Jumat, Oktober 08, 2010

Menjadi cantik, Gaya dan Tetap Kaya

Judul Buku : Menjadi Cantik, Gaya dan Tetap Kaya
Penulis : Prita H. Ghozie, SE, MCom, CFP.
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun : April 2010
Tebal : XXII + 320


 review by rina s

Kepandaian mengelola dan merencanakan keuangan untuk seorang perempuan menjadi penting bukan karena kelak jika setelah menikah umumnya perempuan yang memegang kendali atas keuangan keluarga juga karena perempuan lebih mudah tergoda dengan sale dan lebih memperhatikan komentar orang terutama berkaitan dengan penampilan dan mode. Jadi jika tak pandai-pandai, abislah uang dengan meninggalkan bukti setumpuk baju, sepatu, tas dan kosmetik.

Menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung adalah salah satu bentuk pengelolaan dan perencanaan keuangan yang baik. Mengabaikan menabung sama artinya dengan beranggapan bahwa tidak akan nada gejolak ekonomi, perusahaan tempat bekerja akan tetap berjalan sampai anda pensiun dan tidak ada keluarga, saudara atau teman kena musibah dan meminta bantuan.

Prita H. Ghozie seorang konsultan keuangan independent dan dosen di sebuah universitas ternama di Jakarta dalam bukunya yang berjudul ‘Menjadi Cantik, Gaya dan Tetap Kaya’ , memaparkan dengan cukup detail bagaimana uang dikelola dan direncanakan agar kita bisa menikmati hidup dengan indah dan sejahtera.

Langkah awal yang harus dilakukan untuk membenahi masalah keuangan adalah dengan mengetahui ‘Angka-Angka Anda’. Pertama , mengetahui berapa kekayaan bersih yang dimiliki. Tak perlu khawatir dengan cara menghitungnya karena buku ini dilengkapi kolom isian untuk memudahkan perhitungannya. Kedua, mengetahui keluar masuk arus kas. Langkah mudahnya selalu menuliskan pengeluaran dan pemasukan setiap bulan. Dengan melakukan kedua langkah tersebut kita akan mengetahui seperti apa kekayaan bersih yang dimiliki; positif, negatif atau seimbang.

Agar kekayaan bersih positif, bisa menabung – untuk dana darurat dan investasi yang perlu dilakukan mengurangi arus kas (berhemat), mencari tambahan penghasilan atau dua-duanya. Hemat bukan berarti menyiksa diri dengan ‘puasa’ tidak makan enak sama sekali, berpenampilan lusuh dan tubuh tidak terawat tapi menyesuaikan gaya dan pola hidup sesuai anggaran.

Hemat juga berarti bisa menetapkan prioritas, mana pengeluaran yang didahulukan dan mana yang bisa ditunda atau dihapus sama sekali. Contoh kasusnya sepasang suami-istri muda, Dinda dan Damar (hal 71) yang mengaku memprioritaskan anak. Namun setelah dilihat arus kasnya, ternyata pengeluaran untuk cicilan TV plasma 4 kali lebih besar dari asuransi pendidikan anaknya. Alasannya, karena menyicil menggunakan kartu kredit dengan bunga 0 persen. Ini sekaligus mengingatkan promo kartu kredit dengan bunga 0%, belanja kelipatan, belanja minimal, by one get one, diskon, dan poin reward yang diberikan membuat pengguna kartu kredit merasa tak bersalah jika pengeluarannya melebihi anggaran.

Pertanyaannya mungkin, bagaimana bisa tetap cantik padahal harus hemat? Resep dan trik untuk tetap tampil cantik, gaya dan hidup kaya tanpa mengelurkan banyak uang bisa didapatkan pada bab 5 bagian buku ini. Sebut saja misalnya, apa yang harus ada dilemari perempuan agar selalu siap tampil gaya. Bagaimana bisa tetap bersosialisasi bareng teman tanpa mengeluarkan banyak uang. Atau untuk si hobi belanja agar tetap bisa belanja tanpa rasa bersalah, buat shopping account dan tetapkan anggaran untuk belanja. Tahan diri untuk tidak belanja sebelum shopping account mencapai anggaran minimum untuk bisa belanja.

Bahasa yang digunakan dalam buku ini memudahkan orang awam memahami bagaiaman seharusnya uang dikelola dengan baik. Setiap bahasan disertai contoh kasus keseharian khas perempuan atau pasangan muda berkaitan dengan masalah uang. Seperti keluhan tidak bisa menabung karena penghasilan pas-pas an dan tak tahan godaan sale.

