Senin, September 14, 2009

Memaknai kembali Shadaqoh

oleh: rina s

Tulisan ini saya nukil dari sebuah buku berjudul Keajaiban Shodaqoh dengan penulis Muhammad Muhyidin. Semoga menjadi inspirasi untuk berbuat lebih baik di bulan mulia ini.

Perumpamaan shodaqoh seperti menanam di kebun. Pasti berbuah, kalaupun buahnya tidak lebat paling tidak berkembang. Ada juga yang mengumpamakan shodaqoh dengan memberi hutang. Hanya saja dalam hal ini, Allah swt yang akan melunasinya.

Shodaqoh dalam pengertian yang paling umum adalah memberi sesuatu kepada orang lain. Dalam pengertian ini agama-agama lain mengajarkan hal serupa, memberi. Tapi makna shodaqoh hanya ada dalam ajaran islam. Yang membedakannya adalah;
Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang telah beriman: ‘hendaklah mereka mendirikan sholat, menafkahkan sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi atapun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (QS. Ibrahim: 31)

Penulis menyebutnya sebagai pemiskinan makrifatullah, ketika seruan untuk bershodaqoh diiming-imingi keutamaan dan keajaibannya dan akhirnya orang melakukan shodaqoh agar memperoleh keutamaan atau keajaiban shodaqoh. Padahal tujuan shodaqoh adalah mendekati dan berada dekat dengan Allah swt. Hal ini terkait dengan kesimpulan dari beberapa hadits nabi Muhammad saw dan kisah para sahabat, yang menyebutkan empat keutamaan shodaqoh; Pertama, shodaqoh mengundang datangnya rejeki. Kedua, menolak bala, ketiga dapat menyembuhkan penyakit dan keempat shodaqoh dapat memanjangkan umur.

Adapun keutamaan atau keajaiban shodaqoh hanyalah efek dari ‘memberi’ yang kita lakukan. Tentunya efek ini hanya timbul jika kita ‘memberi’ dengan benar, yaitu disertai ketulusan dan keikhlasan. Efek ini dapat diperoleh tanpa memandang apakah seorang muslim atau bukan yang melakukannya. Banyak kita dengar atau membaca kisah keajaiban shodaqoh – dalam hal ini memberi – yang dilakukan orang-orang non muslim dan mereka mendapat keajaiban itu. Keajaiban shodaqoh itu juga tercermin dalam ungkapan – ungkapan mereka. Salah satunya yang pernah diungkap Henry Ford Sr......’sesungguhnya sukses dimulai dari memberi.’ Ini terkait dengan sifat ar-Rahman dan ar-Rahim Allah swt. Dengan ar-Rahman-Nya, Allah memanjangkan rejeki, memanjangkan umur, menyelamatkan dari bencana dan menyembuhkan penyakit. Ar-Rahman diberikan Allah swt pada semua makhluk tanpa memandang islam atau bukan . Sedangkan ar-Rahim hanya diberikan Allah swt kepada orang beriman dan bertaqwa (muslim) kelak di akhirat.

Ada istilah yang disebut penulis dengan ‘seni bershodaqoh yang keliru’, yang menyebabkan shodaqoh tidak memberikan dampak spiritual dan sosial pada pemberi maupun penerima shodaqoh.

Seni bershodaqoh yang keliru (1), Memuat tujuh kekeliruan dalam hal cara menyampaikan shodaqoh. Diantaranya memberi shodaqoh karena lebih bukan yang baik. Disadari atau tidak, hal ini yang dipahami masyarakat luas ketika menyebut perintah shadoqoh. Hak heran kita sering mendengar ungkapan, “Boro-boro shodaqoh mas, buat makan aja susah.” Atau memberikan sesuatu yang dinilai pemiliknya tidak layak pakai, alias barang bekas. Atau memberi ‘sisa’. Sisa masakan kemarin untuk pembantu atau tetangga yang dinilai tidak mampu. Padahal seruan bershodaqoh adalah memberi yang baik. Ukuran besar, kecil, sedikit atau banyak disesuaikan kemampuan.

Seni bershodaqoh yang keliru (2), berkaitan dengan tujuan shodaqoh. Satu diantara tujuh kekeliruan itu adalah berharap balasan. Disadari atau tidak, dengan bahasa lugas atau tersirat. Seperti mengharapkan ucapan terima kasih sehingga saat si penerima shodaqoh tidak berterima kasih, pemberi shadaqoh menggerutu. ”kok gak bilang terima kasih sich.”


Empat bab selanjutnya dalam buku ini, membahas logika dari empat keajaiban shodaqoh yang telah disebutkan di atas. Seperti kaitan shodaqoh dan rejeki. Penulis mengumpamakan pemberi shodaqoh seorang guru dan penerima shodaqoh sebagai muridnya. Dengan logika, guru yang mengajarkan ilmu kepada muridnya tidak membuat ilmunya berkurang sebaliknya malah bertambah. Begitupun shadoqoh yang diberikan tidak akan membuat harta berkurang.

Shodaqoh tidak sekedar memberi. Dalam ajaran islam, shadaqoh adalah perintah dari Allah swt dan harus dilakukan karena Allah swt.