Judul Buku : Selama Kita Tersesat di Ruang Angkasa
Penulis : Maggie Tiojakin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : Juli 2013
Hal : 241
ISBN : 978-979-22-9616-7
Harga : rp.55.000,-
setelah satu tahun numpuk di rak, baru sempat diresensi ;p
Selama Kita Tersesat di Ruang
Angkasa adalah kumpulan cerita absurd yang ditulis Maggie Tiojakin. Penulis
yang pernah mengecap pendidikan menulis kreatif di Boston AS dan magang di beberapa media massa di Amerika.
Selain sebagai penulis dan jurnalis, Maggie juga telah menerjemahkan beberapa
cerita pendek dan dibukukan, salah satunya fiksi lotus, kumpulan cerpen klasik
dunia. Beberapa cerita dalam buku ini pernah di terbitkan di beberapa
majalah/jurnal dalam dan luar negeri. Buku ini terdiri dari empat belas cerita
berbahasa Indonesia dan lima cerita
berbahasa Inggris.
Sebelum buku ini, Maggie telah
menerbitkan satu buku kumpulan cerpen berjudul Balada Cing-Cing (2010) dan
novel berjudul Winter Dream (2011)
Jika diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, absurd berarti aneh, tidak masuk akal atau mustahil. Ehm, lalu apa bedanya dengan fiksi fantasi? Tentunya
saya tidak akan mengupas semua cerita dalam buku ini. Hanya cerita yang menarik
dan mewakili maksud absurd menurut saya.
Dibuka dengan cerpen berjudul Tak
Ada Badai di Taman Eden, kisah seorang istri bernama Anouk yang tengah menatap
langit mendung yang menumpahkan hujan. Tak lama suaminya, Barney datang. Kekakuan
antara keduanya bisa terasa dari dialog yang diucapkan dan bahasa tubuh yang
dideskripsikan penulis. Kekakuan yang disebabkan kejadian tiga tahun lalu, saat
mereka bertengkar di kendaraan dalam perjalanan keluar kota. Barney lepas
kendali sehingga mobil yang dikendarainya mengalami kecelakaan.
Diluar hujan belum berhenti,
ketika Barney menikmati makan malamnya
dengan pizza yang dipesannya sementara Anouk memilih pergi ke ruang tamu. Saat gemuruh langit menyebabkan aliran
listrik mati, Barney melihat dengan mata
dan kepalanya sendiri kepingan langit yang jatuh berurai ke tanah, satu demi
satu...meninggalkan kekosongan luar biasa...(hal 9). Dan apakah hubungan keduanya
akan kembali setelah Barney tersenyum tulus dan berkata pada Anouk seolah untuk
menenangkan,”Tidak apa-apa. Cuma badai
biasa.”
Dia, Pemberani, bercerita
mengenai rasa kekhawatiran dan ketakutan Zaleb karena suaminya, Masaai, memiliki hobi yang ekstrim. Gemar menentang
alam dengan nyawa sebagai taruhannya. Karena bagi Masaai itulah cara merayakan
hidup dan bahwa hidup adalah milik para pemberani.
Masaai melakukan base jumping yaitu menjatuhkan diri dari
gedung tinggi dengan hanya menggunakan parasut biasa. Cave diving atau menyelami
gua-gua bawah air dengan kedalaman puluhan meter atau beli-skiing yaitu bermain ski di lereng gunung setelah dijatuhkan
dari ketinggian tertentu oleh helikopter. Satu kali Zaleb bertekad melihat
petualangan suaminya dari dekat. Ia ingin membuktikan bahwa hidup dan mati
adalah sebuah abstraksi, seperti yang dipercaya Masaai selama ini.
Cerita yang juga merupakan judul
buku ini yaitu Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa ada di halaman 188. Mengisahkan
empat astronot yang terdampar di planet Merkurius dengan kondisi roket yang
mereka tumpangi rusak total sehingga tidak bisa kembali ke bumi. Mereka
berhadapan dengan keganasan alam, panas yang begitu menyengat karena jarak dengan
matahari dekat, badai abu hampir
menenggelamkan tubuh mereka dan hujan meteor. Sementara air tidak ada.
Dari ketiga cerita di atas yang
saya tuliskan, bisa ditebak, cerita dalam buku ini bukanlah absurditas yang mengawang-ngawang, yang semata berdasarkan
imajinasi penulisnya. Cerita –cerita dalam buku ini terjadi
disekitar kita tapi hanya dialami
sebagian kecil orang. Cerita yang tidak
pernah diangkat ke ruang publik sebagai fiksi karena dianggap tak menarik seperti
bagaimana peperangan di dunia virtual menjadi candu bagi beberapa orang dalam cerita berjudul Fatima (hal 41) dan
Suatu Saat Kita Ingat Hari Ini (hal 154).
Dan penulis berhasil
menuliskannya dengan cukup apik dalam hal deskripsi setting dan detail lainnya,
seolah penulis pernah menjadi bagian dari cerita. Ini tentu tak lepas dari
riset yang cukup intens dilakukan penulis, seperti yang diakuinya di bagian
akhir buku ini. Point ini membuat
pembaca seolah-seolah ‘melihat’ dan merasakan cerita itu. Cerita dengan judul Labirin yang Melingkar-lingkar dalam Sangkar
(hal 110) berhasil membuat saya tercekam dan mengalami ketegangan seperti yang
di alami Hattashi, Danno dan Riye dalam petualangan di sebuah terowongan
tua.
Cerita dalam buku ini memang tidak ditulis berdasar kaidah fiksi standar
atau teoritis, yang mengharuskan selalu ada konflik dalam cerita yang dibangun,
ada yang menang ada yang kalah. Seperti halnya dalam kehidupan nyata, kadang
tak perlu kalah ataupun memenangkan sesuatu. Atau mungkin sebaliknya, dalam kehidupan
nyata bisa terjadi hal yang aneh dan
ajaib, seperti layaknya sebuah fiksi
fantasi yang tak perlu nalar logika.
Keanehan yang tidak bisa di jelaskan secara sains maupun spiritual.
Dan Seperti yang tertulis di bagian akhir buku ini, mengenai proses
kreatif bagaimana cerita-cerita ini di
buat, bahwa yang ingin penulis sampaikan dalam setiap cerita bukanlah untuk
menginspirasi tapi mempertanyakan sekelumit pengalaman hidup yang kadang
absurd, namun itulah yang membuat pengalaman hidup menjadi berharga.
Ada sedikit kesamaan dengan dua
buku penulis sebelumnya yaitu Balada Cing-Cing (2010) dan Winter Dream (2011), Penulis
tidak menggunakan metapora atau diksi luar biasa. Kata-kata yang dipilih, lugas
dan efektif tapi kepiawaiannya mendeskripsikan setting dan detail membuatnya
menarik dan pesan cerita tersampaikan secara tersirat. Dan ini yang membuat
jarak antara antara cerita dan pembaca seolah tak ada sekat, cerita terasa
natural dan nyata.
Kritik saya untuk buku ini adalah
tulisan mengenai mengupas absurditas yang ditulis pada bagian akhir buku, di
sini penulis menuliskan maksud absurd dari tiga cerita. Menurut saya tulisan
ini tidak perlu disertakan, dengan begitu membaca lebih bebas
menginterpretasikan setiap cerita.
Tapi secara keseluruhan, buku ini
layak dibaca karena membuat kita merenung, tentang kehidupan yang absurd tapi
nyata.
0 komentar:
Posting Komentar