Selanjutnya, menjadi kaya dan tetap kaya. Kenapa harus kaya? Ungkapan Robert T. Kiyosaki dalam bukunya Rich Dad Poor Dad dapat dijadikan alasan yang tepat; uang mungkin bukan hal penting dalam hidup namun uang mempengaruhi segala sesuatu yang penting bagi anda-taraf pelayanan kesehatan yang bisa anda nikmati, kualitas pendidikan yang anda dan anak anda dapat peroleh, dan tentu saja tingkat kualitas hidup yang dapat anda jalankan. Kalau boleh saya tambahkan, uang pun berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas ibadah jika dikelola dengan baik.
Investasi dinilai pilihan tepat untuk menjadi kaya karena investasi bisa menaikkan modal paling besar (hingga 50%) dibanding menabung, deposito atau investasi emas. Yap, memang cukup menggiurkan tapi tanpa pengetahuan dan pengalaman bisa jadi uang yang diinvetasikan lenyap dalam hitungan menit. Kabar baiknya, seperti yang ditulis Prita dalam buku ini, tak perlu sekolah khusus untuk pandai –membaca situasi – berinvestasi. Yang diperlukan hanya pengetahuan dasar dan pengalaman yang didapat dari learning by doing. Dan belajar untuk memulai investasi bisa dimulai dengan nominal kecil.

Kepandaian Prita memaparkan beragam jenis investasi, resiko dan modal mental yang harus dimiliki seorang investor dengan ringkas dan mudah dipahami, tanpa beragam teori canggih seperti meruntuhkan kesan yang menyatakan bahwa investasi adalah dunia lelaki. Dan belajar untuk memulai investasi bisa dimulai dengan nominal kecil.
Bagian akhir buku ditutup dengan kisah perempuan-perempuan yang sukses dengan pilihan hidupnya. Menjadi full day mom namun membantu menopang ekonomi keluarga. Ya, untuk menjadi perempuan cantik, gaya dan tetap kaya tidak melulu harus berkarir di kantor. Find your passion, follow your hear and love what you do.
Kaya yang diinginkan setiap orang sangat mungkin berbeda. Ada yang ingin kaya karena ingin mempunyai banyak rumah dan mobil. Ada juga yang menilai kaya berarti bisa hidup indah, sehat dan sejahtera sampai tua dan mampu membiayai pendidikan anak setinggi-tingginya. Ada pula yang ingin kaya agar bisa berzakat, infak dan shodakoh sebesar-besarnya. Begitupun dengan standar tampil gaya dan cantik. Ciptakan ‘kaya’ yang anda inginkan, jadikan semangat untuk mencapainya dan jangan pernah lupa untuk mensyukuri apapun hasil akhir yang didapat.



Sabtu, September 18, 2010

Panduan Menu untuk Si Kecil



resensor : Rina Susanti

Judul Buku       : Menu Balita 30 Hari
Penulis             : Wied Harry Apriadji
Penerbit           : Pustaka Bunda
Tahun              : 2009
Halaman          : 128


Sempat bingung waktu si kecil Azka (2 tahun 4 bulan) mulai pilih-pilih makanan dan gak mau coba menu baru yang saya bikin. Mulai lah hunting buku menu balita dan buku ini sepertinya pas. Buku yang berisi panduan menu untuk si kecil dengan menu seimbang antara protein, karbohidrat, vitamin dan mineral. Lebih dari itu menu-menu di buku ini bisa juga dibuat dalam porsi lebih banyak untuk bisa dinikmati seluruh anggota keluarga lain. Untuk saarapan atau bekal makan siang si kakak. Sebut saja misalnya menu nasi goreng serai, puding wortel, kroket brokoli atau sup tomat kacang merah.

Salah satu menu contekan yang bisa dinikmati seluruh anggota keluarga adalah Nasi Gurih Hijau (hal 53).

Bahan:
100 g kacang polong
200 ml air
100 g beras
100 g udang kupas, potong 2 cm
50 g bawang bombai, cincang
3 butir bawang merah, cincang
2 lembar daun jeruk, buang tulang daunnya, iris tipis, cincang
1 batang serai, iris cincang
Garam
2 sdm minyak goreng
2 cm jahe
1 lmr daun pandan

Cara Membuat:
Blender kacang polong dengan 100 ml air. Tuang ke panci listrik (rice cooker), tambahkan beras dan air. Masukkan udang, bawang bombai, bawang merah, daun jeruk, serai, garam, minyak goreng, jahe dan pandan.Masak hingga nasi kesat dan uap air sedikit. Aduk rata nasi. Sajikan hangat.

Inspiratif bukan?

Tentang penulis.
Wied Harry Apriadji, seorang konsultan gizi, penulis buku dan host pada acara Harmoni Alam beberapa waktu lalu. Buku lain yang ditulisnya Variasi Makanan Sehat Bayi.

Minggu, Agustus 15, 2010

Buku untuk bekal Ramadhan


resensor: Rina Susanti

Salah satu sentilan bulan Ramadhan untuk saya membuka kembali - tidak hanya menjadikan pajangan  - buku-buku penambah wawasan dan pemahaman  keislaman. Kembali membuka, membaca dan memahaminya. Berikut beberapa buku pilihan yang  saya buka kembali dan mungkin bisa jadi inspirasi untuk melengkapi home library para mama.

