Sabtu, Oktober 31, 2015

Kami tetap menyayangimu Kelinci Kecil



Judul Buku : Kami Tetap Menyayangimu Kelinci Kecil
Penulis        : Denia Putri Prameswari
Penerbit      : Arkea Books
Tahun          : September 2015
Hal                : 20













Suatu hari si sulung saya pernah bertanya,"Ma, kenapa Abi dan Mommynya Arsel rumahnya beda." Arsel adalah tetangga kami dan teman main si sulung.

"Iya, mereka tinggal tidak serumah."
"Kenapa?"
Ehm. awalnya agak bingung, mau jawab bercerai pasti si sulung nanya lagi. kalau tidak jawab, pasti nanya lagi dan lagi. Sama aja hehhe.
"Mereka bercerai, jadi harus pisah rumah,"
"Kenapa?"
"Mama tidak tahu, mungkin ada masalah dan kita tidak berhak tahu."

Buku ini, yang pertama kali saya bacakan minggu lalu, memberi penjelasan lebih banyak mengenai kata cerai pada si sulung. Dengan bahasa sederhana dan mudah di pahami anak-anak. 

Buku cerita memang media yang sangat baik untuk menyampaikan hal berat pada anak, menjadi mudah dipahami dan menanamkan sikap empati. Bukan tidak mungkin di sekolah, si kecil kita memiliki teman yang orangtuanya bercerai, melalui buku ini, ia jadi tahu bagaimana seharusnya bersikap terhadap temannya.

Tokoh dalam buku ini adalah Kelik si kelinci kecil. Rutinitasnya berubah sejak Ayah dan Ibunya memutuskan bercerai. Begitupun perasaannya, Kelik merasa bingung, sedih, marah, takut dan kadang malu.

Ayah dan Ibu menjelaskan bahwa bercerai artinya Ayah dan Ibu Kelik tidak akan tinggal serumah lagi. Ayah akan pergi dan tinggal di rumah lain, sedangkan Ibu tetap tinggal di rumah ini bersama Kelik.

Setiap hari  pada hari jumat, sabtu dan minggu, Kelik dapat tinggal di rumah Ayahnya. Artinya, Ayah akan tetap menemaninya berenang pada hari minggu, sama seperti sebelum bercerai. Dan Ibu tetap mengajaknya belanja setiap sore.

Pada hari spesial seperti ulang tahun Kelik akan merayakannya bersama Ayah dan Ibu.


Kelik jadi tahu dan merasakan, kasih sayang Ayah dan Ibu tidak berubah sedikitpun meskipun kini mereka bercerai. Seperti kata Ayah dan Ibu, “Kami tetap menyayangimu, Kelik kelinci kecil.”


Sedikit mengenai penulis buku ini;

Denia Putri Prameswari adalah seorang magister psikolog terapan dan kini mengelola sekolah bernama Sekolah Bunga Matahari. mengenainya bisa juga di lihat di www.deniaputri.com.



Senin, Juli 27, 2015

Mini Ensiklopedia MP-ASI SEHAT



Judul Buku          : Mini Ensiklopedia MP-ASI SEHAT
Penulis                : Tim Admin Homemade Healty Baby Food (HHBF)*
Penerbit              : PandaMedia, imprint Gagas Media
Tahun                 : 2015
Hal                      : 247
ISBN                   : 978-979-780-800-6










Mini Ensiklopedia MP-ASI SEHAT

Banyak para Mama yang kini memasak sendiri makanan pendamping ASI nya alias tidak instan, alasannya agar lebih sehat  karena tidak ada penambahan gula, garam, penyedap rasa (MSG) dan pengawet. Selain itu MP-ASI rumahan juga lebih hemat, bahan mudah di dapat, variatif dan sehat alami.

MP-ASI di kenalkan pada bayi usia 6 bulan setelah lulus ASI ekslusif alasannya karena pada usia ini sistem pencernaan bayi sudah berkembang lebih baik dan siap menerima makanan selain ASI.  Sedangkan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan agar bayi mendapat gizi sempurna dari ASI yang mengandung imunitas.

Ada beberapa resiko jika bayi di berikan MP-ASI di bawah usia 6 bulan diantaranya terganggunya sistem pencernaan bayi karena sistem pencernaannya belum siap menerima makanan selain ASI. Akibatnya bayi beresiko mengalami konstipasi, kembung dan mual. Pada usia di bawah 6 bulan enzim amilase dan lipase, enzim pemecah karbohidrat dan lemak jumlahnya belum banyak.

WHO merekomendasikan MP-ASI di buat dari makanan sehat alami dan bervariasi untuk memenuhi kriteria gizi seimbang.

kenapa MP-ASI sebaiknya tanpa gula dan garam?  Bayi membutuhkan gula dan garam dalam jumlah sedikit dan itu sudah terpenuhi dari ASI dan sumber makanan MP-ASI seperti sayuran, buah, sumber  karbohidrat lemak dan protein.

Agar MP-ASI tak terasa hambar dan tetap enak tambahkan bumbu dan rempah dalam olahan MP-ASI. Dan sebagai negara tropis, kita patut bersyukur dengan beragamnya bumbu dan rempah yang mudah di dapat. Bumbu dan rempah apa saja, bagaimana takarannya? Apa manfaatnya selain menambah rasa? Semuanya di ulas tuntas di bab Bumbu hal 24 buku ini.
Trend pola makana dengan  food combining mulai merambah MP-ASI. Apakah benar FC bisa diterapkan pada MP-ASI?

Pola FC tidak dianjurkan diterapkan pada anak dan remaja dalam masa pertumbuhan. Karena dalam masa pertumbuhan bayi dan anak memerlukan kebutuhan protein tinggi dan dalam satu porsi harus mengandung nutrisi yang lengkap sesuai rekomendasi panduan MP-Asi WHO.

Namun begitu pola FC dapat di adaptasi berdasarkan pakar gizi Wied Harry. Adaptasi pola FC di terapkan untuk mengenalkan beragam makanan pada bayi secara bertahap (hal 54).
Peralatan untuk mengolah dan membuat MP-ASI dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan yang ada di rumah, pada intinya harus di olah dengan cara sehat dan tingkat kehalusan makanan di sesuaikan usia bayi.

Selain pengolahan yang sehat harus di perhatikan juga cara penyimpanan karena biasanya para Mama membuat MP-ASI untuk beberapa kali makan dengan alasan kepraktisan dan hemat waktu.

