Tampilkan postingan dengan label novel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label novel. Tampilkan semua postingan

Minggu, November 09, 2014

Cinta, Impian dan Perjalanan


Judul Buku          : 3360
Penulis                 : Daniel Mahendra
Penerbit              : Grasindo
Tahun                   : September 2014
Hal                          : 322
ISBN                      : 978-602-251-691-0












Cinta, Impian dan Perjalanan

Hidup adalah rangkaian perjalanan yang akan mempertemukan dengan  banyak orang,beragam karakter dan membawa banyak cerita pada setiap tempat yang disinggahi. Ada saatnya pergi dan ada saatnya pulang. Seperti sebuah rangkaian kereta api dan stasiun. Itulah filosofi hidup bagi Namara yang jatuh cinta pada kereta api sampai terobsesi untuk  mengelilingi dunia dengan menyusuri jalur kereta api. Pakde adalah orang pertama yang membuat Namara jatuh cinta pada kereta api. Sejak kecil ia kerap diajak jalan-jalan ke stasiun dan berkereta, menyusuri jalur kereta api dari Banyuwangi hingga Merak.

Jika awalnya Namara  berharap impiannya itu terwujud bersama orang yang dicintai, yang terjadi justru sebaliknya. Kepergian Damar, lelaki yang dicintainya selama 7 tahun, tanpa pamit atau meninggalkan jejak, membuat Namara nekat mewujudkan mimpi itu.

Ide mengelilingi jalur kereta api di dunia, terdengar gila oleh sebagian orang terlebih jika untuk mewujudkannya harus meninggalkan pekerjaan. Alasan itulah yang ditentang Ibu angkat Namara yang tak lain adalah Budenya. Mimpi memang kerap kali mengangkat manusia terbang tinggi meninggalkan logika di bumi. Tapi bukankah mimpi pula yang membuat manusia mampu menyibak isi langit, mengarungi semesta, serta melintasi ribuan tahun cahaya? (hal 116). Restu Pakde meyakinkan Namara untuk mewujudkan impiannya.

Kini, ia berada dalam salah satu bilik kereta api jurusan Chengdu-Lhasa, yang akan membawanya menuju Tibet, melintasi jalur kereta api sepanjang 3360 km. Melintasi kota, desa, savana dan barisan gunung Himalaya.

Namun nyatanya perjalanan itu tidak benar-benar menghilangkan ingatan Namara akan Damar. Kilasan peristiwa dalam bersama Damar, ibu kandungnya dan teman-temannya mewarnai perjalanan Narama.

Dalam perjalanannya menuju Tibet, Namara satu bilik dengan 5 turis lain, sepasang kakek nenek dari China, Emir turis asal Malaysia, Chen turis asal Hongkong dan Fabio turis asal Italia. Lamanya perjalanan yang di tempuh membuat akhirnya mereka akrab satu sama lain, kecuali Chen yang selalu menyendiri dan berperingai kasar. Satu persatu mereka saling membuka diri. Alasan Fabio travelling ke Tibet untuk menguji keberanian, terkait dengan adat kebiasaan orang Italia selatan yang begitu teringat dengan keluarga dan ketidakmampuannya berbahasa Inggris membuat mereka enggan pergi keluar Italia. ‘Bukan soal menunjukkan pada dunia. Tapi minimal untuk diriku sendiri. membuka cara pandangku sendiri’(Fabio, hal 45).

Lain dengan Fabio, kunjungan Emir ke Tibet berawal dari sebuah kalimat di buku yang ia baca, mengenai mimpi masa kecil yang kerap terlupakan. Buku itu mengingatkan impian masa kecilnya, yaitu mengunjungi Tibet.

Si Kakek dan nenek bercerita mengenai putrinya yang tertembak saat Demontrasi  Tiananmen berjadi.’Ia seorang aktivitis yang melakukan orasi, menuntut pemerintah memperbaiki sikap mereka yang represif terhadap oposan. Dan itu memang layak diperjuangkan. Ya, kami bangga. Karena begitulah seharusnya anak muda.’ (hal 190).

Semua percakapan itu membuat Namara menginsafi dirinya, bertanya-tanya pada diri sendiri apa sebetulnya tujuan hidupnya sendiri dan proses apa yang tengah ia tempuh.

Jalur kereta China-Tibet ternyata bukan yang terpanjang di dunia. Jalur kereta terpanjang di dunia adalah sepanjang sembilan kali pulau jawa, yaitu jalur kereta yang melintasi perbatasan Rusia, Cina dan Korea Utara. Penjelasan dari si kakek membuat Namara merasa tertantang untuk melanjutkan perjalanannya menyusuri jalur kereta api di dunia. Tapi keadaan berkata lain, di tengah perjalanan tiba-tiba si kakek meninggal, seluruh penghuni bilik jadi tersangka. Namara, Fabio, Emir dan Chen diturunkan  di stasiun Delingha Provinci Qinghai dan mengalami berkali-kali introgasi untuk memastikan ada tidaknya keterlibatan salah satu dari mereka dengan kematian si kakek.

