Judul Buku : Anakku Sehat Tanpa Dokter
Penulis : Sugi Hartati, S.Psi
Penerbit : Stiletto Book
Tahun : 2013, April
Hal :
187
Kekhawatiran orangtua saat
menghadapi anak sakit kerap membuat mereka menginginkan solusi instan, alias
anak sembuh secepatnya. Tak heran jika dalam masyarakat berkembang pemahaman,
dokter bagus itu yang bisa menyembuhkan penyakit secepatnya.
Padahal sembuh membutuhkan
proses. Jadi seharusnya orangtua curiga jika anak sembuh setelah satu atau dua
kali minum obat. Yap, jangan-jangan itu karena antibiotik. Padahal penyakit khas anak-anak seperti flu disebabkan oleh
virus sehingga tidak diperlukan antibiotik untuk penyembuhannya.
Buku sehat tanpa dokter berisi
bagaimana orangtua menghadapi anak sakit tanpa bantuan dokter. Yang melatarbelakangi Sugi Hartati, menulis buku ini adalah pengalaman menghadapi Devish yang jadi sering sakit setelah di bawa ke dokter. Penulis menduga hal itu karena antibiotik yang dikonsumsi Devish. Sebuah kenyataan yang tidak kalah penting bahwa ketika buah hati sakit, kita pun juga bisa menanganinya sendiri tanpa bantuan dokter (hal 4).
bagaimana orangtua menghadapi anak sakit tanpa bantuan dokter. Yang melatarbelakangi Sugi Hartati, menulis buku ini adalah pengalaman menghadapi Devish yang jadi sering sakit setelah di bawa ke dokter. Penulis menduga hal itu karena antibiotik yang dikonsumsi Devish. Sebuah kenyataan yang tidak kalah penting bahwa ketika buah hati sakit, kita pun juga bisa menanganinya sendiri tanpa bantuan dokter (hal 4).
Beberapa penyakit flu, batuk, pilek
dan diare menjangkiti anak-anak karena melemahnya daya tahan tubuh mereka. Sedangkan
asma dan alergi, selain karena daya tahan tubuh lemah juga masuknya alergen ke dalam tubuh, jadi dapat dicegah
dengan menjauhkan kontak dengan alergen. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh lakukan
dengan mengkonsumsi makanan sehat dan
bergizi.
Untuk mempercepat dan mempermudah penanganan, penting mengenali 10
gejala anak sakit, diantaranya menurunnya selera makan, bersin-bersin, dan lesu. Penulis secara lengkap membahasnya di bab V (hal 85), termasuk tips menangani
gejala anak sakit. Salah satunya saat menghadapi gejala flu (hal 102), penulis
menyarankan untuk memberi anak makanan bergizi, banyak minum air putih,
istirahat, dan untuk mengurangi panas
berikan minyak gosok hangat.
Alternatif penyembuhan yang
disarankan penulis adalah teknik akupresur dan food therapy dengan buah,
semuanya dibahas di bab VI (hal 147). Untuk teknik akupresur langkah langkah
untuk melakukannya dilengkapi gambar. Sedangkan buah sebagai food therapy penulis
menyertakan menuliskan beragam khasiat buah. Dibagian akhir bab ini ditutup
dengan beberapa resep sehat.
Dalam kata pengantarnya penulis menjelaskan bahwa buku ini bukan untuk
mencegah orangtua ke dokter tapi sebagai alternatif bagaimana merubah paradigma bahwa
orangtua memiliki kemampuan menangani anak sakit dan penerapan gaya hidup sehat
jadi prioritas. Namun beberapa alasan
tidak perlu ke dokter seperti biaya
mahal, ilmu kedokteran tidak sempurna, resiko salah obat dan menjadi objek
eksperimen, yang ditulis panjang lebar pada bab 2 membuat isi buku menjadi
tidak fokus pada maksud penulis.
Akan lebih tepat jika pilihan
alternatif tanpa dokter ini di bandingkan terhadap pemakaian antibiotik dan
obat – walaupun tepat - adalah racun
bagi tubuh. Sehingga isi buku netral, membebaskan pembaca dari persepsi negatif tentang
dokter.
Dalam segi tata bahasa, ditemui banyak
kalimat tidak efektif diantaranya pada hal 4 alinea 3; Sebuah kenyataan yang tidak kalah penting bahwa ketika buah hati sakit,
kita pun juga bisa menanganinya sendiri tanpa bantuan dokter. Dan kalimat
terlalu panjang dengan kata yang tidak efektif ; hal 35; Dalam kasus tersebut, itu artinya si anak telah minum obat yang salah.
Entah apa efek samping dari berbagai obat yang telah diminumnya, sulit untuk
diketahui ataupun diprediksikan apa yang akan terjadi dikemudian hari sebagai
akibat dari penggunaan obat dalam waktu yang panjang itu.
Ketidakefektifan penulisan ini
membuat buku tidak simple dan terkesan
sulit padahal maksudnya sederhana. Banyak
juga kalimat ditulis berulang maksudnya,
diantaranya hal 51 aline 1 dan hal 63
alinea 2. Atau penggunaan kata ‘Ya’ yang sebenarnya tidak penting.
Diluar teknis penulisan, buku ini
menjadi pengetahuan baru untuk para Ibu mengenai cara penangan saat si kecil
sakit tanpa perlu ke dokter dan penerapan gaya hidup sehat yang bisa mencegah
penyakit. Mengutip dari halaman 4; ....ketika
buah hati sakit, kita pun juga bisa menanganinya sendiri tanpa bantuan dokter.
(rs).
5 komentar:
Bagus mbak resensinya, memang kalimat efektif membuat sebuah buku jadi menarik. Sayang editornya mungkin kurang teliti
Hmmm, dari kemarin aku pengen beli buku ini Mak.
Karena memang suka panik duluan kalo anak sakit terutama kalo sakitnya baru.
Tapi kok rasanya jadi semacam persuasif untuk ga usah ke dokter ya kalo liat penjelasan Mak Rina di bagian "... Namun beberapa alasan tidak perlu ke dokter seperti biaya mahal, ilmu kedokteran tidak sempurna, resiko salah obat dan menjadi objek eksperimen, yang ditulis panjang lebar pada bab 2 membuat isi buku menjadi tidak fokus pada maksud penulis. "
*garuk2 kepala* jadi galau mau beli apa engga...
hampiiiir... ima ambil buku yang satu ini. Kemaren ini diantara 2 pilihan, baca sekilas di toko buku, buku ini rekomended pisan buat ibu jadi lebih pede ngurus anak yg lg sakit :)
Selamat ya, Mbak. Mksh udah 'colek' sy di Fb. Maaf gak bisa komen karena akun kita belum 'temenan' ^^'. Sekali lagi, selamat! Semoga barakah.
Selamat ya sudah menang lomba reviewnya. Saya juga mau coba lomba review buku selanjutnya ah
Posting Komentar