Senin, September 10, 2012

Thanks God is Monday




Judul Buku      : I Love Monday
Penulis             : Arvan Pradiansyah
Penerbit           : Kaifa (grup Mizan)
Tahun              : Maret 2012
Hal                  : 299










Kalimat ‘I don’t like Monday’ atau ‘thanks God it’s Friday’ yang kerap terlontar bahkan menjadi  stigma    tanpa disadari telah membentuk mindset kita mengenai hari senin yang penuh penderitaan. Bayangan setumpuk pekerjaan, deadline, meeting-meeting panjang, wajah bos bahkan kemacetan sudah dibayangkan sejak minggu malam.

Arvan Pradiansyah dalam bukunya ‘I Love  Monday’ mengajak kita menemukan penyebab  dan solusi ‘Monday Morning  Blues’ yang melanda lebih dari 50% pekerja. Dan ternyata cara pandang kita terhadap pekerjaanlah yang membentuk stigma hari senin yang buruk ini. Bagaimana anda memandang pekerjaan anda? Sebagai cara untuk bertahan hidup (survival)? Untuk mencapai kesuksesan dalam hidup? Atau mencapai kebahagian sejati?

Monday Morning blues terjadi pada orang yang melihat pekerjaan sebagai serangkai tugas (job) yang harus dilakukan walaupun tidak disukai, dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam ini uang. Sebaliknya orang yang bergairah menghadapi hari senin adalah orang yang meyakini setiap energi yang dikelaurkan nya untuk bekerja adalah jalan untuk mencapai kesuksesan . orang –orang ini sangat menyukai pekerjaannya karena pekerjaan itu adalah passion mereka. Mereka tidak memikirkan beratnya pekerjaan mereka atau gajinya yang kecil yang mereka impikan adalah impian besar mereka.

Tapi pencapaain tertinggi adalah ketika anda melihat pekerjaan untuk mencapai kebahagian sejati. Anda menyadari pekerjaan anda adalah panggilan suci atau calling dari yang Maha Kuasa. Anda menyadari untuk pekerjaan itulah anda diutus oleh yang Maha Kuasa. Dengan pekerjaan itulah anda  memberi manfaat bagi orang lain. Dalam posisi ini anda akan melihat bahwa pekerja bukan sekedar untuk hidup tapi untuk kehidupan. Melayani dan berbagi. Anda tidak akan berpikir berapa uang yang akan anda dapatkan karena anda menyadari esensi dari pekerja adalah untuk melayani dan memberi manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain.

Menemukan Calling

Jika anda belum merasa pekerjaan anda bukan calling anda artinya anda belum menemukan jawaban untuk apa anda diutus yang Maha Kuasa ke dunia ini. Padahal  Tuhan menciptakan kita untuk menjadi ‘somebody’ menjadi orang yang hebat di bidang kita masing. Namun  Tuhan menyampaikannya secara halus dan implisit melalui apa yang kita sukai, apa yang kita inginkan dan impikan dan apa yang membuat kita senang melakukannya. Dengan demikian, hakikat bersyukur adalah menerima pemberian Tuhan dan mengekplorasinya agar bermanfaat bagi orang lain.

Ada dua pilihan ketika anda sudah menemukan calling anda tapi ternyata tidak sesuai dengan pekerjaan anda saat ini. Sehingga anda selalu membenci hari senin dan berguman. Pekerjaan ini bukan passion anda akibatnya anda mengerjakan pekerjaan anda tidak maksimal dan menyebabkan karir anda jalan di tempat sepanjang anda pekerja walaupun sudah bertahun-tahun.

Pertama, tinggalkan pekerjaan anda dan bekerjalah sesuai calling anda. Kedua, jika itu tidak memungkinkan karena anda takut dengan resikonya maka bersyukur dan belajarlah mencintai pekerjaan anda dengan sungguh-sungguh.  Sehingga pekerjaan itu akan memunculkan perasaan berharga, berguna dan bermanfaat bagi orang banyak.

Sadarilah sesungguhnya anda bekerja untuk Tuhan.

Sayangnya dalam bukunya ini Arvan tidak sedikitpun menyinggung atau melihat dalam persfektip ibu bekerja. Mungkin tidak semua, tapi pada ibu bekerja terutama yang memiliki anak balita kerap tersisa rasa bersalah karena kembali bekerja (monday)  berarti bersiap dengan tangisan anak yang melarang ibu bekerja. Bagaimana menyiasati perasaan ini?