Senin, Desember 15, 2014

Bahagia Ketika Ikhlas



Judul Buku          : Bahagia Ketika Ikhlas  
Penulis                 : Rena Puspa
Penerbit              : Elex Media Komputindo
Tahun                   : 2014
Hal                        : 186
ISBN                    : 978-602-02-4557-7

Bahagia Ketika Ikhlas

Salah satu kebahagian seorang perempuan adalah ketika menyandang gelar ibu. Tuhan pun melengkapinya dengan naluri keibuan yang berkembang secara alami melalui proses kehamilan, melahirkan dan menyusui.

Hormon-hormon yang bekerja pada ketiga proses itu sebenarnya yang membuat seorang wanita selalu ingin menyempurnakan perannya sebagai ibu. Perasaan ingin menyayangi, merawat, memelihara dengan penuh kesungguhan dan kasih sayang sebenarnya memang di dominasi oleh peran hormon-hormon yang ada pada proses kehamilan, kelahiran, dan menyusui, yaitu adanya hormon estrogen, progesteron, oksitosin, dan dopamin. (hal 3)

Namun pada saat yang bersamaan peran ibu menimbulkan rasa cemas karena banyak perubahan yang terjadi dari mulai rutinitas, perubahan fisik, maupun psikologis. Kecemasan yang juga pernah saya alami.

Perubahan fisik yang umumnya di cemaskan adalah gemuk dan  tidak cantik. Setelah bayi lahir dan menyusui, kecemasan lebih terfokus pada bayi. Cemas ASI tidak mencukupi, tidak bisa mengurus bayi, rasa bersalah berlebihan membayangkan kelak bayi akan di tinggal bekerja, yang semuanya berujung pada rasa sedih dan merasa tidak berharga. Kecemasan yang sebenarnya merupakan gejala bahwa ibu mengalami baby blues sydrome.

Baby blues sydrome di alami 50%-80% ibu baru melahirkan dan umumnya akan hilang dengan sendirinya. Namun pada beberapa kasus bisa berubah menjadi depresi yang berkepanjangan dan akut. Kondisi ini biasanya tidak di sadari ibu ataupun orang-orang di dekatnya, sampai si ibu melakukan tindakan berbahaya seperti menghabisi sendiri nyawa anaknya dengan alasan sayang. Beberapa contoh kasusnya bisa di baca di halaman 10.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Perubahan hormon selama proses hamil, melahirkan dan menyusui sangat berpengaruh, jadi bisa di katakan setiap ibu  memiliki peluang stres yang sama. Namun dari berbagai macam peran ganda yang di emban  ibu, yaitu ibu bekerja, ibu bekerja dari rumah dan ibu rumah tangga, maka ibu rumah tanggalah yang memiliki peluang stres lebih besar.

Ada tiga alasan utama yang menyebabkan ibu rumah tangga memiliki peluang stres lebih besar yaitu perasaan minimnya apresiasi atau penghargaan yang diberikan,  merasa tidak memiliki aktualisasi diri dan akibat peran ibu itu sendiri yang harus mengurus berbagai pekerjaan rumah tangga, anak dan suami dalam waktu hampir bersamaan. Ehm, setelah melepas label working mom setahun silam, saya tahu rasanya stres karena pekerjaan rumah tangga yang tak kunjung habis, harus mendampingi anak-anak pada saat bersamaan ingin menikmati waktu untuk diri sendiri.

Sebagian masyarakat memahami konsep aktualisasi diri dengan pencapaian besar yang dilakukan di luar rumah atau karir padahal menurut teori Maslow yang di kutip dalam buku ini (hal 5), aktualisasi diri adalah hasrat untuk mengoptimalkan pontensi diri, tanpa sekat di luar atau di dalam rumah.

Dan solusi agar ibu tidak terjebak dalam stres tapi bahagia  adalah ikhlas dalam menjalani peran sebagai ibu, dalam suka maupun duka. Konsep ikhlas dalam buku ini dibangun dari pemahaman terhadap surat Al-Ikhlas (QS ke - 112   dalam Al-Qur’an) yang artinya Esa, yaitu saat hati dan pikiran hanya di fokuskan untuk Allah swt semata.

