat era dia, jumlah staff kedutaan dikurangi hanya 40 dan itu hampir sepertiganya agen CIA.
Mungkin ada agen CIA yang berkulit coklat?
Mungkin saja itu
Beberapa waktu yang lalu bahkan disebut-sebut Adam Malik adalah salahsatunya?
Saya sudah bantah itu.Itu tidak benar karena hanya dikatakan oleh seorang Clyde McAvoy (mantan agen CIA di Jakarta).Hanya dia yang mengatakan itu.Terlebih sekarang dia pun sudah meninggal pula. Jadi dalam ilmu sejarah, pernyataan itu tidak bisa dipertanggungjawabkan karena dinilai hanya keterangan sepihak. Terlebih data tertulisnya pun tidak ada.
Lalu link yang menghubungkan antara CIA dengan AD apakah sudah terketahui?
Oh sudah.Kalau itu sudah.Salah satunya ya lewat Adam Malik itu. Amerika kan pernah ngasih duit 50 juta rupiah ke Angkatan Darat via sekretarisnya Adam Malik yang bernama Adiyatman.Tentu saja sepengetahuan Adam Malik.
Itu tidak cukup menjadi bukti bahwa Adam Malik sebagai agen CIA?
Ya tidak dong. Tapi bahwa dia menjadi penghubung CIA-AD:iya.
Mengapa CIA memilih Adam Malik?
Ya pertama secara ideologis Adam Malik yang Murba itu musuhnya PKI. Kedua, secara pribadi Adam Malik memiliki hubungan dekat dengan petinggi-petinggi Angkatan Darat.
Konon bantuan CIA pun sampai meliputi jaket-jaket yang dipakai anak-anak UI?
Ya itu kata Manai Sophian.Tapi saya pikir kalau dalam bentuk barang misalnya jaket enggalah. Kalau uangnya yang dibelikan jaket itu mungkin saja. Saat itu, Amerika selalu berusaha mendukung gerakan yang tujuannya menjatuhkan Soekarno.
Di arsip luar negeri Amerika Serikat pada 1965 disebut-sebut mereka memberi juga bantuan alat-alat komunikasi…
Ya itu memang betul.Jadi ada disebutkan bantuan alat-alat komunikasi kepada Indonesia sejumlah $ 2.000.000. Tapi pas menyebut detail alat komunikasi itu,tulisannya kok dihitamkan.Ini kan aneh,kalau alat komunikasi beneran kenapa harus dihitamkan? Wajar kalau lalu nalar saya bilang itu pastinya senjata karena enggak mungkinlah alat-alat komunikasi harganya sampai segitu.
Dalam peristiwa G30S, posisi PKI sendiri menurut anda bagaimana sebenarnya?
Dalam pidatonya di depan Sidang MPRS pada 1967, Bung Karno pernah mengatakan peristiwa G30S merupakan pertemuan 3 sebab: keblingernya pimpinan PKI dengan Biro Chususnya, subversi nekolim:Inggris,Australia dan Amerika Serikat serta adanya oknum yang tidak bertanggungjawab.Siapa? Bisa Soeharto, bisa Untung, bisa Latief. (hendijo)
Sejarah tak pernah mengenal kata akhir. Demikian kata Dominick LaCapra. Seolah mengamini kata-kata sejarawan Amerika itu, Peristiwa Gerakan 30 September atau Gerakan 1 Oktober 1965 pun tak pernah berhenti dibicarakan dan dibahas. Dan memang hingga kini tak ada kepastian sejarah siapa di balik kejadian berdarah 39 tahun lalu:orang terus mengira-ngira dan menganalisanya dengan berbagai teori dari waktu ke waktu.
Dalam pidatonya di depan Sidang MPRS pada 1967, Bung Karno pernah mengatakan peristiwa G30S merupakan pertemuan 3 sebab: keblingernya pimpinan PKI dengan Biro Chususnya, subversi nekolim:Inggris, Australia dan Amerika Serikat serta adanya oknum yang tidak bertanggungjawab.Siapa? Bisa Soeharto, bisa Untung, bisa Latief. (hendijo)
bedah buku
Juga di muat di :
http://baltyra.com/2009/10/13/the-forgotten-massacre/


Senin, September 14, 2009

Memaknai kembali Shadaqoh

oleh: rina s

Tulisan ini saya nukil dari sebuah buku berjudul Keajaiban Shodaqoh dengan penulis Muhammad Muhyidin. Semoga menjadi inspirasi untuk berbuat lebih baik di bulan mulia ini.

