Selasa, Februari 04, 2014

KUKILA



Judul Buku          : Kukila (kumpulan Cerpen)
Penulis                 : M. Aan Mansyur
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Tahun                   : November 2012
Hal                          : 184
ISBN                      : 978-978-22-8839-1
Harga                    : rp.38.000,-








Kukila
Alasan saya membeli dan membaca buku ini hanya satu, karena buku ini masuk dalam 10 besar Khatulistiwa Literary Award (KLA) 2013. Buku-buku yang masuk nominasi KLA selalu membuat saya penasaran, sejak jamannya SGA (Seno Gumira Ajidarma), sekitar 10 tahun lalu kali ya, jaman-jamannya kuliah. Dua buku nominasi KLA 2013 yang sudah saya baca Pulang karya Leyla S Chudori sudah saya review di sini dan Amba karya Laskmi Pamuntjak (belum sempat di resensi ).
Kembali ke buku Kukila. Ternyata Kukila nama seorang perempuan, yang dalam kesustraan klasik berarti burung.  Kukila terlibat cinta segitiga yang kemudian disesalinya hingga separuh hidupnya di dera perasaan bersalah yang besar kepada mantan suaminya, mantan kekasih (selingkuhannya) dan ketiga anaknya.
Rasa bersalah yang membuatnya membenci september dan pohon. Karena pada bulan september Rusdi, suaminya meninggalkannya setelah menebang pohon mangga yang di tanam sehari setelah mereka pindah ke rumah itu. Kukila dan Rusdi menyebutnya Pohon Mangga Pernikahan.
Aku menangis waktu pohon mangga itu ditebang Rusdi. Aku tahu, Rusdi juga menangis dengan bahasanya sendiri. Namun, pohon mangga harus ditebang sebagai akhir cerita, sebuah akhir pernikahan. Kami telah sepakat. Tidak boleh ada yang egois di antara kami membiarkan pohon itu tetap tumbuh(hal 9).
Kukila menikah dengan Rusdi karena perjodohan yang dilakukan orangtua mereka. Sebelumnya Kukila memiliki kekasih bernama Pilang, sahabat Rusdi.  Namun karena Pilang dan dirinya beda agama, orangtua Pilang tidak merestui hubungan itu.
Rusdi seorang suami baik dan bertanggung jawab sayangnya, dia tidak bisa memberi keturunan. Mereka telah menganggap pernikahan yang tidak dianugrahi anak sebagai pernikahan terkutuk. Kutukan paling celaka (hal 34). Jadilah Rusdi meminta Pilang tidur dengan istrinya. Benih cinta Kukila dan Pilang kembali tumbuh. Benih cinta yang menghancurkan kehidupan rumah tangganya bersama Rusdi dan ketiga anaknya.
Kukila menuliskan perasaan menyesal dan cerita hidupnya pada lembaran surat yang dikirim pada anak sulungnya.
Menurut saya yang membuat cerpen-cerpen ini istimewa karena kata-kata yang dipilih penulis cukup apik. Beberapa kalimat seperti disusun bernada. Tidak menjelimet, karena bahasa yang dipilihnya bahasa keseharian hanya cara penulis memadupadankan sehingga menjadi manis. Deskripsinya detail tapi tidak berlebihan.
Seperti dalam paragraf ini. Dalam duduk, aku panjatkan doa-doa. Doa-doa saja, tanpa air mata. doa-doa panjang. Aku tidak mampu menemukan pilihan kata yang baik dan kalimat pendek. Sebenarnya aku ingin berkata; Tuhan, kokohkan aku, kokohkan Rora dan adik-adiknya. Lalu berkali-kali kata ‘amin’ aku letakkan di ujung doa (hal 11).
 Aku pulang. Banyak yang berubah. Jalan beraspal licin melata sampai kaki bukit-sampai menjilat bibir pintu rumah penduduk. Jalan yang sama dulu membawaku pergi meski harus berjalan kaki sejauh lima belas kilometer sebelum bertemu mobil (hal 146).
Selain Kukila, cerpen yang menjadi pembuka buku ini, sekaligus cerpen yang paling panjang, ada 15 cerita pendek lain dengan ‘sense’ berbeda-beda. Jika cerpen Kukila terkesan serius maka di cerpen lain, kita di bawa tertawa atau cengir karena ide cerita yang lucu dan konyol atau endingnya yang tak  yang tak terduga.  Seperti dalam cerpen berjudul Lima pertanyaan perihal bakso (hal 139) dan Sehari setelah istrinya di makamkan (hal 103).
Walaupun begitu penulis tetap menuliskannya dengan bahasa yang manis dan bersahaja hingga nikmat dibaca (tapi ini soal selera ya...hehe, yang pasti ini cukup masuk dalam selera saya).
Dalam beberapa cerpen penulis mengkritik pandangan masyarakat bangsawan Bugis yang menganggap pernikahan tanpa anak adalah kutukan.

Dalam beberapa cerpen, penulis memberi nama tokoh utamanya yang sama Kukila. Ini mengingatkan saya pada cerpen-cerpennya SGA, yang senang sekali menamai tokohnya dengan nama Alina atau Sukab dalam cerita berbeda alias tidak berhubungan satu sama lain.

2 komentar:

Siti Hairul Dayah/ catatansiemak mengatakan...

jadi penasaran penen baca...aku juga suka mak buku2 yg masuk KLA ...:)

Rina Susanti mengatakan...

ayo di baca-baca heheeh

Posting Komentar