kurang focus ke gambar cover buku nich |
Judul Buku : The Davincka Code
Penulis : Jihan Davincka
Penerbit : Edelweiss
Tahun : Desember 2013
Hal : 296
ISBN : 978-602-867-26-27
Catatan Gado-gado Seorang Mama
Tahun 2012 lalu, sebuah
pesan masuk ke fb, isinya meminta kesedian saya meresensi sebuah buku berjudul Bunda of Arabia. Siapa
nich, gak kenal? Guman saya dalam hati. Tapi permintaan itu membuat saya
tersanjung, blog campur aduk yang kemudian saya jadikan khusus buku ini
diniatkan dengan semangat besar tapi karena sok sibuk, mati enggan hidup tak
mau alias jarang up date.
Tanpa pikir dua kali saya iyakan
tawaran pengirim pesan yang tak lain adalah jeng Jihan (dulu belum temenan).
Resensinya selain di publish di blog ini, saya publish juga di situs reader digest Indonesia. Itulah kali
pertama saya kenal Jihan yang kemudian dikenal dengan status – status fb nya
yang panjang dan menuai ratusan komentar dari yang memuji sampai menghujat dan
mengancam.
Isi buku The Davincka Code seperti yang saya tulis
sebagai judul resensi ini, gado-gado. Semoga, penulis gak keberatan ya dengan
tema resensi yang saya tulis karena setelah membacanya, isinya menurut saya
campur aduk seperti gado-gado. Dari mengenai jadi ibu, anak, blogger, istri,
teman dan warga negara yang baik namun kesemuanya ditautkan dengan sebuah benang merah yaitu bahwa inspirasi terbesar itu datang dari orang-orang terdekat dan kita
cintai. Terlebih jika waktu dan jarak telah memisahan kita dari orang-orang yang
kita cintai....many times, home are the
people, along with the memories I’ve created with them (hal 53). Kesamaan
lain buku ini dengan gado-gado, enak dinikmati dan bergizi.
Penulis yang juga seorang
blogger,istri dan mama dua anak ini, sempat tinggal di beberapa kota di luar
negeri (kini bermukim di Athlone Irlandia). Dan buku ini berisi sekelumit ‘perjalanan’
yang di lalui penulis. Tempat baru, suasana baru, bertemu orang baru,penyesuain,
harapan dan cita-cita, meninggalkan cerita dan kenangan yang menginspirasi.
Di buka dengan tulisan Every Mom
Has Her Own Battle. Tema yang menurut saya pas dengan kondisi saat ini, di mana
ada sebagian para mom memanfaatkan
jejaring sosial untuk nyinyir atau mengemukakan pendapat ‘benarnya’ soal
pilihan ‘keibuannya’. Jadi stay at home mom (SAHM) vs working mom (WM), asi vs sufor, cesar vs normal, vaksin vs gak
vaksin, popok sekali pakai vs yang bisa dicuci. Saya pun pernah baca
status-status semacam itu dan bikin senewen.
Padahal setiap mama punya
parenting style yang beda dan gak bisa ‘maksa’ di samakan. Selain tentu setiap
mama punya alasan khusus dengan pilihannya. Apa alasannya? Tentu hanya mom
bersangkutan yang tahu. Mana yang lebih baik dan mulia SAHM atau WM? Hanya
Tuhan yang tahu. Seperti kata penulis ‘surga
di bawah telapak kaki ibu. Bukan di bawah telapak kaki ibu rumah tangga, ibu
pekerja kantoran, atau ibu pengusaha bahkan ibu pelajar. Tapi di bawah kaki
(semua) ibu’. So, win yours without being ‘nyinyir’ to others. (hal 15).
Menjadi ibu memang tak mudah tapi
bisa dipelajari. Butuh kekuatan fisik juga kesabaran, tak jarang atau bahkan
mungkin sering ditingkahi keluh kesah karena manja dan merepotkannya si kecil,
tapi ingatlah suatu saat masa itu akan tinggal sepenggal kenangan yang ingin
kita ulang...ya, until it’s gone (146)
Dear son, fly abandonedly into the sun adalah tulisan yang
menyentuh walaupun ditulis dengan gaya bahasa khas penulis yang blak-blakan dan
spontan (hal 245). Bahwa sebesar apapun cinta seorang mama pada anak-anaknya,
suatu saat ia harus merelakan mereka pergi.... fly abandonedly into the sun.
Buku ini merupakan bulu solo
kedua penulis. Buku yang diterbitkan tanpa drama alias langsung di tawari
penerbit. Namun bisa dibilang inilah hasil ‘perjuangan’ Jihan impiannya menjadi penulis. Setelah sebelumnya
jatuh bangun menerbitkan secara indie buku yang ditulisnya bersama para mama
perantau di Jeddah dan tertuang dalam tulisannya yang berjudul for making us a
fighter (hal 73). Membaca tulisan ini sekaligus menjawab kesalutan saya,
bagaimana penulis cukup kuat di bully di sosmed karena status panjangnya yang
tak jarang menuai pro kontra. Karena seperti yang tertulis di sana...kitalah pemegang kendali atas respon mana
yang kita pilih (hal 77).
Keluarga sepertinya menjadi
inspirasi terbesar penulis, itu terlihat dari porsi tulisan yang didominasi cerita
latar belakang keluarga penulis cukup besar. Namun ada pula inspirasi yang
penulis dapatkan dari film seperti dalam tulisan Happiness is not given, it’s
made. Sedangkan we do and we don’t terinspirasi
dari kisah pewayangan. Ada juga tulisan yang terinspirasi dari tokoh nasional,
Soekarno dan Hatta.
Buku ini terdiri dari 38 tulisan
yang sebelumnya pernah di publikasikan penulisnya di blog pribadinya, ada juga
tulisan yang berasal dari note/status penulis di fb. Dengan tema beragam dan
menginspirasi.
Kekurangan buku ini menurut saya,
ada pada teknik penyusunan. Akan lebih ‘rapih’ jika tulisan di susun per bab
berdasarkan tema. Pembacanya pun akan lebih mudah ketika ingin membaca secara
acak.
Oh ya salah satu tulisan di buku
ini menjawab rasa penasaran dan keingintahuan saya *kepo*, alasan penulis
memberi judul dengan menyertakan namanya plus ada foto diri penulis di cover
depan ;)
Secara keseluruhan buku ini cukup
menginspirasi dan menularkan energi positif. Seperti yang tertulis di salah satu halamannya bahwa penulis ingin menebarkan inspirasi positif
tanpa membuahkan energi positif.
2 komentar:
Ralaaattt. Buku solo ke-2 lho Mbaaaakkk hihihi. Terima kasih banyak ya Mbak Rina ^_^. Soal foto cover yang narsisnya keterlaluan ini salahkan penerbitnya yang ngotot memajang tampang keceku. Walau kuakui, itu adalah ide yang bagus hihihihihi *ngikikCentil* :D.
oh kedua ya hihi...kebalik berarti kirain yang memoar jeddah yang kedua. sudah di ralat ya...
Posting Komentar