Seri Ensiklopedi Islam

Penerbit           : Ichhtiar Baru Van Hoeve
Tahun              : Edisi Baru 2005
Halaman          : 2.504 (7 jilid dan 1 jilid indeks) + 1 CD Room
Pemimpin Redaksi : Prof. DR. Azyumardi Azra, M.A

Seri ini terdiri dari 7 jilid dan satu jilid berisi indeks. Merupakan karya/tulisan para cendekiawan islam di Indonesia. Disusun berdasarkan urutan alpabet yang memudahkan pencarian sebauh entri. Thema mencakup segala bidang pengetahuan keislaman seperti ibadah, fikih, kalam, tasawuf, sejarah, seni dan budaya, negara islam dan tokoh-tokoh islam. Hampir setiap tulisan di lengkapi ilustrasi yang memperkaya uraian. Setiap entri (tulisan) dilengkapi daftar puskata.

Ditulis dengan bahas yang lugas dan mudah dipahami.


Perempuan

Judul Buku      : Perempuan
Penulis             : M Quraish Shihab
Penerbit           : Lentera Hati
Tahun              : Cetakan 1 2005
                          Cetakan   Februari 2010
Halaman          : 401

"Lelaki yang tidak didampingi oleh perempuan – demikian juga sebaliknya – bagaikan perahu tanpa sungai, malam tanpa bulan atau biola tanpa senar. Tanpa perempuan, bayi tak akan lahir, dan yang lahir pun tidak merasakan kasih sayang. Tanpa perempuan masa muda lelaki menjadi gersang, masa matangnya menjadi hampa dan masa tuanya menjadi penyesalan. Memang Allah menciptakan perempuan – baik sebagai istri, ibu atau anak – untuk dicintai lelaki, demikian pula sebaliknya. Bagi lelaki, tanpa perempuan hidup adalah neraka, siksa dan dengan perempuan hidup bisa menjadi surga di dunia ini."

Buku ini melengkapi pengetahuan seputar dunia perempuan dalam pandangan islam. Dengan bahasa yang mudah dicerna dan thema kekinian yang diangkatnya menjadi salah satu sebab buku ini menjadi buku best seller dan mengalami beberapa cetak ulang. Thema yang dibahas meliputi perempuan dari cinta sampai seks, termasuk bagaimana islam dan perempuan berperan dalam membentuk kelurga sakinah.  Perihal Nikah mut’ah, nikah sunnah, nikah sirri  dan isu-isu seputar perempuan dalam kajian fikih modern seperti perempuan dan keluarga berencana, kepemimpinan perempuan dan keterlibatannya dalam dunia politik.

Dalam buku ini pun M. Quraish Shihab berusaha memberikan kupasan dan tuntunan dari sudut pandang agama (Al-Quran) atas berbagai tuntunan dan keinginan berbagai kalangan (yang mengaku) pembela hak-hak perempuan yang (secara tidak sadar) terkadang justru melecehkan kaum perempuan itu sendiri.

Mutiara Riyadhushshalihin


Judul Buku      : Mutiara Riyadhushshalihin
Penulis             : Imam Al-Nawawi
Penerbit           : Mizan
Tahun              : September 2009
Halaman          : 902


Buku yang  merupakan hadiah dari sebuah penerbit dan buku yang saya jadikan resolusi untuk bisa dibaca, dipahami dan diamalkan  tahun ini.

Buku ini penting dimiliki oleh setiap Muslim yang  menjadikan hadis Nabi sebagai pedoman dan pegangan dalam hidupnya. Buku ini memuat hadis-hadis tentang berbagai persoalan terkait kehidupan seorang Muslim: ibadah; muamalah; akhlak; doa; adab; keutamaan amal; perintah Allah; larangan Allah, dan yang lainnya.

 Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang modern dan enak dibaca. Dilengkapi transliterasi teks-teks doa berbahasa Arab
 Sedikit tentang penulis 

Al-Nawawi (631-676 H/1233-1277 M). Nama lengkapnya adalah Yahya ibn Syarf ibn Murry ibn Hasan Al-Huzami Al-Hurani, Al-Nawawi, Abu Zakariya. Lahir di desa Nawa, dekat Kota Damaskus, pada 631 H/1233 M dan meninggal dunia pada tahun 676 H/1277 M. Tempat tersebut kemudian dinisbatkan kepadanya, Al-Nawawi (orang Nawa).

Al-Nawawi adalah seorang ilmuwan di bidang fiqih dan hadis. Al-Nawawi juga telah menulis banyak buku yang sampai saat sekarang masih dipelajari oleh umat Islam dan dijadikan sebagai rujukan resmi. Di antara karya-karya tersebut adalah: Minhâj Al-Thâlibîn; Al-Adzkâr Al-Nawawiyyah; Bustân Al-‘Ârifîn; Raudhah Al-Thâlibîn; Al-Tibyân fî Âdâb Hamlah Al-Qur'ân; Al-Arba‘ûn Hadîtsân Al-Nawawiyyah.