Sikap ikhlas sejati bukan sebuah sikap menerima apa adanya namun sedang menekan rasa kecewa, tapi sebuah penerimaan yang tulus dengan kondisi apa pun termasuk saat sedang mengalami kekecewaan, di mana kekecewaan itu tidak kita tekan keberadaannya, namun kita terima apa adanya dengan penuh ketulusan sebagai bagian dari diri kita (hal 108).

Artinya, ikhlas sejati bukan sikap menerima dengan cara menekan rasa kecewa, tapi menerima dengan  tulus kondisi sulit yang menimpa sebagai bagian dari diri kita.

Ikhlas mudah di ucapkan tapi sulit di praktikkan, ungkapan itu mungkin kerap kita dengar. Jadi bagaimana agar ikhlas mendatangkan kebahagian dan ketenangan? Paparannya di jelaskan pada hal 164.

Pada bab 5  penulis memaparkannya dengan rinci bagaimana meraih bahagia dengan konsep ikhlas yang dibarengi dzikir (doa) akan melahirkan sikap tidak mudah menyerah.

Sikap syukur yang terjadi sebagai bentuk pelaksaan konsep ikhlas yang tepat, akan membuat orang ingin bergerak melakukan yang terbaik tanpa henti, dan selalu ingin lebih memaksimalkan potensi  terbaik dirinya, karena dia paham semua yang dia terima adalah amanah dari Allah yang harus selalu dia maksimalkan potensinya seoptimal mungkin (hal 117).

Di bab sebelumnya yaitu bab 4, penulis memaparkan bagaimana menanamkan kebahagian dengan tetap menjadi diri sendiri walaupun pilihan yang kita ambil tidak sesuai keinginan. Ini sesuai dengan ungkapan bahwa kebahagian itu pilihan bukan takdir. Artinya, baik ibu rumah tangga, ibu bekerja ataupun ibu bekerja dari rumah memiliki peluang bahagia yang sama karena  kita sendiri yang menentukan mau hidup bahagia atau tidak. 

Sedangkan pembahasan secara rinci mengenai dua faktor utama penyebab stres yaitu hormonal dan eksternal ada di bab 2 dan 3. Di kedua bab ini penulis memberikan beragam tips bagaimana mengelola emosi dan kesibukan agar tidak menjadi memicu stres. Seperti managemen membereskan beragam kegiatan domestik  rumah tangga yaitu mencuci mencuci, memasak dan menyetrika. Kiat dalam menjalani berbagai peran sebagai ibu bagi anak balita, anak, remaja dan sebagai istri di paparkan juga dalam bab 3.

Di bab 6 sekaligus bab penutup, penulis meluruskan  konsep bahagia dan sukses yang selama ini dipahami dengan cara bersebrangan, meraih sukses dengan mengorbankan kebahagian atau sebaliknya. Lalu bagaimana mencapai kesuksesan dengan bahagia? Jawabannya ada di bab ini.

Kekurangan buku ini terletak pada tata bahasa.  Terdapat kalimat-kalimat panjang yang tidak efektif, dua kata bermakna sama dalam satu kalimat,  dan pengulangan  kata.

Seperti di hal 4; Kebanyakan para ibu rumah tangga biasa (full time mom) kesulitan memaknai peran besarnya sebagai seorang ibu, hanya karena mereka diam saja di dalam rumah itu artinya tidak berarti dan tidak bermanfaat.

Mungkin maksud kalimatnya seperti ini; Kebanyakan para ibu rumah tangga biasa (full time mom) kesulitan memaknai peran besarnya sebagai seorang ibu, mereka merasa tidak berarti dan tidak bermanfaat karena berdiam diri di rumah.

Dan stres yang bertumpuk jika tidak dikelola dengan baik akan berubah menjadi fenomena bola salju, yang semakin hari semakin membesar, sehingga akhirnya efek stres itu akan menutup potensi – potensi baik yang sejatinya sudah ada pada diri seorang ibu.

Terdapat dua kata dengan makna sama pada kalimat di atas. Makna fenomena bola salju adalah semakin lama semakin membesar. Kata sehingga akhirnya dan efek, menunjukkan akibat atau efek.

Atau penggunaan kalimat; tidak melulu hanya yang bisa di reduksi menjadi tidak hanya atau tidak melulu karena maknanya sama.