Karena sistem percernaan dan reaksi bayi masih sensitif dan rentan terhadap beberapa makanan, makan Ibu sebaiknya mengenal jenis sumber MP-ASI dan kemungkinan reaksinya pada bayi. Misalnya, kapan sebaiknya di kenalkan pada olahan seafood dan kacang-kacangan karena kedua makanan ini paling banyak pemicu alergi pada beberapa bayi. Mengenai  sumber makanan MP-ASI di bahas secara lengkap di bab sumber bahan-bahan MP-ASI hal 100.

Sesuai judulnya sebagai mini ensiklopedia MP-ASI, buku ini berisi panduan lengkap mengenai MP-ASI rumahan, dari pengenalan mengenai MP-ASI yang di rekomendasikan WHO berikut alasannya, fungsi peralatan masak dalam menyiapkan MP-ASI, cara pengolahan, penyimpanan , penyajian dan resep. Yap, di bagian akhir buku ini ada beberapa resep yang bisa di contek. Resepnya bervariasi dan mudah di praktikkan. Tulisan dalam setiap bab di sertai daftar referensi.

Menurut saya kemasan buku ini cukup luxs, kertasnya tebal, mengkilap, gambar dan fotonya berwarna. Ilustrasi bukunya juga menarik. Bagaimanapun menampilan buku alias kalau eye catching, selalu menjadi daya tarik tersendiri untuk semangat membaca bukan?

Recommend buat Moms yang siap atau sedang memberikan MP-ASI rumahan.

ilustrasi dan warna eye catching

*Homemade Healty Baby Food (HHBF) adalah komunitas parenting di dunia maya yang menggunakan basis media sosial facebook. Merupakan komunitas sara sharing apra orangtua dalam membuat makanan sehat untuk putra-putrinya.



Minggu, Juni 14, 2015

Tentang Kita

Judul Buku          : Tentang Kita   
Penulis                 : Reda Gaudiamo
Penerbit              : Stiletto Book
Tahun                   : Mei, 2015
Hal                          : 188
ISBN                      : 978-602-27-572379

Potret keluarga dalam sebuah fiksi

Membaca cerpen dalam buku kumpulan cerpen  yang di tulis  Reda  Gaudiamo, seperti bercermin pada keseharian. Kejadian yang begitu dekat  dengan kehidupan. Satu atau dua cerpen  dalam buku ini mungkin ada kesamaannya dengan kisah hidup teman, tetangga, saudara atau kita sendiri sebagai pembaca. Konflik keluarga,  seorang ibu yang mendambakan menantu ideal untuk putrinya,  hubungan kakak adik, persahabatan, gelora jiwa muda anak sma, dilema pasangan urban baru menikah, antara menunda memiliki anak atau langsung memiliki anak.  Seperti dalam cerpen berjudul Tentang Kita, yang sekaligus menjadi judul buku kumpulan cerpen ini.

“Kita tidak punya apa-apa. Rumah masih kontrakan. Sempit pula. Kalau dia lahir, mau di taruh di mana? Tempat ini jauh dari keramaian, dari pusat kota.  Kendaraan sendiri tidak punya. Kalau aku melahirkan malam-malam, mau naik apa kita ke rumah sakit? Seperti apa kacaunya...”

Lalu ketika akhirnya janin tumbuh di luar rencana, dan keadaan membenturkan pada situasi yang memaksa untuk memilih, cukup kuatkan naluri seorang ibu? Tanpa menghakimi atau menggurui, penulis menuntaskan cerpen ini dengan akhir yang memikat sekaligus membuat merenung.

Cerpen berjudul Anak ibu dan Menantu di halaman 31 dan 113, mengingatkan saya pada sebuah kalimat ‘setiap orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya’, kalimat yang kerap kali menjebak orangtua pada upaya memilihkan bahkan memaksakan kehendak pada anak dengan alasan untuk kebaikan anak kelak. Dengan asumsi kebaikan untuk anak menurut orangtua sama dengan kebahagiaan anak.

Cerpen berjudul 24 x 60 x 60 memotret dengan sederhana  keseharian yang khas keluarga urban. Suami dan istri yang sama-sama di sibukkan dengan urusan pekerjaan, kemacetan dan sempitnya waktu untuk keluarga. Pagi hari selalu huru hara karena terlambat bangun dan menyiapkan kebutuhan anak.

Cerpen dalam buku ini terdiri dari 17 cerpen dan sepertinya di susun dengan pertimbangan tertentu, karena seperti memiliki alur, dan  di tutup dengan cerpen berjudul Pada Suatu Pagi, berkisah tentang seorang ibu di masa tuanya. Harapan  yang mewakili perasaan kaum ibu dan orangtua pada umumnya.

“Bukan pemakaman terbaik, termewah dan kelompok pembaca doa berseragam yang kunanti, tapi percakapan, gelak tawa, berbagi cerita yang berlangsung ketika kita masih bersama...”(hal 203)

Walaupun semua cerita berkutat pada keseharian yang begitu lekat dengan kehidupan, namun pembaca tidak akan kehilangan greget saat membacanya. Bukan karena penulis mengemasnya dalam kata yang penuh metapor yang wah dan  menjelimet, justru sebaliknya. Penulis menggunakan bahasa sederhana, lugas dan to the point. Dan walaupun minim deskripsi karena pilihan katanya tepat, mampu membawa pembaca  membayangkan situasi saat percakapan terjadi dalam cerpen tersebut. Seperti kutipan berikut (hal 113);

“Jadi kamu mau di kawini si Jawa itu?”
“iya.”
“Aduh, hitamnya.”
“Tidak apa-apa.”
“Nanti anakmu jadi hitam kelam.”

Selain bahasa yang lugas, penulis juga menggunakan sudut pandang  yang tidak biasa. Pemilihan sudut pandang ini  yang membuat tulisan penulis berbeda dengan penulis fiksi lain walaupun tema yang diangkat sama. Sudut pandang yang juga membuat cerita lebih hidup dan menyentuh sisi kehidupan tanpa memaparkan nilai-nilai cerita dalam bentuk kalimat namun terpaparkan secara tersirat dalam setiap cerita, tanpa menggurui atau menghakimi. Hingga cerpen dalam buku ini terasa bersahaja, sederhana dan lugas walaupun begitu hampir setiap cerpen dalam buku ini memiliki kejutan, entah dari sudut pandang yang dipilih maupun ending cerita.

Kepiawain penulis, Reda Gaudiamo, dalam mengolah kata, memilih tema dan sudut pandang, tak lepas dari profesinya sebagai jurnalis yang pernah mengelola beberapa media massa gaya hidup.