Kamis, Juni 24, 2010

Agar saat Membaca (selalu) Menjadi saat yang Menyenangkan untuk si Kecil





Seiring bertambahnya usia si kecil, dimana ia sudah mengenal banyak hal dan bisa memilih keinginannya sendiri, bukan tidak mungkin aktivitas dibacakan buku menjadi pilihan terakhirnya atau bahkan mungkin si kecil menolaknya, seperti yang dilakukan putri saya Azka (2 tahun).   Azka tidak lagi antusias setiap kali saya membelikan buku baru dan bersiap membacakan atau memperlihatkan gambar-gambarnya.”Nggak mau!” teriaknya.”Nonton aja!”  ya, Azka bukan lagi bayi yang duduk manis dipangkuan saya dan mendengarkan dengan penuh minat buku yang saya  bacakan. 
Pilihan Azka untuk menonton dibanding mendengarkan saya membacakan buku tidaklah mengherankan karena gambar-gambar yang ditontonnya hidup-bergerak atraktif dan bisa dinikmatinya sambil tiduran.  Saya tidak menyangkal, bahwa tv khusus bayi dan balita yang ditontonnya  berkontribusi positif pada perkembangannya namun ia perlu stimulasi yang lain untuk mengoptimalkan perkembangannya. Mengajaknya main diluar rumah berinteraksi dengan alam dan teman sebaya atau membacakannya buku.  
Kenapa membacakan  buku pada si kecil begitu penting? Pertama, membacakan buku pada si kecil memperkuat kelekatan ibu dan si kecil. kedua, mengenalkan kosakata baru untuk si kecil. ketiga, meningkatkan kemampuan berbicara dan mengekspresikan pikirannya.
Beberapa mama beranggapan, bahkan berkeyakinan, membacakan buku sejak dini pada si kecil bisa membuatnya lebih cepat membaca, pintar dan jenius. Ada pula sebagian mama yang beranggapan membacakan buku pada si kecil sejak bayi (bahkan sejak masih dalam kandungan) sebagai sebuah tuntutan,”Jaman sekarang bayi baru berojol pun dituntut bisa baca,” komentar seorang mama dengan nada skeptis.
Mengutip yang ditulis Jim Trelease dalam bukunya yang berjudul The Read Loud Handbook; membacakan buku sejak dini pada anak tidak ditujukan untuk ‘menciptakan’ bayi super, tapi lebih sebagai usaha untuk membangun hubungan antara orang tua dan anak serta mengkontruksi ‘jembatan’ hubungan antara anak dan buku. Kelak, bila anak sudah siap, sebagai pembaca, ia akan menyebrangi  ‘jembatan’ itu.
Artinya, ketika   mama membacakan  buku pada si kecil janganlah menuntutnya untuk menjadi cepat bisa membaca dan menulis tapi buatlah suasana membacakan buku menjadi hal yang menyenangkan sehingga kelak keinginan si kecil  untuk bisa membaca akan muncul dengan sendirinya.
Lalu apa yang harus dilakukan ketika si kecil menolak dibacakan buku atau sekedar melihat gambarnya? Memaksanya tentu bukan pilihan bijak karena itu malah akan membuatnya menjadi trauma terhadap buku. Berikut beberapa tips dan trik berdasarkan pengalaman pribadi agar membaca selalu menjadi saat yang menyenangkan untuk si kecil;

1.       Pilih Waktu yang Tepat dan Posisi Nyaman
Mengalihkan perhatian si kecil dari tv  bukan hal mudah, namun bukan berarti tidak bisa dicoba. Saat si kecil nonton alihkan perhatiannya pada buku tanpa mematikan tv hanya mengecilkan suaranya. Tidak sedikit anak yang sudah mulai terbiasa menonton tv, ingin ditemani tv (tv menyala) saat sedang bermain. Suara-suara dari tv yang begitu familiar membuatnya nyaman.  Kebiasaan itu dapat hilang seiring berkurangnya intensitas si kecil menonton tv. Jika mama tidak berhasil mengalihkan perhatian si kecil dari tv jangan pernah memaksanya.

Pilih waktu yang paling baik yaitu saat si kecil bermanja-manja dengan mama atau saat hendak tidur. Saat hendak memulai membacakan buku, pastikan posisi si kecil cukup nyaman untuk mendengarkan. Menyandarkannya pada tumpukan bantal yang nyaman atau duduk di pangkuan mama.


2.       Be an Actor
Setiap anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan penuh imajinatif namun dengan daya tangkapnya yang masih terbatas mereka sangat senang melakukan, menonton, melihat atau mendengar sesuatu secara berulang-ulang. Jadi jika baru satu kali sebuah buku diperkenalkan pada si kecil dan dia tidak suka atau bahkan menolak, sebaiknya mama tidak buru-buru men judge bahwa buku tersebut tidak disukai si kecil.