Pengulangan kata ‘dia’, double  kata sambung di paragraf 2 hal 116,  dapat dihilangkan agar kalimat menjadi efektif dan tidak bertele-tele. Begitupun pada paragraf 3 hal 117.

Kesalahan yang sama di jumpai di halaman lain. Kesalahan yang seharusnya tidak terjadi jika editor* lebih teliti.

Tanpa  bermaksud sengaja mencari-cari kekurangan buku ini tapi karena terbaca begitu saja.  semoga bisa menjadi masukan jika buku di cetak ulang. 

Menurut saya penggunaan kalimat efektif dan lugas penting agar mudah di pahami dan dicerna pembaca terlebih ini adalah buku non fiksi dan bersifat selp help.

Hal lain adalah contoh kasus di hal 10 mengenai ibu yang membunuh 3 anaknya akibat depresi. Menurut saya nama universitas dan kalimat...kerudung panjang yang dikenakannya bla bla, tidak perlu di tulis karena memberi kesan subjektif dan tendensius.

Secara keseluruhan, isi buku ini bagus, karena penulis bukan hanya mengajak pembaca memahami bagaimana meraih kebahagian dengan konsep ikhlas juga membuat paham konsep aktulisasi diri. Pemahaman ini bisa melecut para ibu, terutama ibu rumah tangga untuk menggali potensi dirinya dan berkarya dari rumah.  

Walaupun  buku ini lebih ditujukan untuk para ibu rumah tangga yang rentan stres tapi direkomendasikan untuk  semua ibu karena potensi stres ada di mana-mana. Di buku ini juga penulis memberikan kiat singkat agar ibu bekerja tidak dilanda perasaan bersalah berlebihan karena meninggalkan anak saat bekerja caranya dengan menerapkan konsep ikhlas. 

Kebahagian seorang ibu akan menciptakan rumah tangga harmonis dan  anak-anak yang  tumbuh dengan bahagia dan optimal, kunci untuk meraihnya adalah menerapkan konsep ikhlas dalam menjalani peran sebagai ibu. (rs)

ket:

*Saya tidak menemukan nama editor tercantum di buku ini.


Resensi ini diikutsertakan dalam Giveaway Bahagia Ketika Ikhlas



Kamis, Desember 04, 2014

Panduan Kehamilan untuk Muslimah




Judul Buku          : Panduan Kehamilan Muslimah
Penulis                 : Dr. Dr. H. Imam Rasjidi, SpOG(K) Onk
Penerbit              : Noura Books
Tahun                   : 2014 (cetakan ke 2)
Hal                          : 245
ISBN                      : 978-602-9498-38-7

Panduan Kehamilan Muslimah

Kehamilan adalah moment yang ditunggu pasangan suami istri. Bukan sekedar buah dari kasih sayang antara istri dan suami, fitrah ilahiah juga yang menjadikan pasangan suami istri bahagia saat seorang anak hadir dalam keluarga.

Kehamilan adalah proses yang panjang dan berat, jadi sebaiknya dipersiapkan dengan menjaga kesehatan fisik, mental dan membekali diri dengan pengetahuan sistem reproduksi.  Gunanya selain  untuk memudahkan ibu memahami perubahan yang akan dialami selama kehamilan, baik perubahan fisik maupun mental juga agar janin tumbuh sehat.

Kesehatan fisik di jaga dengan memulai pola hidup sehat seperti tidak merokok, olahraga teratur, makanan dan minuman yang dikonsumsi baik dan bergizi dan yang tak kalah penting menghindari stress. Sedangkan kesiapan mental di lakukan dengan cara menyadari sepenuhnya peran baru yang siap di emban yaitu sebagai ibu dan ini tentu akan merubah banyak hal dalam hidup. 
Proses hamil diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), perkembangan janin dalam rahim dan diakhiri dengan lahirnya bayi. Konsepsi terjadi ketika sel telur di buahi sperma, proses ini terjadi beberapa saat setelah melakukan hubungan intim suami istri (hal 2).

Kehamilan di tandai dengan keterlambatan haid dan meningkatnya hormon kehamilan yang bisa di deteksi melalui air urine setelah sekitar 10 hari terlambat menstruasi.