Cerpen dalam buku ini di tulis dalam rentang waktu yang cukup panjang dan merupakan cerpen yang pernah dimuat di berbagai media massa. Namun teman yang diangkat dalam setiap cerpen membuat tak lekang waktu.

Quote yang paling saya suka ada di halaman 203, dalam cerpen terakhir di buku ini dan  sudah saya kutif di atas. Quote yang mengingatkan saya bahwa itulah yang harus saya lakukan kelak jika Ibu atau Bapak saya sudah sepuh. 

Tulisan ini diikutsertakan dalam  “Tentang Kita Reading Challenge – Stiletto Book”,


link review di goodreads https://www.goodreads.com/review/show/1307479406?book_show_action=false
email rina_fam@yahoo.com
twitter @rinasusanti



Jumat, Mei 22, 2015

The Best of You

Judul Buku          : Knowing The Best Of You  
Penulis                 : Saeful Zaman dan Moch. Yusuf Solichin
Penerbit              : Lintas Kata
Tahun                   : 2015
Hal                          : 188
ISBN                      : 978-602-27-144552

Mengenali Potensi Diri


Semua orang memimpikan kesuksesan dalam hidupnya. Kesuksesan yang umumnya di pahami sebagai hidup yang menyenangkan, sehat, banyak uang, banyak teman, religius, memiliki keluarga harmonis dan sederet kehidupan ideal lainnya. Tapi apa mungkin ada kesuksesan sempurna seperti itu bisa di raih?

Jawabannya sangat mungkin! Ga percaya? Sama. Tapi buku ini memberikan panduan bagaimana kita mengenali potensi dalam diri dan mengembangkannya secara maksimal hingga kesuksesan yang kita impikan bisa terwujud.

Eit, tapi untuk meraih kesuksesan itu ada rintangannya, artinya jalan yang dilalui ga selamanya mulus. Manusia jika saat menghadapi rintangan yang dirasa berat, mental akan down dan muncul rasa pesimis. Bagaimana agar diri selalu termotivasi? Jawabannya di kupas di halaman 103.

Ada tiga kompetensi untuk mencapai sukses yaitu kompetensi profesional, kompetensi intrapribadi dan kompetensi interpribadi. Kompetensi intrapribadi dan interpribadi, dikatagorikan sebagai soft skill yang merupakan kecerdasan emosi dan ini berperan 2/3 dalam menentukan kesuksesan.

Kecerdasan emosi dapat diasah dengan cara belajar. Gaya belajar ini berbeda untuk setiap orang dan sebaiknya kita mengenali gaya belajar kita agar mudah paham dan enjoy saat mempelajari sesuatu. Buku ini menerangkan beragam gaya belajar berikut ciri-cirinya dengan begitu pembaca bisa menemukan seperti apa gaya belajarnya.

You are what you think. Kamu adalah aktivitas yang ada di otakmu (hal 49). Terkesan sepele tapi sangat berpengaruh besar pada jalan hidup akan kita lalui. Artinya, kesuksesan di mulai dari pikiran. Mulailah berpikir bahwa kita bisa sukses. Namun begitu harus di ingat bahwa sukses merupakan sebuah proses menghadapi dan menyelesaikan rintangan.

Ada delapan kunci kesuksesan yang di tulis dalam buku ini diantaranya tahan banting – tidak mudah mengeluh dan frustasi – dan hindari mencari alasan ‘saya tidak bisa..’. ‘ saya belum mampu...’ (hal 57).

Dengan bahasa yang santai dan layoutnya yang menarik dan ‘ramai’, buku ini sangat cocok di baca para remaja. Dengan pengenalan diri lebih dini tentu si remaja menjadi tidak mudah terbawa arus pergaulan yang salah. Si remaja pun jadi bisa mengukur dan membuat perencanaan apa dan bagaimana masa depan yang kelak dia inginkan. Namun bukan berarti buku ini tidak cocok untuk orang dewasa lho.

Di lengkapi jendela Johari, kuisioner dan ‘space’ untuk membaca mencatat apa impian dan potensi dirinya, buku ini jadi bisa menjadi panduan pribadi untuk pembacanya.





Sangat di rekomendasikan para orangtua yang memiliki anak remaja menghadiahi buku ini. 

Selasa, April 14, 2015

Slilit Sang Kiai

Judul Buku          : Slilit Sang Kiai
Penulis                 : Emha Ainun Nadjib
Penerbit              : Mizan
Tahun                   : Edisi satu,cetakan 1 , 1991
                                  Edisi dua, cetakan 2, 2014
Hal                          : 310
ISBN                      : 978-979-433-818-6







Slilit Sang Kiai


Tentunya bukan sekedar  alasan (dulunya) best seller hingga setelah lebih dari dua puluh tahun sejak pertama kali diterbitkan, buku ini diterbitkan ulang, tapi kontennya yang masih selaras dengan keadaaan saat ini. Persoalan hidup, beragama, berbangsa dan bernegara. Apa ini berarti sebenarnya kita sebagai masyarakat Indonesia tidak berubah? Tetap berjibaku dengan masalah yang sudah 20 tahun lalu di hadapi? Antara iya dan tidak. Karena pada hakekatnya persoalan kehidupan manusia tidak jauh dari urusan hidup (perut, syahwat), hubungan dengan Tuhannya dan sebagai bagian dari masyarakat sebuah negara.

Buku ini membuat saya ketagihan untuk mengulang membacanya lagi dan lagi. Bukan karena beberapa tulisan membuat saya tersenyum sendiri dengan tafsir satir sang penulis tapi  pesan dan perumpamaannya yang sangat mengena klo istilah sekarang; isinya ‘jleb’ banget. Membaca buah pikiran penulis yang lebih di kenal dengan nama Cak Nun ini pun membuka pikiran untuk keluar dari pengkotakan-pengkotakan isu dan belajar berpikir out of the box.

Seperti juga tulisan berjudul ‘Slilit Sang Kiai’. Slilit adalah istilah bahasa Jawa untuk serabut kecil sisa daging yang menyelip di antara gigi. Gara-gara slilit  seorang Kiai terancam gagal masuk surga karena ia pernah membersihkan slilitnya dengan potongan kayu yang diambilnya dari pagar orang lain tanpa ijin. Bisa di bayangkan potongan kayu sebesar apa untuk membersihkan slilit. Tempat Tuhan memang mutlak seperti halnya batasan benar dan salah (dosa) yang sudah Dia tetapkan. Sayangnya konsep dosa dan kemutlakan Tuhan ini hanya di sadari beberapa gelintir orang dan hanya pada keadaan tertentu. Konsep dosa hampir  tidak menyentuh kebijakan-kebijakan yang di ciptakan manusia walaupun  si manusia tersebut mungkin menyebut kata ‘Tuhan’ ratusan kali setiap harinya.