Perumpamaan shodaqoh seperti menanam di kebun. Pasti berbuah, kalaupun buahnya tidak lebat paling tidak berkembang. Ada juga yang mengumpamakan shodaqoh dengan memberi hutang. Hanya saja dalam hal ini, Allah swt yang akan melunasinya.

Shodaqoh dalam pengertian yang paling umum adalah memberi sesuatu kepada orang lain. Dalam pengertian ini agama-agama lain mengajarkan hal serupa, memberi. Tapi makna shodaqoh hanya ada dalam ajaran islam. Yang membedakannya adalah;
Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang telah beriman: ‘hendaklah mereka mendirikan sholat, menafkahkan sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi atapun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (QS. Ibrahim: 31)

Penulis menyebutnya sebagai pemiskinan makrifatullah, ketika seruan untuk bershodaqoh diiming-imingi keutamaan dan keajaibannya dan akhirnya orang melakukan shodaqoh agar memperoleh keutamaan atau keajaiban shodaqoh. Padahal tujuan shodaqoh adalah mendekati dan berada dekat dengan Allah swt. Hal ini terkait dengan kesimpulan dari beberapa hadits nabi Muhammad saw dan kisah para sahabat, yang menyebutkan empat keutamaan shodaqoh; Pertama, shodaqoh mengundang datangnya rejeki. Kedua, menolak bala, ketiga dapat menyembuhkan penyakit dan keempat shodaqoh dapat memanjangkan umur.

Adapun keutamaan atau keajaiban shodaqoh hanyalah efek dari ‘memberi’ yang kita lakukan. Tentunya efek ini hanya timbul jika kita ‘memberi’ dengan benar, yaitu disertai ketulusan dan keikhlasan. Efek ini dapat diperoleh tanpa memandang apakah seorang muslim atau bukan yang melakukannya. Banyak kita dengar atau membaca kisah keajaiban shodaqoh – dalam hal ini memberi – yang dilakukan orang-orang non muslim dan mereka mendapat keajaiban itu. Keajaiban shodaqoh itu juga tercermin dalam ungkapan – ungkapan mereka. Salah satunya yang pernah diungkap Henry Ford Sr......’sesungguhnya sukses dimulai dari memberi.’ Ini terkait dengan sifat ar-Rahman dan ar-Rahim Allah swt. Dengan ar-Rahman-Nya, Allah memanjangkan rejeki, memanjangkan umur, menyelamatkan dari bencana dan menyembuhkan penyakit. Ar-Rahman diberikan Allah swt pada semua makhluk tanpa memandang islam atau bukan . Sedangkan ar-Rahim hanya diberikan Allah swt kepada orang beriman dan bertaqwa (muslim) kelak di akhirat.

Ada istilah yang disebut penulis dengan ‘seni bershodaqoh yang keliru’, yang menyebabkan shodaqoh tidak memberikan dampak spiritual dan sosial pada pemberi maupun penerima shodaqoh.

Seni bershodaqoh yang keliru (1), Memuat tujuh kekeliruan dalam hal cara menyampaikan shodaqoh. Diantaranya memberi shodaqoh karena lebih bukan yang baik. Disadari atau tidak, hal ini yang dipahami masyarakat luas ketika menyebut perintah shadoqoh. Hak heran kita sering mendengar ungkapan, “Boro-boro shodaqoh mas, buat makan aja susah.” Atau memberikan sesuatu yang dinilai pemiliknya tidak layak pakai, alias barang bekas. Atau memberi ‘sisa’. Sisa masakan kemarin untuk pembantu atau tetangga yang dinilai tidak mampu. Padahal seruan bershodaqoh adalah memberi yang baik. Ukuran besar, kecil, sedikit atau banyak disesuaikan kemampuan.

