Kamis, April 12, 2012

Takdir Perempuan



 Judul buku      : Memilikimu
Penulis             : Sanie B. Kuncoro
Penerbit           : Gagas Media
Tahun              :  2011
Hal                  : 281 halaman
Harga              :

Takdir Perempuan
review by rina susanti

Samara harus menerima vonis mati bahwa ia tidak bisa memiliki anak karena rahimnya kering tak mampu memproses pematangan sel telur. Beruntung Samara memiliki suami, Anom Ilalang, yang mau menerima dan berjanji tetap setia.Anom berjanji memenuhi sumpah pernikahan yang dulu dia ucapkan. ...mendampingimu dalam segala duka dan bahagia...

Begitulah, hari berlalu ‘debat’ rancang kamar anak pun  berlahan hilang dalam ingatan namun meninggalkan jejak yang tidak bisa dihapus.  Kenyataan yang selalu menyisakan kepedihan yang panjang. Harapan yang kosong.

Nyatanya waktu tidak bisa melepaskan keinginan terdalam Anom untuk memiliki anak terlebih Samara menolak mengadopsi anak. Anom menginginkan anak yang lahir dari darah dagingnya. Anak yang lahir dari seorang perempuan. Keinginan yang berlahan mengobsesinya. Seorang teman mempertemukan Anom dengan Lembayung, seorang perempuan yang bersedia melakukan kontrak rahim dengannya. Perempuan yang bersedia dibuahinya lalu mengandung  lalu menyerahkan anak yang dilahirkannya pada Anom. Kontrak di atas kertas tanpa hubungan perasaan, begitulah Anom berkilah atas mengkhianatannya terhadap Samara. 

Tanpa perasaan? Tanpa birahi? Sungguh tidak mungkin jika dilakukan dengan cara penetrasi walaupun hanya sekali. Samara tidak bisa menerima pengakuan Anom yang dinilainya adalah pengkhianatan janji pernikahan.
Awalnya, Anom tidak akan secara jujur mengakui kontrak rahim ini. Skenario awalnya adalah, bila saatnya tiba, bayi itu akan digeletakkan di depan pintu rumah, seolah seseorang ‘membuangnya’ di sana. Dengan ketulusan dan kebaikan hati  yang Samara miliki, Anom yakin Samara akan merawat bayi itu.
Samara harus menerima kenyataan bahwa ketidaksempurnaan dirinya menjadi tiket yang sah dan dianggap halal oleh suaminya untuk mengambil perempuan lain sebagai perempuan kontrak rahim yang akan melahirkan anak untuknya. 

Suatu pagi, sebuah kecelakaan merenggut nyawa Anom. di batas kesadaran antara hidup dan mati Anom bertemu dengan bakal calon anaknya yang memberatkan langkahnya meninggalkan raga begitupun rasa bersalah untuk Samara.

Bukan hal mudah bagi Lembayung memenuhi janjinya pada Anom, untuk menyerahkan anak yang di kandungnya selama sembilan bulan pada Samara. Naluri keibuannya berontak. Pedih dan menyayat. Tapi janji harus ditunaikan. 

Disisi lain Samara tidak bisa menerima kehadiran bayi yang tak lain merupakan bukti otentik pengkhianatan Anom terhadap dirinya. Bayi yang tidak kuasa menolak takdir terlahir karena sebuah pengkhianatan.

Seperti fiksi-fiksi Sanie yang lain, dengan tuturan bersahaja dan santun. Beralur lambat. Menggigit dan menggiris hati tapi tokoh-tokohnya tidak berkarakter cengeng. Romantis elegan. 


Sebuah karya fiksi/sastra dinilai bagus bukan karena konfliknya yang tidak biasa. tapi Banyak fiksi/sastra dengan konflik sangat sederhana namun tetap dikenang dan dibaca walaupun sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Itu karena fiksi itu dituturkan dengan cara tidak biasa. Jalinan cerita itu dituturkan dengan menarik, pilihan kata dan kalimat yang tepat, alur yang pas dan karakter tokoh yang kuat.

0 komentar:

Posting Komentar