Perubahan fisik dan mental ini biasanya diikuti beragam keluhan, diantaranya pembesaran rahim menyebabkan kram perut. Perut bawah terasa sakit dan sering buang air kecil, akibat peregangan otot rahim dan ligamen penyangga rahim. Pergelangan dan jemari kaki bengkak akibat pembesaran rahim yang menekan pembuluh darah sehingga darah mengumpul di bagian bawah tubuh.

Perkembangan janin dari minggu ke minggu adalah hal menakjubkan. Semuanya terangkum secara dalam bab 3 (hal 39) yang membahas mengenai masa  kehamilan.

Pembentukan sistem pembuluh darah dan sistem saraf diikuti pembentukan organ vital terjadi saat ukuran janin dalam satuan milimeter bisa dikatakan sebagai pembuktian kekuasaan sang pencipta dan sesuai dengan firmanNya yang tertulis dalam AlQur’an

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah Pencipta yang Paling Baik (QS Al-Mu’minun (23):14)

Buku panduan kehamilan yang di tulis seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi   ini berbeda dengan buku panduang kehamilan pada umumnya. Perbedaan itu terletak pada penulisannya yang dilihat dalam perspektif Islam.

Selain pembahasan secara ilmiah juga dilihat korelasinya dengan dalil AlQur,an , hadits atau pendapat para ulama. Dari mulai adab bersenggama,  pemilihan dokter kandungan laki-laki atau perempuan, perkembangan janin dari minggu keminggu sampai perawatannya.

Dalam agama  Islam, hubungan suami istri bernilai ibadah karena ini adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan Bani Adam. Karena tujuan mulai dan bernilai ibadah, pengetahuan adab hubungan suami istri dalam Islam sangat penting agar menghasilkan keturunan yang baik dan tidak terjebak dalam perilaku seksual yang bertentangan dengan ajaran agama (hal 25). Adab tersebut diantaranya; bersih dan suci, tidak dilakukan saat istri sedang haid, di tempat tertutup dan berdoa.

Perkembangan janin dari minggu ke minggu di bahas cukup detail, pengetahuan ini penting bagi ibu hamil agar dia tahu bagaimana menjaga dan merawat kehamilannya, mengetahui keluhan yang menyertai setiap tahap perkembangan dan mengetahui kapan dan apa stimulasi untuk bayi saat itu.
Pada minggu ke 16, Allah swt meniupkan ruh-Nya, seperti dalam sebuah Hadits “Sesungguhnya tia-tiap kamu di bentuk dalam perut ibunya 40 hari terbentuk nutfah (tetesan air), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama 40 hari, kemudian menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama 40 hari, kemudian dikirimkan kepadanya malaikat meniupkan ruh.”

Pada sebagain masyarakat pada minggu ini biasanya para orangtua mengadakan selamatan pengajian dan membaca surat Yusuf dan Maryam, dengan harapan anak yang dikandung memiliki kepribadian dan paras yang rupawan seperti Maryam atau Yusuf.

Nutrisi adalah hal penting yang harus di perhatian saat merawat kehamilan, karena nutrisi bukan hanya untuk fisik bayi juga perkembangan otaknya. Nutrisi bukan hanya baik juga halal (bab 3).
Bab 4 dalam buku ini menjelaskan tanda-tanda persalinan dan  informasi beragam cara melahirkan yang dirujuk dokter jika kelahiran normal tidak memungkinkan. Bab 5 dan 6 berisi informasi pasca persalinan yang meliputi perawatan bayi dan perubahan yang terjadi pada ibu.

Berbicara mengenai kelahiran bayi dalam perpektif islam, tidak bisa dilepaskan dari ‘ritual’  menyambut kelahiran bayi yang di perintahkan Allah SWT dan atau dicontohkan Nabi Muhammad saw, seperti akikah, cukur rambut dan khitan. Penjelasan mengenai ini beserta dalil dan hukumnya ada di bab 6. Sayang penjelasan mengenai cukur rambut pada bayi tidak di bahas sama sekali padahal itu adalah salah satu rangkaian menyambut kelahiran bayi yang di perintah dan dicontohkan rasulullah Muhammad saw, yang tujuannya bukan hanya membersihkan kotoran juga menshadaqohkan rambut setelah mengkonversikan beratnya dengan harga emas.