Seni bershodaqoh yang keliru (2), berkaitan dengan tujuan shodaqoh. Satu diantara tujuh kekeliruan itu adalah berharap balasan. Disadari atau tidak, dengan bahasa lugas atau tersirat. Seperti mengharapkan ucapan terima kasih sehingga saat si penerima shodaqoh tidak berterima kasih, pemberi shadaqoh menggerutu. ”kok gak bilang terima kasih sich.”


Empat bab selanjutnya dalam buku ini, membahas logika dari empat keajaiban shodaqoh yang telah disebutkan di atas. Seperti kaitan shodaqoh dan rejeki. Penulis mengumpamakan pemberi shodaqoh seorang guru dan penerima shodaqoh sebagai muridnya. Dengan logika, guru yang mengajarkan ilmu kepada muridnya tidak membuat ilmunya berkurang sebaliknya malah bertambah. Begitupun shadoqoh yang diberikan tidak akan membuat harta berkurang.

Shodaqoh tidak sekedar memberi. Dalam ajaran islam, shadaqoh adalah perintah dari Allah swt dan harus dilakukan karena Allah swt.

Jumat, Agustus 21, 2009

Dreams from My Father


Barack Obama in Story of Race and Inheritance
Judul Buku : Dreams from My Father
Penulis : Barack Obama
Penerjemah : Miftahul Jannah Saleh dkk
Penerbit : Mizan, Mei 2009
Halaman : 493
Peresensi : Rina Susanti

Buku ini menjawab keingintahuan saya tentang Barack Obama, seorang kulit hitam pertma yang memimpin negara adidaya, Amerika. Seorang dari golongan minoritas yang kerap terdiskriminasi memimpin kaum mayoritas yang dulu mendiskriminasikannya. Dan salah satu sosok di balik kesuksesannya adalah Ann Dunham, ibunya. Berkat peran dan usaha keras ibunya Barry (nama kecil Barack Obama) mendapat pendidikan terbaik. Berkat dukungan ibunya, Barry berhasil mengatasi masa-masa sulit pencarian jadi dirinya berkaitan dengan diskriminasi yang dialaminya karena berkulit hitam. Benar-beanar seorang ibu yang inspiratif. Seperti sebuah pepatah, tidak ada sebuah kalimat pun yang mampu menggambarkan kekuatan, kewibawaan dan keteguhan seorang ibu.
Buku ini ditulis Barack Obama tahun 1995, setelah terpilih sebagai president kulit hitam pertama di Harvard Law Review, sebuah terbitan berkala tentang hukum. Seiring popularitasnya, terpilih menjadi senator Amerika, buku ini dirilis ulang tahun 2004 dengan tambahan kata pengantar dari Barack Obama sendiri. Dan saya mencoba merensesikan buku ini.


Buku ini dibagi dalam tiga bab besar; Asal-usul, Chicago dan Kenya.



Asal-usul

Bab ini menceritakan masa kecil sampai remaja Barack Obama.



Kulit hitam dan diskriminasi. Perasaan dan kegelisahan akibat dua kata itu pertama kali muncul ketika Barry (panggilan Barack Obama) secara tak sengaja membaca sebuah majalah Life diperpustakaan kedutaan Amerika, saat pertama kali datang ke Indonesia.…lelaki itu menerima perawatan kimiawi, artikel tersebut menjelaskan, untuk mengurangi corak kulitnya. Dia telah membayar untuk perawatan itu dengan uangnya sendiri. Dia menyatakan penyesalan karena mencoba untuk untuk menyamarkan dirinya sebagai seorang kulit putih, merasa menyesal betapa semuanya berubah menjadi amat buruk. Namun, hal itu tidak dapat dikembalikan lagi. Ada ribuan orang seperti dirinya, lelaki dan perempuan berkulit hitam di Amerika yang akan menjalani perawatan serupa demi menanggapi iklan-iklan yang menjanjikan kebahagiaan sebagai seorang berkulit putih. (hal 52) Selesai membaca itu, Barry ketakutan sehingga tak dapat bersuara. Apakah ibuku mengetahui hal itu? Pikirnya. Sebelumnya tak pernah terekam dalam benaknya bahwa dirinya berbeda, dia berkulit hitam dan ibunya berkulit putih.



