Penulis : Dian Hartati
Penerbit : Medium
Tahun : Desember, 2013
Hal : 95
ISBN : 978-602-8144-209
Upacara Bakar Rambut
Ini bukan review karena saya
bukan orang sastra bingung sebenarnya cara meresensi buku puisi, katakanlah ini
semacam pengalaman membaca buku puisi bagi saya sebagai orang awam.
Tahun 2002 puisi sempat ngehits (istilah jaman sekarang)
di kalangan pelajar , yaitu setelah
filmnya Ada Apa Dengan Cinta, karena ada adegan
di film ini, tokoh utama, Cinta, yang diperankan Dian Sastro mengutip
puisinya Chairil Anwar.
Setelah itu puisi kembali pada
habitatnya, hanya di baca, di nikmati dan (bisa) di pahami sebagian kecil
orang. Padahal membaca puisi atau membacakan puisi di beberapa negara sudah
menjadi budaya seperti halnya membaca/membacakan buku fiksi.
Ini tak lepas dari kesan jika
puisi itu berbahasa dewa, baik pilihan kata maupun metapornya. Susah dimengerti
maksudnya. Padahal tidak semua puisi seperti itu.
Seperti puisi Dian Hartati dalam
buku kumpulan puisinya yang berjudul Upacara Bakar Rambut.
hari sudah berubah / kelam dan kelabu / tak ada warna lain selain air
mata /
sekali waktu aku menyapu halaman / mengingat wajahmu / di lain hari aku
mengelap perabot / hanya matamu yang berkejaran
hampir dua tahun, jo / kisahan begitu singkat / kenangan akan terus /
memanjang /berjumpalitan dalam pikiran
belum genap dua belas bulan, jo / asmara tak pernah lengkap / semuanya
harus di tinggalkan.
Puisi di atas dikutip dari puisi
berjudul Rumah Penuh Kenangan, Jo (hal 33).
Puisi-puisi dalam buku ini terasa
intens karena seperti di tulis dalam kata pengantarnya puisi yang tertulis di
sini adalah kisah si penulis sendiri mengenai kelahiran, pernikahan dan kepergian.
Membaca puisi – puisi dala buku
ini seperti membaca sebuah cerita,
seperti dalam puisi berjudul Prosesi Pernikahan (hal 27)
...
Pukul sembilan tepat / penghulu undur diri / semua sepakat / kami telah
diikat /
Wahai ayah / tak ada lagi kau / di samping tubuhku / aku mengayuh
sendiri / aku harus sendiri
Wahai bunda, / tak ada lagi kau / ketika bangun nanti / aku yang
menyiapkan segala / air mengepul / dapur harus berasap
pukul
Pilihan kata puisi-puisi dalam
buku ini, kata yang kerap digunakan dalam percakapan keseharian, baku tapi
tidak kaku.
Puisi yang menarik lain untuk
saya adalah puisi berjudul Rasa Bumbu Kuning (hal 66), beragam bumbu yang
digunakan untuk memasak ikan di buat metafor yang mendeskripsikan keadaan dan suasana hati, berikut saya kutip dua macam
rempah;
...
-kemiri-
Bagai santan yang jernih airnya
Keu melupakan gurih peristiwa
Helai demi helai rambut’abunya di tiup ke
laut
Di tengah sana,
Dua tahun lalu,
Perkawinan
berlangsung megah
Ikan-ikan menari di kuali
Bersenandung gempita
-merica-
Anak-anak tumbuh besar
Kata-kata mereka sudah pedas
Melakukan hal sesuka
Pulang tak kenal waktu
Berangkat lupa sarapan
Anak-anak
penuhi janji
Menjaga sikap dan bicara
Langkah mereka sedikit sesat
Tak mengapa
Asal kembali ke pangkuan
Tak melupa makanan di meja
....
Karya-karya puisi Dian Hartati selain
banyak berupa antologi puisi, juga sering menghiasai halaman koran yang
menyediakan rubrik puisi seperti Kompas, Sindo, Pikiran Rakyat, Tempo dan
banyak koran lain. Tak heran kepiawaiannya memilih dan menyusun kata dalam
puisi terasa bernas dan intens terasa dalam buku puisi ini. Tentang penulis bisa juga dilihat di sini
Saya kira puisi-puisi semacam inilah yang bisa membumi, mudah dipahami dan terasa sentuhan personalnya.
Sayangnya masyarakat Indonesia tak dikenalkan budaya membaca puisi, saat sekolah hanya diminta menghapal siapa pujangga puisi angkatan sekian-sekian dan judul puisinya tanpa 'membaca'nya.
4 komentar:
Indah. Dian keren, konsisten. Makasih udah ngeresensi, jadi pengen baca buku puisinya
Memahami puisi kadang susah-susah gampang. Maklum, saya tuh suka susah memahami puisi berbahasa tinggi. Puisi di atas bahasanya mudah dipahami namun tetap terasa puitis
ummm puisisnya rada sedih kurasa :(
memang puisi yang terlau banyak diksinya membuat orang gagal paham, lebih enak yang sederhana dan mudah dipahami oleh orang banyak dan bisa membuat orang suka dengan puisi
Posting Komentar