Si kecil tidak akan suka jika mama membacakan buku dengan intonasi datar (seperti membacakan berita) karena belum setiap kata ia pahami maka ia sebenarnya memperhatikan intonasi dan ekspresi ibu saat membacakan buku. Karena dari ekpresi dan intonasi  yang ibu tunjukkan si kecil bisa menilai seberapa seru buku yang dibacakan mama. Mau tidak mau mama harus bisa memerankan karakter-karakter yang ada di buku yang mama bacakan. Jangan malu jika harus menandak-nandak atau menirukan berbagai macam suara binatang.

3.       Pilih Thema yang Diminati Si Kecil
Si kecil sudah beranjak besar dan mampu menentukan pilihan keinginannya namun belum semua keinginannya  bisa ia ucapkan jadi mama yang harus berinisiatif mencari tahu buku berthema apa yang sekiranya diminati si kecil. Luangkan waktu untuk melihat-lihat kembali buku koleksi si kecil dan coba ingat-ingat buku berthema apa yang paling diminati si kecil. Dongeng fabel kah? Cerita Barbie? Barney atau Ensiklopedi bergambar binatang seperti seri Dinosaurus atau Burung?  Dan masukkan thema buku yang serupa untuk budget buku baru si kecil bulan depan.

4.       Selain buku bergambar dua dimensi
Mungkin ini akan jadi ekperimen yang menyenangkan untuk si kecil, memberinya buku dengan banyak kejutan gambar di dalamnya.
a.       Buku bergambar tiga dimensi
Buku bergambar tiga dimensi ilustrasinya terlihat nyata dan hidup dengan kualitas warna sangat bagus, ketiga keunggulan ini selain membantu mengembangkan  imajinasi dan pemahaman anak terhadap isi cerita juga membuat si kecil tidak cepat bosa memelototi gambarnya.

b.      Buku berjendela
Beberapa gambar  dalam buku ini dibuat double. Satu gambar dibuat diatas sebuah kertas yang menutup  gambar di bawahnya. Dan lipatan kertas ini bisa dibuka tutup. Buku ini menuntun si kecil menemukan berbagai kejutan dalam  rangkaian cerita yang mama bacakan.  mama pun bisa mengajak si kecil untuk lebih terlibat aktif dalam aktivitas ini yaitu dengan cara meminta si kecil menebak gambar yang ada di bawahnya sebelum ia membukanya. Jangan lupa memberinya reward jika tebakannya benar.

c.       Lift the flap book
Buku ini bisa dibilang lebih seru dari buku berjendela. Gambar dalam buku model ini dilengkapi lipatan-lipatan kertas yang jika dibuka tutup memunculkan gambar dalam posisi berbeda. Misal, gambar seekor burung saat lipatannya dibuka, burung tersebut tengah namun saat lipatannya ditutup.
Ada beberapa lipatan yang lebih dari dua rangkap sehingga memunculkan lebih dari tiga gambar berbeda.

5.       Bernostalgia dengan buku masa kecilnya
Mama tentu tidak membuang koleksi buku saat si kecil masih bayi. Buku-buku dari kain yang lembut dan gambarnya timbul.
Sesekali perlihatkan buku lamanya dan  ajak si kecil membaca ulang sambil mengingatkan bahwa dulu ibu pernah membacakan buku ini untuknya dan betapa menyenangkannya saat itu.

Sama halnya dengan buku berjendela, membacakan dan memperlihatkan gambar buku Lift the flap book lebih rentan untuk disobek si kecil. Untuk itu beri pengertian pada si kecil untuk menyayangi dan merawat bukunya. Tunjukkan akibatnya jika ia merobek salah satu lipatannya  maka gambar yang dilihatnya tidak jelas bentuknya. JIka si kecil tetap ‘suka’ menyobek bukunya, sebaiknya hal itu jangan membuat mama lantas enggan membelikan atau membacakannya buku. Dengan semakin seringnya intensitas kita membacakan buku ia makin mengerti arti buku dan si kecil tidak lagi menyobek bukunya.
Menciptakan suasana mencintai dan membiasakan membaca buku yang dilakukan mama dan papa  adalah cara yang tak kalah efektif untuk menumbuhkan minat baca si kecil. Jika mama juga seorang mama bekerja diskusikan dan alih tugaskan keinginan mama   pada pengasuhnya karena waktu yang dihabiskan si kecil dengan pengasuhnya lebih banyak dari mama maka dialah yang lebih berperan. (rs)

Selasa, Mei 04, 2010

The Franklin Series

Penulis : Rina S

Franklin sudah bisa berhitung dan mengikat tali sepatunya sendiri dan hari itu hari pertama Franklin masuk sekolah. Benarkah pertama kali masuk sekolah adalah hal yang menyenangkan? Namun bagi Franklin hari  pertama masuk sekolah juga  membuatnya gelisah dan takut sampai perutnya terasa mulas. Hari itu Franklin bangun lebih pagi dari kedua orang tuanya, ia takut kesiangan masuk sekolah. Di halte bis Franklin bertemu teman-temannya yang ternyata  sudah ada yang bisa berhitung, membaca dan menulis  angka, hal itu membuat Franklin gelisah dan mengurungkan niatnya untuk sekolah.

