Judul buku : Memilikimu
Penulis :
Sanie B. Kuncoro
Penerbit
: Gagas Media
Tahun :
2011
Hal
: 281
halaman
Harga :
Takdir Perempuan
review by rina susanti
Samara
harus menerima vonis mati bahwa ia tidak bisa memiliki anak karena rahimnya
kering tak mampu memproses pematangan sel telur. Beruntung Samara memiliki
suami, Anom Ilalang, yang mau menerima dan berjanji tetap setia.Anom berjanji
memenuhi sumpah pernikahan yang dulu dia ucapkan. ...mendampingimu dalam segala duka dan bahagia...
Begitulah,
hari berlalu ‘debat’ rancang kamar anak pun berlahan hilang dalam ingatan namun
meninggalkan jejak yang tidak bisa dihapus.
Kenyataan yang selalu menyisakan kepedihan yang panjang. Harapan yang
kosong.
Nyatanya
waktu tidak bisa melepaskan keinginan terdalam Anom untuk memiliki anak
terlebih Samara menolak mengadopsi anak. Anom menginginkan anak yang lahir dari
darah dagingnya. Anak yang lahir dari seorang perempuan. Keinginan yang
berlahan mengobsesinya. Seorang teman mempertemukan Anom dengan Lembayung, seorang
perempuan yang bersedia melakukan kontrak rahim dengannya. Perempuan yang
bersedia dibuahinya lalu mengandung lalu
menyerahkan anak yang dilahirkannya pada Anom. Kontrak di atas kertas tanpa
hubungan perasaan, begitulah Anom berkilah atas mengkhianatannya terhadap
Samara.
Tanpa
perasaan? Tanpa birahi? Sungguh tidak mungkin jika dilakukan dengan cara
penetrasi walaupun hanya sekali. Samara tidak bisa menerima pengakuan Anom yang
dinilainya adalah pengkhianatan janji pernikahan.
Awalnya,
Anom tidak akan secara jujur mengakui kontrak rahim ini. Skenario awalnya
adalah, bila saatnya tiba, bayi itu akan digeletakkan di depan pintu rumah,
seolah seseorang ‘membuangnya’ di sana. Dengan ketulusan dan kebaikan hati yang Samara miliki, Anom yakin Samara akan
merawat bayi itu.
Samara
harus menerima kenyataan bahwa ketidaksempurnaan dirinya menjadi tiket yang sah
dan dianggap halal oleh suaminya untuk mengambil perempuan lain sebagai perempuan
kontrak rahim yang akan melahirkan anak untuknya.
Suatu
pagi, sebuah kecelakaan merenggut nyawa Anom. di batas kesadaran antara hidup
dan mati Anom bertemu dengan bakal calon anaknya yang memberatkan langkahnya
meninggalkan raga begitupun rasa bersalah untuk Samara.
Bukan
hal mudah bagi Lembayung memenuhi janjinya pada Anom, untuk menyerahkan anak
yang di kandungnya selama sembilan bulan pada Samara. Naluri keibuannya
berontak. Pedih dan menyayat. Tapi janji harus ditunaikan.
Disisi
lain Samara tidak bisa menerima kehadiran bayi yang tak lain merupakan bukti
otentik pengkhianatan Anom terhadap dirinya. Bayi yang tidak kuasa menolak
takdir terlahir karena sebuah pengkhianatan.
Seperti
fiksi-fiksi Sanie yang lain, dengan tuturan bersahaja dan santun. Beralur
lambat. Menggigit dan menggiris hati tapi tokoh-tokohnya tidak berkarakter
cengeng. Romantis elegan.
Sebuah
karya fiksi/sastra dinilai bagus bukan karena konfliknya yang tidak biasa. tapi
Banyak fiksi/sastra dengan konflik sangat sederhana namun tetap dikenang dan dibaca
walaupun sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Itu karena fiksi itu
dituturkan dengan cara tidak biasa. Jalinan cerita itu dituturkan dengan
menarik, pilihan kata dan kalimat yang tepat, alur yang pas dan karakter tokoh
yang kuat.
0 komentar:
Posting Komentar