Rabu, April 10, 2013

Noda dan Warna Hidup



Judul Buku          :  Cerita Di Balik Noda

Penulis                :  Fira Basuki
Penerbit              :  Gramedia
Tahun                 :  Januari 2013
Tebal                  :  234 hal













Noda dan Warna Hidup

Beberapa orangtua membatasi interaksi anak dengan lingkungan di luar rumah dengan alasan agar anak pintar, berkelakuan baik dan sehat. Karena  persinggungan dengan dunia di luar rumah membuat anak dengan atau tanpa sengaja terkena kotor atau  jatuh dan terluka. Kotor identik dengan kuman dan menyebabkan sakit, jatuh dan luka membuat anak kesakitan, bergaul dengan anak berstatus sosial berbeda dikhawatirkan terpengaruh ketularan bahasa yang kasar. Namun beberapa orangtua melakukan hal sebaliknya. 

Seperti cerita Baju Kreatif (hal 179),  seorang ibu yang mendukung kreativitas putrinya, Salsa, mendaur ulang sampah plastik kemasan. Keterampilan yang didapat Salsa dari sekolah. walaupun untuk itu Salsa harus mengorek-ngorek sampah, mencari  sampah yang bisa didaur ulang.  Di luar dugaan, apa  yang dilakukan Salsa  ternyata menginspirasi lingkungan sekitarnya untuk berbuat hal yang sama, bahkan produk daur ulang tersebut menjadi lahan bisnis.

Lain dengan cerita Demi sekantung beras (hal 184), pertemanan Radya dengan Adi yang status sosial ekonominya rendah membuat Radya belajar arti sebuah kerja keras. Cerita berawal saat Radya menyaksikan beras yang dibeli Adi untuk keluarganya jatuh ke tanah yang becek. Didorong rasa kasihan Radya memberikan uang jajannya pada Adi namun ditolak. Adi lebih suka bekerja daripada diberi.

Cerita di atas adalah 2 dari 42 cerita dalam Buku Cerita Di Balik Noda. Tiga puluh delapan cerita dalam buku tersebut tersebut adalah cerita (true story) para ibu pemenang kontes Berani Kotor yang diadakan Rinso Indonesia beberapa waktu lalu, yang dikembangkan dan ditulis ulang  Fira Basuki, seorang penulis perempuan Indonesia yang telah menerbitkan buku-buku best seller. Empat cerita lain adalah tulisan Fira Basuki berdasarkan pengalaman orang lain yang di dengarnya.

Pemilihan cerita berjudul Bos Galak sebagai pembuka buku ini menurut saya sangat tepat.  Pesan yang disampaikan  mengenai noda dalam cerita ini  cukup menghentak. Cerita yang hampir serupa adalah Sarung ayah. Keduanya mengenai sebuah noda yang justru dikenang saat pemilik noda itu telah tiada. Cerita yang mendorong pembaca mengurutkan ingatan ke belakang mengenai noda yang pernah dibuat anak dan bagaimana saat itu kita menyikapi noda tersebut. Marahkah atau menertawainya sebagai hal yang lucu? Sikap yang nyatanya bisa berdampak besar. 

Cerita lain tak kalah menarik, walaupun memiliki thema besar yang sama yaitu bagaimana sebuah noda yang dibuat seorang anak selalu memiliki cerita penuh hikmah dan pembelajaran tapi karena setiap cerita beda dan unik, pembaca tidak akan  bosan saat membaca dari cerita satu ke cerita berikutnya. Pembelajaran mengenai empati seperti pada cerita Agi Tidak Pelit (173) dan Celengan (29) , toleran pada Teman Sejati (227), bekerja keras di cerita Demi Sekantung Beras (183)dan Penangjap Ikan Cupang (161), menciptakan kreativitas pada cerita  Batik Kreasi Ivan (122) dan lain sebagainya. Selain tentu saja karena kepiawaian Fira Basuki dalam menulis yang membuat buku ini enak di baca, bahasanya ringan dan sederhana.

Namun ada beberapa cerita yang terasa kurang natural, dilihat berdasarkan kesesuaian cerita dan kemampuan anak di usia tersebut. Misal cerita Nasi Bungkus Cinta (hal 38), Farhan (10 tahun) dan teman-temannya  memasak sendiri nasi bungkus yang diberikan kepada para korban banjir. Padahal dengan menyebutkan sedikit keterlibatan  orangtua teman Farhan dalam memasak tidak akan mengurangi esensi cerita, karena kepedulian Farhan dan teman-temannya yang dibarengi aksi untuk membantu korban banjir merupakan hal yang luar biasa untuk anak seusianya. Ditemukan juga kesalahan penulisan seperti di halaman 128 kata capek menjadi capai.

Terlepas kritik yang saya tulis di atas, semua cerita dalam buku ini membuka mata pembaca terutama orangtua, bahwa noda pada pakaian atau bagian tubuh anak tidak selalu identik dengan nakal, kotor, kuman dan penyakit.  Noda adalah akibat interaksi anak dengan lingkungan dimana dia belajar dan mencerna dari apa yang dirasakan, dilihat dan didengarnya. Selalu ada pelajaran yang di dapat anak dan orangtua dari noda yang dibuat anak sekecil apapun itu. Noda akan yang memberikan warna dalam hidup, haru, sedih atau lucu, saat mengenangnya kelak.  Berani kotor itu baik! (rs)


Review ini diikutsertakan dalam lomba   Kontes Ngeblog Review Buku 'Cerita Di Balik Noda' yang diadakan Rinso Indonesia dan Kelompok Emak-Emak Blogger.




0 komentar:

Posting Komentar