Terlahir dari miscegenation (perkawinan antar ras), seorang perempuan Amerika (Kansas) dan lelaki berkebangsaan Kenya. Dan dinamai sama dengan nama Ayahnya, Barack Obama. Barry juga mewarisi kecerdasan yang dimiliki Ayahnya. Saat umurnya 2 tahun, ayahnya meninggalkan Barry dan ibu nya, untuk kembali ke negaranya, mengabdi pada benuanya.



Melalui potongan cerita kakek, nenek dan ibunya, tentang keluarganya yang berpindah-pindah sampai akhirnya menetap di Hawaii. Dan potongan cerita tentang Ayahnya, Barry mencoba menarik garis asal usul keberadaannya dan menduga-duga pemikiran kedua orangtua dari ibunya yang membiarkan putrinya menikahi seorang kulit hitam. Menikah pada tahun-tahun di mana perkawinan antar ras dianggap sebagai kejahatan. Dimana ada aturan tak tertulis yang mengatur agar orang kulit putih berhubungan seminimal mungkin dengan ras-ras tertentu. Termasuk dalam transaksi perdagangan dan pergaulan sosial. Tapi pada akhirnya waktu yang membuat ’rasa kemalangan’ berubah menjadi kebanggaan. Ada kekaguman dibalik setiap cerita kakeknya tentang sosok Ayahnya. ”Ada satu hal yang dapat kau pelajari dari ayahmu,”ujar kakeknya. ”Percaya diri. Rahasia kesuksesan manusia.”



Pernikahan ibunya, Ann Dunham, yang kedua kalinya dengan seorang pemuda Indonesia, Lolo, mengantarkan Barry merasai tinggal di Indonesia. Walaupun tinggal di negeri asing dengan kurun waktu yang relatif singkat, tidak membuat Barry kehilangan keceriaan dan kenakalan khas seorang anak laki-laki seusianya (hal 59). Lolo menganggap Barry sebagai anaknya namun begitu ada jarak di antara mereka. Barry menyebutnya dengan istilah kepercayaan antarpria. Perbincangannya dengan Lolo tentang banyak hal sedikit banyak mempengaruhi pandangannya tentang kehidupan. Termasuk ingatan tentang kemiskinan, kekuasaan, korupsi dan ketidakjujuran yang dilihatnya selama ia tinggal di Indonesia.



Saat Barry tinggal dan sekolah di Indonesia dan ibunya tidak mampu menyekolahkannya ke sekolah internasional karena itu Ann Dunham melengkapi pendidikan Barry dengan pelajaran-pelajaran dari kursus korespondensi di Amerika.

’sekarang upaya ibuku berlipat ganda. Selama lima hari dalam seminggu, dia datang ke kamarku pukul empat dini hari, memaksaku menyantap sarapan, dan melanjutkannya dengan mengajariku pelajaran bahasa inggris selama tiga jam sebelum pergi sekolah dan dia berangkat kerja’ (hal 72)’


Setelah melengkapi pendidikan Barry di tanah air dengan pelajaran dari kursus korepondensi AS, Barry kembali ke Hawaii dan sekolah di Akademi Punahou. Sebuah sekolah yang cukup bergengsi di Hawaii. Tak lama ibunya bercerai dengan Lolo dan menyusulnya ke Hawaii dengan adik perempuan hasil pernikahannya dengan Lolo, Maya.



Kepindahannya kembali ke Hawaii menjadi babak baru bagi kehidupan Barry. Mulai munculnya kegelisahan akibat ia berkulit hitam dan ada perlakuan berbeda karenanya.

Menginjak remaja kegelisahan itu berubah menjadi rasa frustasi dan skeptis. Ia marah dan bingung dengan identitasnya. Tapi ia tak dapat melampiaskannya, ia tidak bisa membenci orang kulit putih, yang selama ini mendiskriminasikannya, karena ibunya, kakek dan neneknya berkulit putih dan mereka menyayangi dan selalu berusaha melindungi perasaannya sejak ia kecil bahkan membanggakannya. Barry melampiaskan rasa frustasi dan kebingungannya dengan minum–minuman keras dan ganja. Sebuah proses pencarian jati diri. Namun berkat dukungan ibunya, Barry berhasil melewati itu semua.