Namun adakalanya manusia terlalu terjebak dalam kemutlakan ritual. Beragama hanya di pahami dengan cukup menjalankan ritualnya saja.  Padahal, metode duniawi untuk menghindarkan orang-orang dari api neraka ialah dengan menggabungkan diri ke dalam usaha-usaha penyelenggaraan tata sosial ekonomi, tata politik, hukum dan kebudayaan, yang membuat orang tak ‘terpaksa’ mencuri, tidak ‘terkondisi’ untuk korupsi, menindas, berzina, membunuh, menuduh komunis, menyelenggarakan judi kedermawanan, dan memelihara gundik (hal 25).

Islam tetap Islam, tak pernah bergeser sedikit pun dari kebenarannya. Silahkan orang di seluruh muka bumi membenci, mencurigai, atau bahkan meninggalkan Islam. Islam tak punya kepentingan terhadap manusia, manusialah yang berkepentingan terhadapnya (hal 42). Kutifan ini saya ambil dari tulisan berjudul Islam itu Islam. Sedikit banyak ini mengingatkan agar kaum muslim tak perlu cepat terpancing emosinya jika ada pelecehan agama Islam namun bukan berarti diam. Emosi hanya akan memunculkan perlawanan yang justru berlawanan dengan nilai-nilai islam.

Penilaian pornografi menurut seorang muslim belum tentu pornographi bagi sebagian orang muslim lain atau orang non muslim. Mungkin ini yang menjadi sebab UU pornografi tak menemui titik temu. Melalui tulisan Paha itu, Cahaya itu, penulis mencoba memberi kiasan kenapa perlu ada batasan mana terhadap keindahan, hingga ada yang di katagorikan porno.

Pornografi juga terjadi ketika paha itu di bukakan pada lelaki yang bukan suaminya, baik di jalan umum, di depan kamera film, maupun di ranjang prostitusi.
Mengapa hanya wanita yang sebaiknya tidak memamerkan pahanya...
Karena wanita mewakili keindahan Tuhan, sedangkan lelaki hanya bertugas menerjemahkan dan menafsirkan keindahan itu. (hal 143)

Buku ini merupakan kumpulan tulisan kolom, beberapa pernah di muat di media massa.  Di bagi menjadi tiga sub judul dengan total lebih dari 60 tulisan dengan beragam tema. satu tulisan dengan tulisan lain tidak berhubungan jadi bisa di baca tanpa berurutan.

Bagi saya membaca buku ini seperti bercermin pada realitas kekinian yang terjadi pada bangsa ini.


Sabtu, Februari 28, 2015

Empat Tahun Pertama : lebih jauh mengenal karakter Laura Ingalls Wilder


Judul Buku          : Empat Tahun Pertama
Penulis                 : Laura Ingalls Wilder
Penerbit               : PT BPK Gunung Mulia
Tahun                  : 2000
Hal                       : 111
Noted : seri rumah kecil ini diterbitkan ulang oleh penerbit Libri (inprint BPK Gunung Mulia) tahun 2010.


Empat Tahun Pertama


Walaupun menggemari seri Rumah Kecil  sejak kecil (sekolah dasar) saya baru tahu kalau bulan ini (Februari) adalah kelahiran penulisnya Laura Ingalls Wilder. Bisa dibilang ini alasan saya memilih  satu dari buku seri  Rumah Kecil  buku  opini bareng BBI bulan ini yang temanya karakter.
Empat tahun pertama adalah seri ke 9 dari 11 seri Rumah Kecil.

Buku ini memperlihatkan dengan jelas karakter Laura sebagai seorang pionir. Lebih tepatnya cobaan yang mendera di 4 tahun pertama pernikahannya dengan Manly, benar-benar menguji keteguhan dan ketabahan karakter Laura. Menurut saya Laura memiliki perpaduan karakter Pa dan Ma. Pa yang gigih dan Ma yang tabah.

“Mengapa kau tak mau menjadi istri seorang petani?”
“Sebab bertani merupakan kehidupan yang berat bagi seorang wanita. Begitu banyak yang harus di kerjakannya. Ia juga harus menyiapkan makanan untuk orang-orang yang membantu panen serta menebah gandum. Di samping itu seorang petani tak pernah bisa mengumpulkan uang....” (hal 3)
“Bagaimana kalau kau mencoba kehidupan itu (petani) dalam waktu tiga tahun? Bila dalam waktu itu terbukti bahwa aku tidak berhasil dengan pertanianku, aky berjanji akan berhenti bertani dan mengerjakan apa saja yang kau kehendaki....” (hal 5)

Laura dan Manly menikah dan menempati rumah baru yang dibikin Manly. Kehidupan baru dimulai. Manly begitu bersemangat dengan semua rencana bertaninya. Bahkan hitung-hitungan di atas kertas, tahun ini hasil panen mereka diperkirakan memberi keuntungan besar. Cukup untuk membayar sisa hutang dan bunga membeli bajak. Namun hal di luar dugaan terjadi hujan es batu memporak porandakan gandum yang di tanam Manly. Dan tepat di satu tahun pertama pernikahan mereka, mereka merelakan rumah untuk di gadaikan dan membuka lahan dan tinggal di pondok pertanian. Kabar bahagianya Laura hamil.

Tahun kedua pernikahan, ujian tak jauh berbeda dialami Laura dan Manly, kali ini badai musim salju. Tahun ketiga, hasil panen masih belum menggembirakan selain itu Laura pun mengalami keguguran karena kelelahan.

Tahun keempat, seharusnya Manly memenuhi janjinya, tapi Manly meminta agar masa percobaan menjadi petani di perpanjang satu tahun lagi. Di tahun ke empat ini Laura dan Manly mendapat cobaan berupa kebakaran.



Kalau buku ini sekedar fiksi tidak terlalu biasa, tapi ini kisah yang di alami sendiri penulisnya Laura. Ini yang membuat saya  membaca novel ini seperti bercermin pada kehidupan pernikahan saya bukan karena masalahnya persis tapi kehidupan pernikahan yang tidak selalu mulus. Tak selalu hitungan dan rencana di atas kertas tercapai.  Kegagalan yang tak lain tak bukan harus membuat belajar banyak hal, termasuk kesabaran dan ketabahan serta tetap mempertahankan sikap optimis. Kegagalan adalah cara sang Pencipta membuat kita menjadi pribadi yang tangguh dan bersyukur. Walaupun awalnya tidak mudah menerima kenyataan buruk itu .