Begitupun penjelasan pada bagian vaksin yang sama sekali tidak disinggung pendapat alim ulama. Karena vaksin masih menjadi pro kontra, dengan memberikan penjelasan yang berimbang, dalil yang pro dan kontra, akan memudahkan para orangtua mengambil keputusan mengenai vaksin ini.
Ditulis dengan berpijak pada perpekstif islam, tentunya bukan hanya membuat ibu hamil paham mengenai kehamilan juga mengajak lebih dekat dengan sang Pencipta. Hubungan spiritual ini berpengaruh sangat positif pada ibu hamil.

Secara keseluruhan, buku ini bisa di jadikan panduan para ibu selama kehamilan karena bahasannya lengkap, informatif dengan bahasa mudah di cerna.


Minggu, November 09, 2014

Cinta, Impian dan Perjalanan


Judul Buku          : 3360
Penulis                 : Daniel Mahendra
Penerbit              : Grasindo
Tahun                   : September 2014
Hal                          : 322
ISBN                      : 978-602-251-691-0












Cinta, Impian dan Perjalanan

Hidup adalah rangkaian perjalanan yang akan mempertemukan dengan  banyak orang,beragam karakter dan membawa banyak cerita pada setiap tempat yang disinggahi. Ada saatnya pergi dan ada saatnya pulang. Seperti sebuah rangkaian kereta api dan stasiun. Itulah filosofi hidup bagi Namara yang jatuh cinta pada kereta api sampai terobsesi untuk  mengelilingi dunia dengan menyusuri jalur kereta api. Pakde adalah orang pertama yang membuat Namara jatuh cinta pada kereta api. Sejak kecil ia kerap diajak jalan-jalan ke stasiun dan berkereta, menyusuri jalur kereta api dari Banyuwangi hingga Merak.

Jika awalnya Namara  berharap impiannya itu terwujud bersama orang yang dicintai, yang terjadi justru sebaliknya. Kepergian Damar, lelaki yang dicintainya selama 7 tahun, tanpa pamit atau meninggalkan jejak, membuat Namara nekat mewujudkan mimpi itu.

Ide mengelilingi jalur kereta api di dunia, terdengar gila oleh sebagian orang terlebih jika untuk mewujudkannya harus meninggalkan pekerjaan. Alasan itulah yang ditentang Ibu angkat Namara yang tak lain adalah Budenya. Mimpi memang kerap kali mengangkat manusia terbang tinggi meninggalkan logika di bumi. Tapi bukankah mimpi pula yang membuat manusia mampu menyibak isi langit, mengarungi semesta, serta melintasi ribuan tahun cahaya? (hal 116). Restu Pakde meyakinkan Namara untuk mewujudkan impiannya.

Kini, ia berada dalam salah satu bilik kereta api jurusan Chengdu-Lhasa, yang akan membawanya menuju Tibet, melintasi jalur kereta api sepanjang 3360 km. Melintasi kota, desa, savana dan barisan gunung Himalaya.

Namun nyatanya perjalanan itu tidak benar-benar menghilangkan ingatan Namara akan Damar. Kilasan peristiwa dalam bersama Damar, ibu kandungnya dan teman-temannya mewarnai perjalanan Narama.

Dalam perjalanannya menuju Tibet, Namara satu bilik dengan 5 turis lain, sepasang kakek nenek dari China, Emir turis asal Malaysia, Chen turis asal Hongkong dan Fabio turis asal Italia. Lamanya perjalanan yang di tempuh membuat akhirnya mereka akrab satu sama lain, kecuali Chen yang selalu menyendiri dan berperingai kasar. Satu persatu mereka saling membuka diri. Alasan Fabio travelling ke Tibet untuk menguji keberanian, terkait dengan adat kebiasaan orang Italia selatan yang begitu teringat dengan keluarga dan ketidakmampuannya berbahasa Inggris membuat mereka enggan pergi keluar Italia. ‘Bukan soal menunjukkan pada dunia. Tapi minimal untuk diriku sendiri. membuka cara pandangku sendiri’(Fabio, hal 45).