Cerita yang membawa pembaca pada imajinasi pengenai Tibet sebagai negeri atap dunia, yang kini menjadi salah satu destinasi pariwisata yang paling di minati.  Dan bagaimana memukaunya melintasi China menuju Tibet dengan kereta api. Karena jalur kereta menuju Tibet tidak biasa, melintasi pegunungan Himalaya dengan ketinggian ribuan meter, dan membelah pegunungan dengan panjang terowongan ratusan meter, agar jalur kereta tidak menanjak terlalu tinggi.

Beberapa kalimat di sisipi kata yang terdengar asing, bukan karena kata itu berasal dari bahasa asing tapi bahasa Indonesia yang jarang sekali digunakan baik dalam ungkapan lisan maupun tulisan seperti; melantas, membidas, sipongang, membisu gagu dan lain kata ‘unik’ lainnya. Namun di tempatkan dengan tepat sehingga tetap nyaman dibaca dan tidak mengganggu. Yang pasti keberadaan kata-kata ini memperkaya pengetahuan pembaca akan kosakata Indonesia.  

Buku fiksi yang memaknai arti sebuah sebuah perjalanan dan bagaimana sebuah perjalanan mampu merubah sudut pandang menjadi lebih terbuka dan menghargai perbedaan. Layak di baca karena semestinya rangkaian perjalanan atau travelling yang dilakukan bukan sebagai rentetan kebanggaan tapi proses pembelajaran dalam kehidupan.

Hampir setiap sub judul salam buku ini di tutup dengan teks lagu, yang menurut saya tidak perlu karena membuat novel ini kurang special karena mengingatkan pembaca pada sebuah novel lain yang juga terdapat banyak kutipan teks lagu. Tapi itu hanya menurut pendapat saya. 

Secara keseluruhan novel ini apik; deskriptif, pilihan katanya juga tepat dan banyak bertebaran kalimat yang maknanya cukup dalam .

Ini adalah buku kesekian dari  penulis, Daniel Mahendra, 2 buku lain yang terbit tahun lalu oleh penerbit Mizan berjudul Niskala dan Perjalanan ke Atap Dunia.

Senin, September 16, 2013

And The Mountains Echoed by Khaled Hosseini

Judul Buku          : And The Mountains Echoed 
Penulis                 : Khaled Hosseini
Penerbit              : Qonita (grup Mizan)
Tahun                   : Juli  2013
Hal                          : 512
Gema Pegunungan
Resensor : Rina Susanti



And The Mountains Echoed  adalah novel ketiga Khaled Hossaeni, penulis berdarah Afganistan yang kini bermukim  di Norther Carolina, Amerika.  Dua novel sebelumnya   The Kitte Runner dan A Thousand Splendid Suns adalah novel best seller Internasional dan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Novel ini berkisah tentang kakak beradik Abdullah dan Pari. Sejak Ibu mereka meninggal karena pendarahan ketika melahirkan Pari dan Ayah menikah lagi dengan Parwana, Abdullah bukan sekedar kakak  bagi Pari tapi sekaligus Ayah dan Ibu. Abdullah yang menggantikan popok Pari, menatih, menimang, membantu mengambil langkah pertama dan memahami kata pertama yang diucapkan Pari. Pengabdian yang dilakukan Abdullah dengan keluguan dan kepolosannya terlebih karena rasa kasih sayang terhadap Pari yang begitu besar. Bagi Abdullah, Pari adalah semestanya.

Kemiskinan memisahkan mereka, Ayah menjual Pari pada sepasang suami istri kaya di Kabul melalui Nabi, yang tak lain adalah adik dari Ibu tiri mereka. Abdullah menanggung luka tak terperi karena kehilangan Pari. Luka yang ditanggung sepanjang ingatannya.  Abdullah  mengabadikan Pari dengan menamai putrinya Pari. Sebaliknya, Pari yang saat itu baru berumur 3 tahun, dengan mudah melupakan ingatannya tentang Abdullah, Ayah dan kehidupan di desa Shadbagh yang miskin dan tandus. (hal 67)

Bagi Pari kehidupannya di mulai di sebuah rumah besar di Kabul, Ayahnya seorang kaya yang berpembawaan serius, dingin dan memiliki  hobi menggambar bernama Suleiman Wahdati, sementara Ibunya Nila Wahdati, perempuan keturunan Prancis yang sangat cantik.   Saat usia Pari 6 tahun,  Suleiman Wahdati terserang stroke dan Nila Wahdati memutuskan membawa Pari menetap di Paris, Prancis.

Seiring waktu, Pari mulai menyadari betapa banyak perbedaan dirinya dengan orang yang selama ini dianggapnya sebagai Ibu dan Ayahnya,   baik secara fisik maupun karakter bersamaan dengan itu pula ia mulai menyadari jejak kekosongan di hati dan pikirannya yang tidak ia pahami mengenai kehidupannya dulu di Afganistan. Keping kenangan yang selalu ia pertanyakan namun selalu disembunyikan Nila Wahdati.
Melalui surat yang titipkan Nabi pada Markos,  seorang dokter relawan di Kabul Afganistan, misteri kehidupan Pari mulai terbuka. Pari mengunjungi Afganistan dan dari sana ia menjadi tahu keberadaan Abdullah yang kini tinggal di Amerika dan memiliki kedai makanan.