Kalau buku ini sekedar fiksi tidak terlalu biasa, tapi ini kisah yang di alami sendiri penulisnya Laura. 

Saya menyukai karakter Laura yang tangguh, berani juga ceria. Kecerian karakter Laura terbaca di buku-bukunya saat ia masih kecil.

Walaupun di buku ini tidak di deskripsikan dengan detail ungkapan perasaan Laura, namun dari sikap kesehariannya, membantu Manly di tanah pertanian dan mengerjakannya seorang diri cukup menunjukkan karakter Laura sebagai seorang Pionir seperti Pa dan Ma.

Akankah Manly dan Laura meninggalkan kehidupan petani?

Darah pelopor pembuka lahan baru itu masih mengalir di tubuh Laura. Karenanya ia bisa mengerti kecintaan Manly terhadap tanah, seperti juga ia mengerti panggilan tanah itu kepadanya (hal 111).

 Tulisan ini disertakan dalam opini bareng BBI 2015 dengan tema karakter


Senin, Februari 16, 2015

Sherlock Holmes, Petualangan di Rumah Kosong

Judul Buku          : Sherlock Holmes, Petualangan di Rumah Kosong
Penulis                 : Sir Arthur Conan Doyle
Penerbit              : Laksana
Tahun                   : 2014
Hal                          : 320
ISBN                      : 978-602-296-031-7












Petualangan di Rumah Kosong

Siapa tak kenal Sherlock Holmes (SH), tokoh fiktif yang kini sudah berusia lebih dari satu abad. Yang begitu lekat di hati pembaca atau penonton filmya adalah sosoknya yang unik dan khas. Pipa cerutu, topi, mantel panjang, mimik wajah serius dan caranya duduk di kursi berlengannya sambil menyatukan jari-jari tanganya. Lebih dari itu tentu saja kejelian  sang maestro dalam mengamati petunjuk dan menarik kesimpulan yang tepat hingga  kasus-kasus kejahatan terpecahkan.

Seperti yang pernah SH katakan pada sahabatnya dr. Watson, bahwa untuk mendapatkan petunjuk tak  cukup dengan melihat tapi mengamati.

Kejelian pengamatan SH kerap membuat  para kliennya terkejut di awal pertemuan mereka.

“Saya hampir saja salah mengira bahwa anda adalah seorang juru ketik. Padahal, sudah jelas bahwa anda adalah seorang pemusik. Kau lihat ujung-ujung jari yang pendek dan membulat ini, Watson? Khas milik para juru ketik dan musisi. Tapi ada kesan spiritual di wajahnya,” dengan lembut Holmes menyorotkan cahaya ke tamu kami....

“Benar Tuan Holmes, saya seorang musisi ...”  (hal 54).

Buku ini terdiri dari delapan cerita petualangan SH dalam memecahkan misteri kejahatan. Pemilihan kedelapan cerita ini cukup variatif dalam tema maupun cara SH mengungkapkan kejahatan.

Di buka dengan cerita berjudul misteri pita berbintik-bintik, bercerita mengenai kematian seorang gadis bernama Julia Stoner. Kakaknya Helen Stoner, mencurigai Ayah tirinya lah yang membunuh adiknya tapi ia tidak bisa membuktikan. Petunjuk kematian Julia hanya sebuah pita bintik-bintik, suara denting logam, desis dan lubang angin.  

Pada beberapa kasus, kesan misterius dan teka teki sudah terlihat dari awal, karena belum terungkap adanya kejahatan hanya berupa praduga/ketakutan  seperti dalam cerita Misteri kamar tertutup di Copper Beeches dan Perserikatan orang berambut merah. Keduanya mengenai tawaran pekerjaan ‘aneh’ dengan gaji di atas standar. Cerita yang membawa pembaca larut dalam petualangan dan turut menduga-duga apa dan siapa gerangan pelaku kejahatannya berdasarkan petunjuk yang diamati SH.

Berkat  kejelian mengamati Sherlock Holmes selalu berhasil mengungkap kasus kejahatan dengan logika yang bisa di pahami pembaca. SH bisa merunutkan pengamatan acak menjadi satu kesatuan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal.

Kecerdikan SH membuatnya berhasil mengungkapkan banyak kasus kesejahatan namun bukan berarti dia tak terkalahkan. SH memiliki dua musuh yang kecerdikannya setara dengan dirinya. Bahkan musuh bebuyutannya ini bisa menduga arah rencana SH. Petualangan menegangkannya ini bisa di nikmati di cerita berjudul Kasus terakhir dan Skandal raja Bohemia.

Bicara Sherlock Holmes tak mungkin di pisahkan dari sahabatnya dr. Watson, yang selalu mengikuti petualangan dan  kemudian menuliskannya. Sehingga pembaca menikmati petualangan SH melalui sudut pandang dr. Watson. Sudut pandang ini menjadi unik karena ada yang menduga dr. Watson adalah representasi Sir Arthur Conan Doyle pengarang cerita SH. Selain kesamaan profesi yaitu dokter di duga karakter Watson adalah karakter Sir Arthur Conan Doyle. Lepas dari itu bisa di katakan tokoh SH adalah tokoh fiktif detektif yang belum tertandingi sampai saat ini baik dari penggambaran karakternya yang unik maupun kecerdasan ceritanya.

Terjemahan buku ini cukup bagus, greget petualangan menegangkannya tetap ada walaupun sudah di alih bahasakan.

Buku yang direkomendasikan untuk pecinta cerita detektif. Jangan ngaku pecinta cerita detektif jika belum kenal Sherlock Holmes J.



Jumat, Januari 23, 2015

@Tentang Anak


Judul Buku          : Tentang Anak  
Penulis                 : Joko Dwinanto
Penerbit              : Noura Books
Tahun                   : November 2014
Hal                          : 227
ISBN                      : 978-602-1306-68-0

Tentang Anak

Berbicara tentang anak-anak tak akan pernah habis. Tingkahnya yang lucu, menggemaskan, penuh kejutan cerdas sekaligus menuntut kesabaran lebih. Mereka tengah berproses dan membutuhkan bimbingan Ayah dan bunda. Ya, bukan hanya Bunda juga Ayah. Karena ada pembelajaran dari sosok Ayah yang tidak bisa di gantikan Bunda. Sebut saja misal ketegasan, perasaan rasa aman,  dilindungi dan tanggung jawab. Kehadiran Ayah mendampingi tumbuh kembang membuat anak belajar arti tanggung jawab terhadap keluarga.