Chicago

Bab yang menceritakan aktivitas Obama sebagai Penggalangan masyarakat (community organizer). Pada mulanya hanya sekedar gagasan yang datang dan pergi perihal keinginannya menjadi aktivis penggalangan masyarakat. Namun rencana pertemuannya dengan Auma (adik dari ibu yang berbeda) yang gagal membuat Barry yakin dengan pilihannya untuk menjadi aktivis. Meninggalkan kemapanan sebagai karyawan di sebuah lembaga konsultan untuk perusahaan–perusahaan multinasional.

Karena yang diharapkan dari kedatangan Auma bukan sekedar pertemuan tapi jawaban atas kegelisahan terhadap keberadaan dirinya. Kulit hitam, Kenya dan Ayahnya.



Menggerakkan kaum miskin dan penyumbang pada masyarakat karena perubahan akan muncul dari massa akar rumput yang diberdayakan, itulah pandangan politik Barry perihal penggalangan masyarakat. Ia mendatangi rumah mereka satu persatu dan mendengarkan keluhan mereka, menggalang massa, sampai menuntut walikota untuk membongkar asbes apartment yang terbuat dari bahan yang dapat mengganggu kesehatan.

Aktivitas yang membuatnya mengenal lebih dekat permasalahan kaum miskin dan kulit berwarna; Diskriminasi, sikap skeptis, stereotif yang negatif yang melekat pada orang kulit hitam, pengangguran dan fasilitas publik yang rusak.



Dan aktivitas inilah yang mengawali karir politiknya dengan menggusung ide perubahan.



Kenya

Bab ini menjawab keingintahuan saya soal keluarga Barack Obama di Kenya tanah kelahiran ayahnya. Obama melakukan perjalanan ke Afrika sebelum ia masuk kuliah di Harvard. Perjalanan yang merupakan upaya Obama mencari akar dan budaya keluarganya. Di sini Obama bertemu dengan adik-adik tirinya, paman, bibi dan neneknya. Melalui cerita neneknya, ia menjadi tahu silsilah keluarga besarnya, didikan dan karakter keras kakeknya yang menempa ayah Obama sehingga bisa mewujudkan impiannya sekolah di Amerika. Ia pun jadi tahu, prinsip yang dipegang teguh ayahnya yang membuat karirnya dipemerintahan hancur. Rangkaian ceita ini membuatnya merasa ia lebih mengenal Ayah dan mimpi-mimpi yang diwariskannya.



Di sini juga, Obama mulai mengerti arti dan nilai sebuah keluarga. Bukan sekedar rantai genetik atau konstruksi sosial.



Buku yang sangat detail penuturkan pergulatan pemikiran Obama. Dengan tuturan berbentuk percakapan dan deskripsi yang baik membuat buku ini jauh dari kesan kaku layaknya sebuah biography. Saya memerlukan keseriusan untuk bisa memahaminya malah kadang terasa melelahkan membacanya, mungkin karena saya lebih terbiasa membaca buku dengan bahasa dan gagasan sederhana. Tapi kelelahan itu terbayar dengan apa yang saya dapatkan setelah membaca buku ini. Bagaimana sebuah harapan dan mimpi besar bisa terwujud. Dan satu hal lagi yang saya pelajari, berpikir. Yang membedakan orang besar dan orang biasa adalah caranya berpikir dan selalu berpikir untuk mencari jawaban dari kegelisahan akibat ketidaktahuan dan kebingungannya. Dan dari berpikirlah sebuah gagasan besar timbul.



Buku ini menjadi bestseller versi New York Times dan meraih British Book Award 2009 katagori Biography Terbaik. Saya setuju dengan komentar yang diberikan Toni Morrison, pemenang nobel sastra, bahwa ini adalah ’buku yang luar biasa dan unik.’



Semoga buku ini menginspirasi banyak orang di Indonesia termasuk para mama. Bahwa peran seorang mama sangat menentukan keberhasilan seorang anak kelak. Menentukan karakter, kepribadian dan pola pikir yang kelak dimilikinya.


Note : Warna font baru (sebagai sample - lihat di polling di side bar kanan)