Lain dengan Fabio, kunjungan Emir ke Tibet berawal dari sebuah kalimat di buku yang ia baca, mengenai mimpi masa kecil yang kerap terlupakan. Buku itu mengingatkan impian masa kecilnya, yaitu mengunjungi Tibet.

Si Kakek dan nenek bercerita mengenai putrinya yang tertembak saat Demontrasi  Tiananmen berjadi.’Ia seorang aktivitis yang melakukan orasi, menuntut pemerintah memperbaiki sikap mereka yang represif terhadap oposan. Dan itu memang layak diperjuangkan. Ya, kami bangga. Karena begitulah seharusnya anak muda.’ (hal 190).

Semua percakapan itu membuat Namara menginsafi dirinya, bertanya-tanya pada diri sendiri apa sebetulnya tujuan hidupnya sendiri dan proses apa yang tengah ia tempuh.

Jalur kereta China-Tibet ternyata bukan yang terpanjang di dunia. Jalur kereta terpanjang di dunia adalah sepanjang sembilan kali pulau jawa, yaitu jalur kereta yang melintasi perbatasan Rusia, Cina dan Korea Utara. Penjelasan dari si kakek membuat Namara merasa tertantang untuk melanjutkan perjalanannya menyusuri jalur kereta api di dunia. Tapi keadaan berkata lain, di tengah perjalanan tiba-tiba si kakek meninggal, seluruh penghuni bilik jadi tersangka. Namara, Fabio, Emir dan Chen diturunkan  di stasiun Delingha Provinci Qinghai dan mengalami berkali-kali introgasi untuk memastikan ada tidaknya keterlibatan salah satu dari mereka dengan kematian si kakek.

Cerita yang membawa pembaca pada imajinasi pengenai Tibet sebagai negeri atap dunia, yang kini menjadi salah satu destinasi pariwisata yang paling di minati.  Dan bagaimana memukaunya melintasi China menuju Tibet dengan kereta api. Karena jalur kereta menuju Tibet tidak biasa, melintasi pegunungan Himalaya dengan ketinggian ribuan meter, dan membelah pegunungan dengan panjang terowongan ratusan meter, agar jalur kereta tidak menanjak terlalu tinggi.

Beberapa kalimat di sisipi kata yang terdengar asing, bukan karena kata itu berasal dari bahasa asing tapi bahasa Indonesia yang jarang sekali digunakan baik dalam ungkapan lisan maupun tulisan seperti; melantas, membidas, sipongang, membisu gagu dan lain kata ‘unik’ lainnya. Namun di tempatkan dengan tepat sehingga tetap nyaman dibaca dan tidak mengganggu. Yang pasti keberadaan kata-kata ini memperkaya pengetahuan pembaca akan kosakata Indonesia.  

Buku fiksi yang memaknai arti sebuah sebuah perjalanan dan bagaimana sebuah perjalanan mampu merubah sudut pandang menjadi lebih terbuka dan menghargai perbedaan. Layak di baca karena semestinya rangkaian perjalanan atau travelling yang dilakukan bukan sebagai rentetan kebanggaan tapi proses pembelajaran dalam kehidupan.

Hampir setiap sub judul salam buku ini di tutup dengan teks lagu, yang menurut saya tidak perlu karena membuat novel ini kurang special karena mengingatkan pembaca pada sebuah novel lain yang juga terdapat banyak kutipan teks lagu. Tapi itu hanya menurut pendapat saya. 

Secara keseluruhan novel ini apik; deskriptif, pilihan katanya juga tepat dan banyak bertebaran kalimat yang maknanya cukup dalam .

Ini adalah buku kesekian dari  penulis, Daniel Mahendra, 2 buku lain yang terbit tahun lalu oleh penerbit Mizan berjudul Niskala dan Perjalanan ke Atap Dunia.

Kamis, Oktober 09, 2014

Mewujudkan Pernikahan Impian


Judul Buku          : Wedding Manual Book
Penulis                 : Nurul Fithrati
Penerbit              : Visimedia
Tahun                   : 2014
Hal                          : 252
ISBN                      : 979-065-221-6












Mewujudkan Pernikahan Impian

Setiap pasangan yang akan melangsungkan pesta pernikahan, tentu menginginkan sebuah pernikahan ideal yang diimpian selama ini. Pesta pernikahan yang berkesan tidak hanya untuk para tamu undangan tapi anda berdua. Karena moment ini sekali seumur hidup dan akan selalu dikenang.
Pernikahan merupakan impian setiap lajang dan menciptakan pesta pernikahan yang berkesan adalah harapan setiap calon pengantin (hal 74)

Pada saat bersamaan, kebanyakan pasangan bingung saat akan menghadapi pernikahan. Bingung dengan anggaran,  keinginan pasangan dan orangtua yang bersebrangan dan waktu  untuk mengurus semuanya. Problem   khas dan di alami hampir semua pasangan yang akan menikah.