Kesibukan dan kemacetan yang menghabiskan waktu sekian jam di perjalanan pulang pergi kantor, biasanya menjadi alasan para Ayah  tidak  miliki waktu dengan anak-anak. Padahal kelak, sedikitnya waktu yang dihabiskan dengan anak-anak adalah salah satu dari sekian banyak hal yang kerap di sesali para orangtua saat anak-anak mereka dewasa. Menyesal tidak bermain bersama anak, menyesal tidak mendorong anak untuk memiliki hobi tertentu, menyesal tidak menikmati jalan-jalan bersama anak, menyesal tidak pergi berlibur bersama-sama dsb (hal 53).

Salah satu cara mensiasati waktu yang terbatas agar berkualitas dengan anak-anak adalah, letakkan gadget saat di rumah dan fokuskan perhatian pada anak-anak.

Selain waktu, tantangan terbesar orangtua masa kini adalah keberadaan tv dan games termasuk di dalamnya game online. Beberapa games atau film yang mengandung unsur kekerasan di kemas secara halus dan dalam konteks anak-anak sehingga baik orangtua maupun anak tidak menyadari bahayanya. Berdasarkan sebuah penelitian di Inggris yang di paparkan dalam buku ini membuktikan, games yang mengandung kekerasan membuat anak menjadi terbiasa dengan perilaku kekerasan dan tidak peduli terhadap kesulitan orang lain (hal 96). Begitupun tayangan tv, sebaiknya orangtua mengontrol game dan TV yang di tonton anak-anak dan membatasi waktunya.

Sebaiknya ada banyak hal positif mendekatkan anak dengan buku. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk membudayakan kebiasaan membacakan buku. Hanya dengan bermodalkan buku dan kemauan yang kuat dari orangtua (hal 104).

Sebenarnya, setiap orangtua sudah dibekali naluri, bagaimana membimbing dan mendidik anak. Namun ada kalanya mengandalkan naluri saja tidak cukup, karena saat berhadapan dengan anak dengan perilakunya yang berubah-rubah dan sifat egonya yang masih dominan, sering memancing emosi negatif orangtua. Pada saat yang sama, adakalanya orangtua di dera stress dengan atau tanpa disadari, entah karena pekerjaan di kantor atau masalah lain. Tanpa pemahaman yang cukup mengenai karakter anak pada setiap rentang usia alias hanya mengandalkan naluri saja, besar kemungkinan para orangtua lebih mudah terpancing emosi negatifnya saat mendidik mereka.

Tanpa pemahaman yang baik mengenai anak juga dapat menjebak orangtua dalam pola asuh salah tanpa disadari. Sepertinya misalnya, sikap terlalu memanjakan dan selalu membantu anak saat ia tengah berproses belajar. Sikap yang justru akan menghancurkan anak di masa depannya karena anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak kokoh dan tidak mandiri. Ada saatnya anak benar-benar perlu di tuntun ada saatnya orangtua hanya bertugas menjadi fasilitator dan pembimbing.

Di sinilah pentingnya para orangtua belajar ilmu mengenai pengasuhan. Beberapa orangtua menganggap belajar ilmu pengasuhan itu ribet, menjelimet karena harus ini itu sehingga memilih mengandalkan insting saja.

Padahal Parenting is supposed to be fun! Membaca buku tentang anak yang ditulis Joko Dwinanto  ini  memang terasa kalau mengasuh anak itu sesuatu yang menyenangkan selain  gaya bahasanya yang santai, juga disajikan dengan lucu, jujur dan simple, membuat jarak dengan pembaca dekat. Hal lain yang berbeda, ditulis dalam perspektif seorang Ayah. Tulisan-tulisan dengan tema Ayahnya terasa lebih mengena, seperti di bab lembur, lelaki sejati, peran ayah dan ketika kau merokok.

Buku ini merupakan paparan dari tweet akun TentangAnak milik penulis. Tidak hanya soal mendidik anak, buku ini juga mengangkat isu-isu yang selalu hangat di antara para orangtua seperti hubungan menantu dan mertua, babyblues, sufor vs UHT dan masih banyak lagi.

Di bagi dalam bab-bab pendek sesuai tema, dipaparkan dengan singkat dan padat. Cocok untuk para orangtua yang merasa sibuk tak ada waktu untuk membaca.


Saat anda sudah menjadi orangtua, tak ada pilihan lain selain belajar memahami dunia anak-anak dan membimbing mereka.

Rabu, Januari 14, 2015

Nonfiction Reading Challenge 2015




Akhirnya ada tantangan yang pas nih, selama ini (menurut pengamatan saya) reading challenge selalu fiksi dan baru kali ini ada yang nonfiksi jadilah merasa tertantang selain saya lebih banyak membaca buku nonfiksi setelah menikah dan punya anak, pas masih lajang sebaliknya heheh sesuai kebutuhan kali ya. 

Belum berani pasang target berapa buku yang akan saya baca, tapi mungkin akan meresensi buku yang bukan terbitan terbaru, karena banyak juga nih buku yang dibaca tapi ga sempat (sok sibuk) di resensi. 

Yang minat ikutan silahkan cek cek infonya di sini . 

Minggu, Januari 11, 2015

Amba #ekspektasi

Judul Buku ; Amba
Penulis        : Laksmi Pamuntjak
Penerbit       : Gramedia
Halaman      : 494
ISBN           : 978-979-22-8879-7
Terbit           : September 2012











Prolog
Dua tahun lalu, saat pertama melihat novel ini di tokbuk di rak best seller langsung membuat saya tertegun. Siapa Laksi Pamunjak? Rasanya saya baru mendengar namanya? Akh, tentu saja saya tidak tahu kalau di hitung-hitung sudah hampir 5 tahun saya ‘puasa’ baca novel tepatnya sejak menikah dan memiliki anak, prioritas buku parenting. Padahal sebelumnya saya addict baca novel.

Membaca endorsment buku ini makin membuat penasaran sekaligus bertekad harus beli harus baca.

Amba adalah novel terbaik setelah tetralogi Bumi Manusia . JB Kristanto



Wow, benarkah? Saya termasuk penyuka novel-novel PAT dan mengkoleksinya sejak kuliah.

