Senin, Desember 10, 2012

Cerita dalam Secangkir Kopi




Judul Buku          : Blue Romance
Penulis                 : Sheva
Penerbit               : Plotpoint
Tahun                  : September 2012
Hal                      : 215
Cerita dalam Secangkir Kopi

Mencicipi secangkir affogato di sabtu pagi di Blue Romance adalah sebuah ritual khusus bagiku. Sebuah rutinitas yang aku sukai. Aku tidak suka kejutan, sejak ibu dan bapakku secara spontan pergi ke luar kota lalu mengalami kecelakaan yang menewaskan mereka. Dulu ibu selalu menyiapkan sarapan sabtu pagi dengan sepiring wafel dengan es krim cookies and cream seperti yang tengah aku nikmati saat ini. Hujan bukan kejutan yang aku harapkan di pagi ini tapi aku enggan pulang selain tidak membawa payung. 

Hari ini aku bertemu dengan orang yang, secara garis besar, memiliki banyak kesamaan denganku. Penyuka kopi. Pemuja sarapan.Yatim piatu. Lucu sekali. Kami mengobrol. Lalu dia pergi tanpa pamit, hanya meninggalkan lembaran-lembaran post itu kuning bergambar dengan satu pertanyaan next Saturday how about?  Dan aku menunggunya di sabtu minggu berikutnya dan dia datang pukul sebelas lewat. Tak lama hujan turun. Kami tertawa kecil. ia mengulurkan tangannya dan menyebut namanya. Aku tersenyum, dan ikut memperkenalkan diri.

Cerita  di atas adalah satu dari tujuh cerita yang tertulis dalam buku Blue Romance, nama sebuah coffee shop. Dan dari tempat inilah cerita-cerita dalam buku ini  dimulai. Seperti Rika yang membuat janji bertemu dengan Nico, teman masa kecilnya di coffe shop ini. Atau Kai yang bertemu Chantal, seorang anak yang mencari keberadaan ayahnya. Ketujuh cerita dalam buku ini adalah sebuah cerita pendek yang tidak berhubungan satu sama lain. Masing-masing membawa kisah kehidupan berbeda namun dengan satu kesamaan  tokoh-tokoh dalam buku ini adalah menikmat kopi. Seperti penulisnya.

Setiap kisah dibuka dengan definisi racikan kopi yang disuka tokoh utamanya. Seperti  dalam cerita The Coffee and Cream Book Club. Coffee and cream:  kopi berbasis espresso, disajikan dengan krimer dan gula yang bisa ditambahkan sesuai keinginan pelanggan. Sedikit banyak kehidupan punya kemiripan rasa yang sama dengan  kopi. Manis, pahit, dingin, hangat atau panas. Mungkin itu yang ingin disampaikan sang penulis. 

Kekuatan Sheva terletak pada detail deskripsi dan bahasa yang mengalir tapi kurang kuat pada karakter tokoh, sehingga saat membaca ketujuh cerita ini saya merasa mendapati kesamaan tokoh. Bukan karena semua tokoh penikmat kopi seperti penulisnya jika saya katakan sifat dan kesukaan tokoh dalam cerita-cerita ini pun adalah penulisnya, karena banyaknya kemiripin antara tokoh utama dalam setiap cerita.  Mungkin ini yang membuat cerita dalam buku ini kurang greget walaupun thema yang diangkat cukup beragam. 

Cerita-cerita dalam buku ini pun tidak terlalu membuat ‘penasaran’ karena selalu ditutup dengan ending terbuka. Salah satu kekuatan sebuah fiksi adalah kejutan dan ‘touch’ deskripsi tokoh yang menguatkan karakter. Beberapa cerita bisa ditebak endingnya dan ini membuat pembaca tidak terlalu tertarik untuk membaca setiap lembar buku  sampai tuntas.