Hal pertama dan utama yang perlu di diskusikan dengan pasangan saat akan melangsungkan pesta pernikahan adalah anggaran.  Sebaiknya bukan anggaran yang disesuaikan keinginan tapi sebaliknya. Ini sangat penting agar tak terpaksa pinjam sana-sini lalu  setelah pesta usai kebingungan karena bekal hidup satu bulan ke depan sudah habis.

Mewujudkan pesta pernikahan impian dengan anggaran terbatas sangat mungkin dilakukan, yang diperlukan kreatifitas.  Setelah menyesuaikan anggaran dengan pesta yang diinginkan, langkah berikutnya adalah menentukan konsep pernikahan.  Tradisional, modern, campuran keduanya atau fantasi. Menentukan konsep pernikahan harus cukup detail termasuk pemilihan lokasi, indoor atau outdoor dengan pilihan beragam; di gedung, rumah, pesta kebun, di kolam renang atau di pantai. Lalu pelajari persiapan, kekurangan dan kelebihan setiap konsep yang dipilih dengan begitu anggaran bisa di hitung secara kasar.

Menikah bukan hanya menyatukan dua hati dan dua individu berbeda, melainkan juga menyatukan dua keluarga besar dengan dua adat istiadat dan tradisi yang juga berbeda (hal 66). Pernikahan antara dua keluarga dengan adat istiadat dan tradisi berbeda umumnya memunculkan keinginan yang berbeda pula mengenai konsep pernikahan yang diinginkan.  Konsep pernikahan yang diinginkan tidak sesuai dengan selera orangtua atau mertua.  Cara terbaik adalah mencari jalan tengah,  sehingga tidak ada keluarga/orangtua yang merasa terluka.

Pilihan menggunakan jasa wedding organizer (WO) atau wedding package (WP) di kota-kota besar sudah menjadi hal umum, selain alasan kepraktisan juga efisiensi waktu dan anggaran. Banyak orang  beranggapan menggunakan jasa WO atau WP mahal, padahal dengan menjalin kerja sama dan komunikasi yang baik dengan WO atau WP yang kita pilih, sangat memungkinkan mewujudkan pesta pernikahan impian yang sesuai anggaran.

Apa bedanya wedding organizer (WO) dan wedding package (WP)? WO lebih menitikberatkan pada mengatur acara pernikahan, membantu calon pengantin menggelar pesta pernikahan sesuai konsep dan anggaran. Sedangkan WP menawarkan paket pernikahan lengkap dari A-Z, dengan vendor yang sudah terjamin kualitasnya.  

Dalam buku ini juga di paparkan dengan detail jika kita ingin mengurus dan menjadi WO untuk pernikahan sendiri. Berikut hal penting apa yang harus di lakukan dan bagaimana membentuk kepanitiannya dalam keluarga dan tugasnya.

Walaupun sudah mempersiapkan pesta pernikahan secara detail dan ‘sempurna’, tetap antisipasi jika terjadi kegiatan tak terduga. Ulasan kejadian dan cara mengatasinya di paparkan satu persatu di halaman 225. 

Sesuai judulnya,  buku Wedding Manual Book berisi petunjuk bagaimana agar sebuah pesta pernikahan impian terwujud dengan lancar dan ‘sempurna’, dengan ulasannya cukup lengkap dan detail . Dari persiapan pesta sampai ritual tradisi yang biasanya di lakukan calon pengantin.  Pemilihan  tempat pesta disertakan plus minusnya berikut persiapannya yang tentunya berbeda antara pilihan tempat satu dengan lain. Saran bagaimana membentuk kepanitian dalam keluarga, karena walaupun menggunakan jasa WO atau WP, keterlibatan pihak keluarga sangat dibutuhkan.