Franklin adalah seorang anak kura-kura yang jika diibaratkan seorang anak manusia, Franklin kira-kira berusia antara empat sampai lima tahun. Teman-teman sekolah dan bermain Franklin adalah Bear si beruang, Fox si rubah, Rabit si kelinci, Beaver si berang-berang, Moose si rusa, Hawk si bulang elang dan masih banyak lagi. Thema cerita dalam seri Franklin bisa dibilang mewakili tahapan yang akan dilalui si kecil, sebut saja judul Franklin Pergi ke Sekolah.

Gambar cover dan isi seri buku ini didominasi warna hijau. Walaupun warna hijaunya tidak terkesan gelap dan suram, tetap saja mulanya saya kurang sreg dan membuat saya ragu apakah Azka akan menyukainya. Karena bukankah bayi, batita atau balita suka buku dengan gambar berwarna-warna terang dan mencolok. Tak disangka saat pertama kali membacakannya – saat itu Azka berusia kurang lebih satu tahun – Azka langsung suka dan sejak itu ingatan dan ‘pengetahuan’ apa itu sekolah tertanam pada Azka. Tiap ia melihat anak mengenakan tas, ia menunjuk,”sekolah.” Begitu pula kalau melihat anak tetangga membawa buku ia langsung berujar sekolah. Kini setiap Azka melihat tas kecil dan menyelempangkan di bahunya ia bilang,”mau sekolah.”

Yang membedakan buku ini berbeda dari buku anak-anak pada umumnya (bacaan anak usia taman kanak-kanak) adalah menyampaiannya yang melibatkan perasaan dan emosi (suasana hati) para tokohnya – Franklin dan teman-temannya - dengan cukup detail. Seperti kegelisahan Franklin saat pertama kali masuk sekolah. Ada pula ketakutan Moose si rusa (dalam buku berjudul ‘Teman baru Franklin’) saat pertama kali tinggal dan bertemu teman-teman baru di lingkungan baru. 

Pada Franklin dan Peri gigi menceritakan keinginan Franklin memiliki sesuatu yang tidak ia miliki tapi dimiliki hampir semua temannya yaitu gigi dan hadiah dari peri gigi sebagai pengganti gigi yang sudah tanggal. Dan apa yang dilakukan Franklin untuk mewujudkan keinginannya? Ternyata Franklin membuat surat untuk peri gigi Ehm, sungguh belum terpikir sebelumnya mengajarkan si kecil menuangkan keinginannya dengan menuliskannya sejak dini. (rs)

Selasa, Februari 23, 2010

Resensi Wolf Totem



(New cover) (previous cover)