Sebulan setelah itu, saya membeli novel ini dan selesai membacanya dalam waktu tak sampai seminggu. Niat meresensinya ciut mengingat ketebalan (494 hal, ukurna buku besar pula), diksi dan setting dalam novel ini yang membuatnya memiliki kualitas tersendiri.

Jadi yang saya tuliskan di sini bukan resensi tapi opini bebas

Halaman pertama novel ini sudah cukup membuat saya merinding.   Di pulau Buru, laut seperti seorang ibu; dalam dan menunggu. Embun menyebar seperti kaca yang buyar, dan siang menerangi ladang yang diam. Kemudian malam akan mengungkap apa yang hilang oleh silau (hal 15).

Buru saksi sejarah bagaimana orang-orang menanti ketidakpastian antara hidup dan mati.

Yap, novel ini berlatar belakang tragedi 1965, tentang sepasang kekasih Amba dan Bhisma. Yang membuat novel ini menarik, best seller dan mendapat banyak pujian jelas bukan sekedar kisah cintanya tapi sejarah yang menjadi setting dan latar belakang kedua tokoh ini.

Fiksi yang di dukung riset panjang, dari mewawancarai tapol eks Buru, buku yang di tulis eks Buru sampai kunjungan penulis ke Buru.  Walaupun tentu saja tidak bisa di jadikan sandaran sejarah tapi buku ini membuka sisi kemanusian dari tragedi 65 kedua pihak yang bertingkai.

Bukan tentang siapa yang salah dan salah siapa. Tepat seperti kalimat yang saya kutif dari halaman 44; Sejarah adalah langkah seorang raksasa yang tak punya hati.

Seperti halnya Bhisma, yang terseret ke Buru.

Bhisma berasal dari keluarga terpandang secara ekonomi, Ayahnya seorang pemilik penerbitan. Tak heran jika keluarganya memiliki kemampuan menyekolahkannya ke luar negeri. Ia menghabiskan masa 13 tahun di dua kotadi Eropa, Lieden (belanda) dan  Liepzig (Jerman Timur), sampai akhirnya meraih gelar dokter. Kedekatan Bhisma dan Gerard, pemuda Ambon. (catatan; Belanda menyediakan kamp. Penampungan bagi keluarga Ambon yang setia/memihak pada Belanda saat jaman penjajahan, namun di sana mereka menjadi warga kelas 2), mengenalkan Bhisma pada ide komunisme dan Rose Luxemburg* melalui Buku dan perkenalannya ke kamp. Penampungan bekas KNIL.

Bersama Gerard Bhisma mengikuti Festival Pemuda Sedunia di BerlinTimur. Di sanalah Bhisma berkenalan dengan pemuda dan seniman-seniman Indonesia pro komunis. Baik mereka yang sengaja datang langsung dari tanah air untuk menghadiri festival ini maupun pemuda Indonesia yang bersekolah di sana.

Pandangan politik Bhisma dan kegamangannya di sajikan dalam bentuk penceritaan (semacam curhat) kepada Amba kekasihnya, seorang mahasiswa jurusan Bahasa Inggris UGM yang lugu secara politik, di besarkan dalam tradisi Jawa yang berkarakter sederhana.

“Kasihan. Kasihan kawan tadi. Ia tidak tahu, mungkin tidak mau tahu, di Jerman, di seluruh Eropa Timur, Stalin benar-benar sudah mati, dikuburkan bersama seluruh fatwanya. Aku tahu waktu itu  teman-temanku merasa seperti ada gunung besar yang diangkat dari batok kepala Jerman. Sejak itu tidak mudah bagi pejabat kebudayaan Partai mengawasi apakah pada seniman mengikuti petunjuk atau tidak. Sudah terlalu banyak korban. Kebohongan ini mencapekkan.” Bhisma pada Amba (hal 239).

Namun pada satu titik  Bhisma merasa harus memilih walaupun sebelumnya ia sempat mengatakan pada Amba  bahwa dirinya telah mengenal batas.

“Dengar, Amba. Seorang dokter akan selalu berada di satu saat di mana pilihannya bisa menentukan hidup atau mati. Tiap saat bercabang, tiap saat berubah. Aku bukan seorang yang mampu berkelahi di jalan atau menembak dari barikade, dan mungkin pada akhirnya aku tidak berdaya apa-apa dan pada akhirnya kalah. Tetapi jika aku tidak berbuat, aku tidak akan berarti apa-apa, seperti seorang dokter yang tidak mencoba menyembuhkan betapapun sulitnya keadaan. Dan jika aku berbuat dan kalah, setidaknya kekalahan itu tidak kehilangan nilai. Dua tahun lalu aku pulang, menyadari sepenuhnya bahwa rumahku menyembunyikan air mata; ia sebuah negeri yang sakit, yang miskin, yang tak bisa berjanji. Sekarang negeri ini di tentukan algojo-algojo dan aku tidak mau itu terjadi berkali-kali.” (hal 260).

Bumbu novel ini adalah drama kisah cinta antara Bhisma dan Amba.

Bhisma berpisah dengan Amba saat terjadi penyerbuan ke Universitas Res Publica Yogyakarta 19 Oktober 1965.

Setelah  puluhan   tahun berlalu dari perpisahan itu, kabar kematian Bhisma sampai pada Amba. Dengan tekad kuat Amba ke Buru, ingin melihat secara langsung kuburan Bhisma di sana. Tak diduga Bhisma meninggalkan dua puluh pucuk surah untuknya. Surat-surat yang menceritakan pengalaman selama Bhisma di buru dan perasaannya terhadap Amba.

Melalui surat-surat inilah membaca bisa mengetahu seperti apa kehidupan tapol di buru.

Secara setting sejarah dan diksi, ini novel gua banget! Yap, saya suka novel-novel berlatar belakang sejarah tapi yang bukan terlalu banyak silsilah sejarahnya, seperti novel dengan setting raja-raja tanah air, agak ribet (nggak heran saya ga pernah bisa menyelesaikan novel Arus Baliknya PAT hehe).

Bahasa yang digunakan penulis puitis tapi jangan bayangkan puisi bersajak-sajak ria ya J. Puitis dalam arti diksi dan susunan kalimatnya enak di baca terutama dalam surat menyurat. Penokohan karakternya kuat.

Beberapa tempelan sejarah yang membuat mengerutkan kening karena (saya) tidak tahu seperti siapa Rose Luxemburg*, apa dan bagaimana festival pemuda sedunia, jadi mau tidak mau harus sedikit googling tapi ini membuat pengetahuan baru untuk saya. Kisah pewayangan sedikit diangkat terkait latar belakang nama Amba. 

