Minggu, Oktober 27, 2013

Menjadi Ibu, Bekerja dengan Hati


Judul Buku          : Don’t Worry to be a Mommy*
Penulis                 : dr. Meta Hanindita
Penerbit              : Stiletto Book
Tahun                   : 2013, September
Hal                          :  171

Resensor Rina Susanti

Menjadi Ibu itu rasanya luar biasa. Menjadi Ibu juga perjuangan. Beberapa Ibu harus bedrest selama hamil, Ibu lain bisa menjalaninya dengan mudah, begitupun saat melahirkan dan pasca melahirkan. Dan tidak semua Ibu mempersiapkan pengetahuannya mengenai ini, termasuk kesiapan mental karena beranggapan menjadi Ibu itu mudah karena  sudah kodrat  perempuan. Bisa dibayangkan betapa kagetnya ketika saya harus menghadapi perjuangan demi perjuangan sebagai Ibu begitu Naya lahir (hal 7), tulis Meta  Hanindita yang membagi perjuangan dan serunya sebagai Ibu baru  dalam buku Don’t Worry to be  Mommy (DWTM). 

Perjuangan menjadi calon Ibu dirasakan penulis saat usia kehamilannya sebelas minggu, dari mulai muntah-muntah  sampai  dideteksi mengalami kelainan jantung hormonal akibat kehamilan. Dokter pun merekomendasikan untuk bedrest total selama enam bulan. Diminggu ke 28 dokter menyarankan untuk caesar karena ketuban merembes. Namun penulis menolak karena berat bayi masih kecil dan organ tubuh yang belum matang  konsekuensinya harus diUSG setipa 3 hari sekali untuk melihat kecukupan air ketuban.

Setelah melahirkan dengan selamat, perjuangan belum selesai selain bayi harus bolak balik di rawat karena billirubin tinggi atau istilah umumnya bayi kuning, juga ASI hasil perahan si Ibu selama 2-3 jam hanya 20 cc.  Lalu si Ibu baru dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tidak terduga sebelumnya. Pilihan ; minum susu hamil atau tidak, normal atau caesar, tetap bekerja atau menjadi Ibu rumah tangga, ASI atau sufor, vaksin atau tidak, kb spiral suntik atau pil, pake popok sekali pakai  atau , mpasi instan atau rumahan,  dan sebagainya. 

Dan apapun pilihannya akan selalu ada komentar bernada intimidasi dari Ibu lain yang memicu Ibu baru stres.
Saya yakin, apa yang dialami penulis dialami banyak Ibu baru termasuk saya yang sempat merasakan rasa putus asa luar biasa ketika sampai hari keempat pasca melahirkan ASI perahan hanya 10 cc, padahal beragam suplemen dan makanan yang membuat ASI banyak sudah dicoba. Nobody told me that breastfeeding was not easy (hal 48).

Dibalik semua perjuangan, menjadi Ibu juga adalah hal seru, diantaranya menyiapkan perlengkapan bayi adalah dan perasaan exited yang dialami semua calon Ibu baru. Nah, perlengkapan apa saja yang diperlukan dan urgent?  Bagaimana menyiapkan MPASi dan menstimulasi bayi? Penulis membagi tipsnya di bab 5.
Buku setebal 171 halaman ini tidak hanya berisi curhat Ibu baru, penulis yang juga seorang calon dokter spesialis anak, menjelaskan beragam masalah dalam kaitannya dengan ilmu kedokteran namun dengan bahasa ringan hingga mudah dicerna. Seperti penjelasan istilah yang sering muncul saat bayi di diagnosa ‘bayi kuning’ ; breastfeeding jaundice, breastmilk jaundice, dan sebagainya. Yap, buku ini kaya informasi dan contented. Walaupun buku ini ditulis dengan gaya santai dan mengalir namun libatan emosi penulis sangat terasa.

Bab terakhir buku ini berisi tips dan trik menghadapi anak sakit, keadaan emergency, perlengkapan P3K yang  harus tersedia di rumah diantaranya paracetamol, termometer, kasa steril, plester dan pertolongan pertama jika anak sakit serta tak lupa meninggalkan nomor telepon penting jika si kecil di tinggal bersama babysitternya selama Ibu bekerja. Penulis juga berbagi pengalamannya sebagai dokter yang kerap menghadapi para orangtua yang melakukan kesalahan saat berobat. Diantaranya ; memberi anak obat melebihi dosis yang diresepkan  dengan alasan agar cepat sembuh atau karena kepanikan ada orangtua yang meminta anaknya di opname padahal rawat jalan saja sudah cukup (hal 159).

Setiap Ibu menginginkan yang terbaik untuk anaknya dan memiliki cara berbeda untuk mencapai itu. Yang pasti Ibu yang baik selalu menyertakan hati dalam setiap langkahnya. (rs)

@rinasusanti

*resensi ini ditulis juga di sini  dan menjadi juara dua lomba resensi yang diadakan StilettoBooks, bisa dilihat di sini 

0 komentar:

Posting Komentar