Judul buku : Wolf Totem
Penulis : Jiang Rong (Lu Jiamin)
Penerbit : Hikmah
Tahun : Desember 2009
Hal : 616 halaman
“Perang menuntut kesabaran,” sahut Bilgee lirih. ”Peluang menampakkan diri hanya pada mereka yang sabar, baik manusia maupun hewan, dan hanya mereka yang sanggup memanfaatkan peluang-peluang itu. Menurutmu bagaimana Jengis Khan sanggup mengalahkan pasukan-pasukan Jin (Cina) yang berukuran besar dengan jumlah tentara berkuda sesedikit itu? Dan semua bangsa yang jatuh ke tangannya?
Kesabaran itu pula yang dilakukan serigala Olonbulag. Untuk menikmati pesta pembantaian rusa, serigala harus menunggu hingga lima atau enam tahun, saat rusa bermigrasi dalam jumlah ribuan di awal musim dingin. Penyerangan dimulai setelah serigala mengintai dan menunggu hingga pagi hari. Karena walaupun sedang tidur, hidung dan telinga rusa tetap waspada hingga jika ada bahaya rusa akan melesat lari dan kecepatan berlari seekor rusa bukanlah tandingan serigala. Untuk itu seekor serigala akan menunggu hingga rusa tertidur dan bangun di pagi hari dengan kandung kemih penuh. Dan itulah saat tepat seekor serigala menerkam mangsanya karena rusa tidak bisa berlari sambil berkemih.
Pada saat yang sama, manusia mengintai pembantaian itu dan menunggu saat yang tepat untuk mengusir serigala dan menjarah rusa tangkapan serigala. Kulit rusa dihargai lebih tinggi dari upah mengembala dan daging rusa panggang segar adalah makanan terlezat di padang rumput. Akibatnya diawal musim semi serigala yang kelaparan akan turun gunung dan menjarah hewan ternak. Kisah diatas hanya sekelumit ‘pertempuran’ tanpa akhir antara serigala, nomad dan keganasan alam di padang rumput Mongolia Dalam.
Berawal pada musim dingin tahun 1967, Chen Zhen satu dari ribuan pelajar yang menuruti seruan Pemimpin Mao untuk ‘turun ke desa’.
Chen Zhen dikirim ke Olonbulag, Banner* Ujimchin di kawasan Mongolia Dalam bagian utara. Bagi Chen Zhen dan beberapa pelajar ‘turun gunung’ ini adalah kesempatan mendapat kehidupan yang tenang dan mereka tidak sepenuhnya ‘menuruti’ Pemimpin Mao. Chen Zhen melakukan perlawanan dengan cara membawa dua dus buku berisi buku-buku yang dilarang pemerintahan Mao karena dinilai kapitalis dan anti revolusioner. seperti buku-buku sejarah dan literatur Cina dan novel-novel sastra klasik karya penulis besar dunia seperti Balzac dan Tolstoy. Buku-buku itu akhirnya beredar dikalangan pelajar secara sembunyi-sembunyi dan menjadi barang yang mempunyai daya tawar cukup tinggi.
Sebagai masyarakat nomaden – hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan membangun perkemahan dan mendirikan tenda bundar berwarna putih yang disebut yurt – dan alam berupa padang rumput, mata pencaharian utama masyarakat Mongolia Dalam adalah berburu dan pengembala domba, beternak sapi dan kuda. Dan Chen Zhen bekerja sebagai penggembala domba, suatu perkerjaan yang nilai lebih santai di banding memelihara kuda atau berburu.
Wilayah Mongolia Dalam terkenal dengan keganasan alamnya, badan salju yang bisa berlangsung berhari-hari dan serangan nyamuk ganas di musim kemarau. Untuk bertahan hidup selain harus bersaing dengan alam juga dengan hewan sebagai penghuni padang rumput seperti serigala, rusa, tikus dan marmut. Bersaing untuk mendapatkan lahan untuk hewan ternak dan bersaing mendapatkan hewan buruan. Dan itulah hal yang menarik perhatian sekaligus membuat Chen Zhen kagum. Namun yang lebih mengejutkan sekaligus membuat Chen Zhen ‘mencari tahu’ ternyata bagi masyarakat Mongolia serigala bukankah sekedar hewan buruan tapi sekaligus Totem mereka. Padahal bagi masyarakat Cina, serigala adalah momok yang menakutkan. Serigala mengancam ternak dan pertanian mereka.
Satu persatu, berkat kedekatannya dengan Bilgee – seorang lelaki tua asli Mongolia yang dituakan dan berpengaruh, sebab mengapa serigala menjadi totem mereka terungkap. Setelah mengikuti setiap perburuan dan melihat dari dekat perilaku serigala, Chen Zhen mengamini pendapat Bilgee bahwa serigala adalah binatang yang cerdas. Dan mereka meyakini dari serigalalah leluhur mereka, Jengis Khan dan prajuritnya belajar hal ihwal strategi perang militer, keberanian, kekerasan, kemampuan mengorganisir dan mampu bertahan hidup ketika harus melintasi ribuan kilometer dengan menunggang kuda untuk sebuah penaklukan. Membentangkan kekuasaan sepanjang daratan Asia (Cina, Rusia, Persia, Asia tengah dan Asia tenggara) dan sebagian Eropa. Sebuah penaklukan yang dilakukan suku primitif buta hurup dari negeri yang kering dan sengsara.
Novel yang memenangi Man Asian Literacy Prize tahun 2007 ini diangkat dari kisah nyata penulisnya, seorang intelektual Cina bernama pena Jiang Rong. Dalam novelnya ia berperan sebagai Chen Zhen, seorang intelektual muda Cina yang menghabiskan lebih dari satu dekade hidupnya di wilayah Mongolia Dalam. Walaupun baru diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia akhir tahun lalu sebenarnya novel ini terbit untuk pertama kali tahun 2004 dan telah terjual lebih dari empat juta kopi.
