Judul buku : 99 Cahaya di Langitt Eropa
Penulis :
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra
Penerbit
: Gramedia
Tahun :
Juli 2011
Hal
: 392 halaman
review by rina susanti
Hanum
terkejut dengan reaksi Fatma terhadap sekelompok orang yang mengolok-olokkan
islam di depan mereka. Reaksi Fatma sungguh di luar dugaan Hanum. Fatma
bukannya balik memaki-maki mereka seperti keinginan Hanum tapi Fatma malah
mentraktir mereka.
“Kau perlu penyesuaian, Hanum. Hanya satu yang
harus kita ingat. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah
dan membawa keberkahan di komunitas nonmuslim. Dan itu tidak akan pernah
mudah.”
Menjadi
agen muslim yang baik. Kalimat yang membuat Hanum tercenung. Bersahabatan Hanum
dan Fatma, seorang muslimah Turki, berawal dari perkenalannya di kelas kursus
bahasa Jerman. Persahabatan yang mengenalkan Hanum pada keindahan Islam yang
sesungguhnya.
Pertemanan
Hanum dengan Fatma tidak saja membuat Hanum melihat Islam dari sisi berbeda
juga mengenalkannya jejak sejarah yang ditorehkan Islam di Eropa. Dari bukit
Kahlenberg Fatma memulai ceritanya. Sebuah bukit di kota Wina yang menjadi
saksi kekalahan kekaisaran Islam Turki Ottonom di tangan Jerman dan Polandia. Kemudian keduanya
berjanji untuk menelusuri jejak Islam di Perancis bersama-sama. Namun tiba-tiba Fatma
menghilang dengan hanya meninggalakn pesan bahwa dia harus kembali ke negaranya
padahal keduanya bertekad untuk mengunjungi tempat di eropa dimana islam
menorehkan sejarahnya bersama-sama.
Tanpa
di duga perkenalan Hanum dan Rangga dengan imam mesjid Vienna Islamic Center menghubungkan
keduanya dengan sosok Marion, perempuan muslim Prancis yang mendalami secara
khusus Studi Islam Abad Pertengahan dan dosen di universitas Sorbonne.
Mirion
menjadi guide untuk Hanum dan Rangga selama menelusuri musieum di Perancis
Mirion
menunjukkan pada fakta mengenai kebudayaan Islam yang tidak tercatat dalam buku
sejarah. Fakta bahwa motif kain yang dikenakan di kepala Maria di semua patung
yang di buat pada abad pertengahan adalah lafaz Laa Ilaa Ha Illallah yang
ditulis dengan seni kaligrafi arab kuno. Tulisan tanpa sengaja yang dilakukan
seniman-seniman Eropa pada abad itu karena pengaruh euphoria kebudayaan Islam
yang masuk ke Eropa dalam bentuk hasil dagang seperti hasil tenun dan tekstil
yang bercorak kaligrafi.
Fakta
bahwa ahli filsafat perancis Voltaire, 30 tahun setelah menulis fragmen drama
yang menjelekkan Nabi Muhammad SAW menulis esai tentang islam yang menyebutkan
sebagai agama yang menjunjung toleransi.
Fakta
bahwa Napoleon Bonaparte membangun monumen-monumen kemenangan atas penaklukannya pada garis imejiner yang
searah dengan kiblat Mekkah. Apakah ini sebuah kebetulan? (hal 181).
Fakta
yang membuktikan bahwa di masa lalu ajaran dan kebudayaan Islam menarik perhatian bangsa Eropa yang membukakan
gerbang lahirnya era pencerahan. Islam membuktikan bahwa agama dan ilmu
pengetahuan bisa berjalan beriringan dan saling mendukung.
Di
bawah kekuasaan dan pemerintahan Islam Andalusia (meliputi wilayah Spanyol dan
Portugal) mengalami kemajuan pesat dalam hal ilmu pengetahuan dan budaya
(seni). Pada perkembangannya pembangunan kota Cordoba bukan hanya sebagai pusat
pemerintahan juga ilmu pengetahuan. Kota yang melahirkan banyak ilmuwan karena
di kota ini di bangun universitas Cordoba yang luas dan megah. Kota yang
menjadi tujuan pencari ilmu di Abad Pertengahan. Di kota ini perpustakaan
terbesar pertama lahir namun tak meninggalkan jejak karena semua buku di bakar
habis saat Raja Ferdinand dan ratu Isabella menaklukannya. Kekalahan pemerintahan
Islam ini lebih dulu di picu oleh
masalah intern yaitu terpecahnya kekuasaan
menjadi dinasti – dinasti kecil (raja kelompok/golongan).
Sedikit
sekali buku sejarah Islam yang mengakui bahwa Andalusia bukan saja melambangkan
kejayaan peradaban Islam masa lalu tapi juga lambang dari kekalahan,
penaklukan, penghinaa, pengusiran, dan perebutan kehormatan. Sejarah yang
menorehkan luka dan trauma mendalam. Sejarah yang menumbuhkan rasa curiga satu
sama lain hingga hari ini. Islam, Kristen dan Yahudi adalah tiga agama yang
menginduk pada ajaran yang disampaikan nabi Ibrahim namun pada berkembangannya
ketiga agama samawi ini kerap berselisih paham. Masing-masing mengklaim
agamanya yang paling benar dan tentu saja itu sah. Hanya saja kadang pengklaiman
itu dilakukan dengan segala cara termasuk pemaksaan dan kekerasan. Namun
benarkan semua cara itu dilakukan murni atas nama agama? Jejak sejarah telah
membuktikan bahwa ternyata agama hanya sebagai kambing hitam. Agama hanya
sebagai tameng pembenaran perebutan kekuasaan dan ego manusia. Perang salib
yang berlangsung ribuan tahun dan pecahnya Andalusia menjadi kerajaan –
kerajaan kecil hanya salah satu contoh.
Buku
ini bukan sepenuhnya novel seperti yang tertulis di cover buku. Buku ini
merupakan catatan perjalanan penulisnya, sepasang suami istri, selama tinggal
di Eropa. Dengan pengalaman Hanun sebagai jurnalis menjadikan buku ini enak di baca. Bahasanya
padat dan mengalir. Tidak membuat lelah walaupun cukup tebal. Dilengkapi jejak
kronologis sejarah dunia sehingga memudahkan membaca memetakan sejarah yang
tercatat dalam novel perjalanan ini.
2 komentar:
buk yang tertunda cukup lama nih karena dipinjam. Alhamdulillah, udah balik, moga bisa segera membaca, kesetrum reviewnya mbk rina :D
sip...karena bukunya bagus banget membuat pengen jalan-jalan ke Eropa...semoga...NB: duh, belum sempat aja nich ngelink blognya mbak sinta...
Posting Komentar