Mungkin ini yang dikatakan bahwa ketulusan cinta mampu menggemakan seluruh gunung untuk memanggil belahan jiwanya. Sayang saat mereka bertemu, Abdullah telah kehilangan seluruh ingatannya.
Seperti  dua novel sebelumnya, novel   ini berlatar belakang  kehidupan di Afganistan yang keras. Alamnya yang tak mudah ditaklukan, konflik perebutan kekuasan, narkotika dan budayanya yang paternalistik.  Namun novel ini lebih menarik karena penokohan, sudut pandang, alur yang terjalin komplek dan kedalaman deskripsi yang baik dan lugas.  Penulis menerapkan sudut pandang yang berbeda pada  beberapa tokoh, begitu pun alur.

Semua tokoh dalam cerita ini,

Kamis, April 12, 2012

Takdir Perempuan



 Judul buku      : Memilikimu
Penulis             : Sanie B. Kuncoro
Penerbit           : Gagas Media
Tahun              :  2011
Hal                  : 281 halaman
Harga              :

Takdir Perempuan
review by rina susanti

Samara harus menerima vonis mati bahwa ia tidak bisa memiliki anak karena rahimnya kering tak mampu memproses pematangan sel telur. Beruntung Samara memiliki suami, Anom Ilalang, yang mau menerima dan berjanji tetap setia.Anom berjanji memenuhi sumpah pernikahan yang dulu dia ucapkan. ...mendampingimu dalam segala duka dan bahagia...

Begitulah, hari berlalu ‘debat’ rancang kamar anak pun  berlahan hilang dalam ingatan namun meninggalkan jejak yang tidak bisa dihapus.  Kenyataan yang selalu menyisakan kepedihan yang panjang. Harapan yang kosong.

Nyatanya waktu tidak bisa melepaskan keinginan terdalam Anom untuk memiliki anak terlebih Samara menolak mengadopsi anak. Anom menginginkan anak yang lahir dari darah dagingnya. Anak yang lahir dari seorang perempuan. Keinginan yang berlahan mengobsesinya. Seorang teman mempertemukan Anom dengan Lembayung, seorang perempuan yang bersedia melakukan kontrak rahim dengannya. Perempuan yang bersedia dibuahinya lalu mengandung  lalu menyerahkan anak yang dilahirkannya pada Anom. Kontrak di atas kertas tanpa hubungan perasaan, begitulah Anom berkilah atas mengkhianatannya terhadap Samara. 

Tanpa perasaan? Tanpa birahi? Sungguh tidak mungkin jika dilakukan dengan cara penetrasi walaupun hanya sekali. Samara tidak bisa menerima pengakuan Anom yang dinilainya adalah pengkhianatan janji pernikahan.
Awalnya, Anom tidak akan secara jujur mengakui kontrak rahim ini. Skenario awalnya adalah, bila saatnya tiba, bayi itu akan digeletakkan di depan pintu rumah, seolah seseorang ‘membuangnya’ di sana. Dengan ketulusan dan kebaikan hati  yang Samara miliki, Anom yakin Samara akan merawat bayi itu.
Samara harus menerima kenyataan bahwa ketidaksempurnaan dirinya menjadi tiket yang sah dan dianggap halal oleh suaminya untuk mengambil perempuan lain sebagai perempuan kontrak rahim yang akan melahirkan anak untuknya. 

Suatu pagi, sebuah kecelakaan merenggut nyawa Anom. di batas kesadaran antara hidup dan mati Anom bertemu dengan bakal calon anaknya yang memberatkan langkahnya meninggalkan raga begitupun rasa bersalah untuk Samara.

Bukan hal mudah bagi Lembayung memenuhi janjinya pada Anom, untuk menyerahkan anak yang di kandungnya selama sembilan bulan pada Samara. Naluri keibuannya berontak. Pedih dan menyayat. Tapi janji harus ditunaikan. 

Disisi lain Samara tidak bisa menerima kehadiran bayi yang tak lain merupakan bukti otentik pengkhianatan Anom terhadap dirinya. Bayi yang tidak kuasa menolak takdir terlahir karena sebuah pengkhianatan.

Seperti fiksi-fiksi Sanie yang lain, dengan tuturan bersahaja dan santun. Beralur lambat. Menggigit dan menggiris hati tapi tokoh-tokohnya tidak berkarakter cengeng. Romantis elegan. 


Sebuah karya fiksi/sastra dinilai bagus bukan karena konfliknya yang tidak biasa. tapi Banyak fiksi/sastra dengan konflik sangat sederhana namun tetap dikenang dan dibaca walaupun sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Itu karena fiksi itu dituturkan dengan cara tidak biasa. Jalinan cerita itu dituturkan dengan menarik, pilihan kata dan kalimat yang tepat, alur yang pas dan karakter tokoh yang kuat.