Deskripsi langskap-lanskap padang rumput, detail sebuah perburuan, interaksi antara manusia, binatang dan alam yang komplek jalin menjalin menjadi satu dengan bahasa yang mengalir dan hidup membuat buku setebal 616 halaman ini terasa lebih tipis. Tak bisa berhenti membaca. Saya pikir ini tidak lepas dari penerjemahnya, yang begitu apik dan tepat memilih setiap kata sehingga walaupun terjemahan ‘emosi’ penulisnya tetap terasa, tidak kaku dan tidak kehilangan ruh ‘sastra’nya.
Dengan setting novel yang terjadi pada periode 1966-1976, saat kondisi suhu politik Cina ‘panas’ tidak bisa tidak novel ini bersinggungan dengan isu politik yang terjadi tahun itu. Dan di sini terlihat Jiang Rong sangat hati-hati dalam mengkaitkan cerita dalam novel ini dengan situasi politik atau pemegang kekuasaan di Cina saat itu. Alasannya, mungkin karena yang menjadi inti cerita dan pesan yang ingin disampaikan Jiang Rong dalam novel memoar ini bukan apa dan bagaimana politik di Cina saat itu. Sebut saja ketiadaan penjelasan mengenai mengapa para pelajar termasuk dirinya yang dikirim Olonbulag diharuskan bekerja seperti layaknya masyarakat setempat. Atau perihal kampanye ‘empat lama’ yaitu menghapusan gagasan lama, adat-istiadat lama, kebiasaan lama dan praktik lama, yang hanya sedikit disinggung. Pun penjelasan mengenai produksi yang harus memenuhi quota yang ditetapkan, jumlah jam kerja, denda, dan keberadaan perwakilan militer yang mengatur dan menguasai masyarakat. Untuk pembaca yang tidak tahu situasi politik di Cina saat mungkin akan agak membingungkan, walaupun tidak mengurangi esensi novel ini secara keseluruhan namun terasa ada ruang yang kosong. Atau Rong menghindari ini untuk menghindari bukunya di cekal peredarannya oleh pemerintah?
Lepas dari itu, mengutip yang dikatakan Rong pada sebuah media massa di Cina. “I spent 30 years thinking, and six years writing ‘Wolf Totem’, and my only hope was to produce an appealing story.” Hasilnya bukan sekedar novel yang menarik namun rekaman jejak sebuah kebudayaan yang hilang. Eksodus warga Cina etnis Han, etnis mayoritas sekaligus etnis dari mana penulis berasal ke wilayah Mongolia dengan membawa ide modernitas, pembukaan lahan pertanian secara besar-besaran, mendirikan rumah-rumah permanen, dan perintah pemusnahan serigala secara masal menyebabkan kebudayaan-kebudayaan asli Mongolia tergerus. Alasan pelarangan hidup berpindah-pindah adalah untuk menghindari kekeringan di padang rumput akibat pertanian yang eksesif dan perpindahan peternakan. Dalam novel ini Rong mengupas dengan detail bagaimana masyarakat Mongolia mempertahankan padang rumput dan menjaga ekosistemnya adalah dengan cara hidup berpindah-pindah dan simbiosis mutualismenya dengan serigala.
Chen Zhen sudah jatuh hati pada serigala dan bertekad menyelamatkan serigala, dengan cara merawat seekor anak serigala. Suatu hal yang bertentangan dengan masyarakat Mongolia yang mendewakan serigala dan pemerintah yang memerintahkan pemusnahan. Namun Chen Zhen tetap dengan tekadnya, dengan alasan untuk mempelajari karakter serigala akhirnya perwakilan penguasaa militer, Bao Shungui mengijinkan dan mendukungnya. Mampukah Chen Zhen dan teman-temannya menyelamatkan kawanan serigala dan membentung pembukaan lahan pertanian di kawasan Mongolia Dalam?
Kehadiran buku ini bukan tanpa kritik. Seorang kritikus Jerman Wolfgang Kubin menilai buku ini fasis karena bisa menimbulkan kebencian dari salah satu pihak.
Don’t judge the book from the cover, tapi saya pikir soal cover buku terkait dengan selera dan setiap orang bisa berbeda menilai cover buku. Dan menurut saya cover buku ini kurang menarik, pertama kurang artistik walupun saya akan kebingungan jika ditanya definisi artistik. Kedua, terlalu biasa atau tidak membuat orang penasaran untuk membacanya. Lepas dari itu, saya suka novel ini karena kandungan historis nya dan memuat banyak hal soal keseimbangan alam. Ehm, kabarnya buku ini akan segera difilmkan, kita tunggu saja dan berharap sebagus novelnya.
Salam….

Beberapa istilah
Banner : Unit administrasi yang setara dengan county (semacam kabupaten)
Totem : Sebuah kepercayaan keagamaan. Totem biasanya adalah hewan atau figure alam yang secara spiritual mewakili sekelompok orang atau suku.
Sekilas tentang penulis:
Jiang Rong adalah nama pena dari Lu Jiamin. Akibat The Great Proletarian Cultural Revolution atau Revolusi Budaya yang dilakukan Mao (1966), ia dan ribuan pelajar Cina lain harus “kembali ke desa dan memetik ‘pelajaran’ dari pada petani”. Akibat revolusi ini ujian masuk perguruan tinggi dibatalkan selama satu dekade. Tahun 1978 Lu Jiamin kembali ke Beijing dan meneruskan pendidikan di Akademi Ilmu Sosial lalu bekerja sebagai akademisi (dosen) di Universitas Beijing dan pensiun pada tahun 2006.