Yang ga gue banget dari novel ini adalah adegan dewasanya, ya memang sekedar bumbu dan saya bukan termasuk orang yang mudah menjudge sebuah buku buruk karena ada bumbu semacam itu.
Yang pasti perlu kedewasaan untuk membaca novel ini.

Recommed banget untuk di baca pecinta novel sastra Indonesia.


Mengenai Laksmi Pamuntjak, Jurnalis Jakarta Post, puluhan tulisannya mengenai politik, kuliner, musik dan sastra sudah menghiasi majalah dan koran-koran nasional. Sebelumnya ia menerbitkan buku The Jakarta Good Food Guide. Novel terbarunya yang terbit akhir tahun lalu berjudul Arjuna dan Lidahnya.

Rabu, Januari 07, 2015

Nikah itu Asik



Judul Buku          : Nikah Asik ga Pake Ribet
Penulis                 : @nikahasik
Penerbit              : Visimedia
Tahun                   : 2014
Hal                          : 198
ISBN                      : 978-979-065-223-1
                                                                               









Nikah itu Asik


Buat kamu yang masih jomblo. Ya kamu! Nggak usah bersedih karena jomblo bukan sesuatu yang aib, yakin saja Allah sudah menentukan jodoh kamu, tinggal berusaha dan berdoa untuk  menemukannya.

Jika sudah ketemu tak perlu pacaran berlama-lama, karena lamanya pacaran tidak menjamin kesuksesan kamu kelak dalam mengarungi bahtera rumah tangga dan yang pasti pacaran terlalu lama malah mendekatkanmu pada godaan syahwat.

Segeralah menikah karena nikah itu asik. Kalau nikah asik kenapa banyak pasangan suami istri yang memilh bercerai? Karena nikah itu asik jika tahu ilmunya.

Yang pertama dan utama adalah niat. Asal niat tepat, bukan asal nikah cepat (hal 11). Niat yang salah tidak akan membawa kebaikan. Lalu tentukan visi dan misi, pernikahan seperti apakah yang kamu inginkan kelak? Dan jabarkan cara mencapainya. Setelah itu buat komitmen diantara kamu dan calon suami/istri. Seperti rencana jumlah anak? apakah istri boleh tetap bekerja atau menjadi ibu rumah tangga dsb.

Menikah cepat dan tepat bukan berarti tanpa modal. Karena pernikahan bukan hal yang main-main. Butuh banyak persiapan. Ibarat mahkota yang akan berlayar mengarungi samudra, butuh banyak bekal dan perencanaan sebelum meninggalkan pelabuhan (hal 21).

Sedikitnya kamu perlu lima modal sebelum memutuskan menikahi calon suami/istri. Yang pertama modal psikologis. Beberapa cara menumbuhkan modal psikologis adalah dengan cara mengikuti seminar pranikah, membaca buku atau majalah dengan pernikahan. Dan perbanyaklah ibadah dan sedekah. Kedua adalah modal fisik, modal ini perhubungan dengan kesiapan  sebagai suami/istri secara biologis. Organ reproduksi dalam keadaan prima, pada perempuan itu terjadi pada usia antara 21-35 tahun, di atas atau di bawah itu beresiko terhadap kesehatan ibu dan janin.

Ketiga modal keuangan, modal keuangan di sini bukan hanya modal untuk biaya pernikahannya tapi modal keuangan setelah menikah seperti biaya hidup sehari-hari, mencicil atau mengontrak rumah, rencana keuangan masa depan seperti pendidikan anak, asuransi kesehatan dsb. Modal keuangan harus menjadi fokus utama laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Tapi bukan berarti menikah harus menunggu mapan. Tapi bagaimana  agar modal keuangan itu diperjuangkan bersamaan dengan mengarungi bahtera rumah tangga.

Keempat modal ilmu berumah tangga, modal inilah yang kerap diabaikan karena menganggap rumah tangga bisa diarungi cukup dengan naluri menjadi suami/istri. Ilmu ini bisa di dapat dengan membaca buku. Kelima, modal pasangan. Menikah tidak akan terlaksana tanpa ada pasangan jadi temukan calon kamu. Keenam, modal restu dari orangtua.

Beberapa orang menunda pernikahan (padahal calon sudah ada) dengan alasan belum cukup uang untuk pesta pernikahan. Ehm, biaya pesta pernikahan memang mahal tapi itu  pilihan. Jika itu alasan menunda pernikahan, sebaiknya kembali tengok niat, misi dan visi saat memutuskan akan menikah. Mengundang teman dan kerabat memang ada baiknya tapi tidak melulu membutuhkan biaya besar. Ada banyak hal yang bisa di hemat, salah satunya seperti yang disarankan penulsi buku ini yaitu membuat undangan sederhana.

Setelah menikah dan mulai mengarungi kehidupan pernikahan sesungguhnya, di sinilah pentingnya suami dan istri tahu ilmu berumah tangga. Tahu karakter dominan yang membedakan laki-laki dan perempuan. Atau meminjam istilahnya John Gray, harus tahu kalau laki-laki itu berasal dari planet mars dan perempuan berasal dari planet venus. Artinya laki-laki dan perempuan adalah dua makhluk yang berbeda, untuk itu perlu  belajar saling memahami. Ilmu rumah tangga juga menyangkut ilmu mengelola keuangan keluarga, merencakana kehamilan, hamil dan mendidik anak.

Pernikahan yang menjanjikan surga di dunia dan akhirat tak bisa tercapai jika suami/istri saja yang menguatkan ikatannya. Disinilah pentingnya komunikasi atau keterbukaan bahasan ini di kupas secara detail di bab VI buku ini.

Jika masih ragu untuk menikah sebaiknya baca buku ini. Buku yang ditulis dengan bahasa ringan nan segar ini bukan hanya akan membuka wawasan tentang bagaimana asiknya menikah tanpa ribet, juga beragam tips penting seputar menikah seperti bagaimana menemukan jodoh yang tepat tanpa pacaran? Bagaimana meminta restu orangtua jika seandainya mereka tidak menyukai pilihan kita?

Selain beragam teori buku ini juga di sisipi beberapa cerita inspiratif seputar pernikahan yang kemungkinan membuat pembaca bersemangat untuk menunaikan niat  menikah. Pernikahan adalah sarana penghalal bukan penghalang (hal 1).