Dilengkapi dengan cerita mengenai  pengalaman dan kendala yang di hadapi pasangan yang akan melangsungkan pernikahan berikut cara mengatasinya. Referensi beberapa tempat bulan madu dengan harga terjangkau namun bagus di ulas di halaman 203.

Beberapa contoh foto dekorasi, pakaian pengantin, tempat pernikahan yang ada dalam buku ini bisa menjadi inspirasi pembaca. Di atas semua persiapan pesta pernikahan, yang tak kalah penting adalah menyiapkan diri untuk peran baru,  menjadi suami atau istri.



Jumat, Oktober 03, 2014

Apa Itu Homeschooling


Judul Buku         : Apa Itu Homeschooling
Penulis                : Sumardiono
Penerbit              : PandaMedia imprint GagasMedia
Tahun                 : 2014
Hal                     : 178
ISBN                  : 978-979-780-709-2











Apa Itu HomeSchooling

Saya mulai tertarik dengan ide homeschooling (HS) sejak secara tak sengaja ‘tersasar’ ke blog rumah inspirasi tahun 2010. Jadi waktu itu saya masih ngblog di multiply, karena teman di blog multiply ada yang homeschooling untuk anaknya, ‘nyasarlah’ saya ke blog mba Lala. Dan saya tertarik dengan ide homeschooling walaupun untuk menerapkannya masih terbentur ego J.

Ketertarikan yang membuat saya merasa harus siap jika tiba-tiba anak-anak mau homeschooling, misal si kecil sudah mengetahui minat dan bakatnya di usia sangat dini, sehingga dia tidak tertarik dengan pelajaran lain malah mogok sekolah. kata suami sih itu andai-andai yang berlebihan. Btw, saya merasa harus tahu dan siap aja sih.

Gagasan paling mendasar dari HS adalah tidak ada batasan apa saja yang harus dipelajari anak, batasannya hanya tidak melanggar aturan Tuhan dan tidak melanggar hukum. Dibangun berdasarkan nilai-nilai kebebasan bertanggung jawab pada orangtua atas arah pendidikan anak-anaknya (hal 3).

Bagaimana dengan kemampuan pengetahuan dan keterampilan orangtua yang terbatas? Di sinilah peran besar orangtua untuk mau belajar dan siap bekerja keras untuk anak-anaknya tapi jika tidak meumungkinkan pilihan mengleskan anak adalah jawabannya. Misal, jika orangtua kesulitan mengajarkan pelajaran bahasa Inggris, maka orangtua dapat mengeleskan anak pelajaran itu.

Namun jangan membayangkan HS sama dengan memindahkan belajar seperti di sekolah ke rumah, semua mata pelajaran di pelajari sesuai silabus dsb. HS lebih menekankan pada proses belajar yang sesuai bakat dan minat anak. Belajar dan apa yang dipelajari diselaraskan dengan kegiatan sehari-hari.

Misal, membiasakan anak untuk bertanggung jawab dengan dilatih melalui berbagai kegiatan di rumah seperti membersihkan rumah, menyiram tanaman dll. Sementara untuk hal yang bersifat akademis, proses belajar dimulai dengan rasa ingin tahu yang dikembangkan orangtua melalui proses mendidik dengan bertanya.

Homeschooling menerapkan model belajar modular yaitu proses belajar yang disusun berdasarkan mata pelajaran, bukan paket pelajaran. Anak belajar sesuai kecepatannya masing-masing untuk setiap mata pelajaran (hal 91).

Dalam sistem belajar modular,pada satu waktu tertentu anak bisa berada di jenjang yang berbeda misal kelas 6 untuk matematika, kelas 5 untuk bahasa Indonesia dan seterusnya.
Kunjungan ke tempat eduwisata bagi orangtua dan anak homeschooling menjadi agenda pembelajaran yang ‘wajib’, karena itulah salah satu media anak belajar.

Bagaimana jika anak homescooling ingin melanjutkan ke jenjang kuliah sehingga perlu ijasah? Siswa homeschooling harus melalui Ujian Kesetaraan atau Ujian Paket. Paket A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA.

Sistem belajar homeschooling fleksibel bukan hanya dalam hal tempat belajar dan dana juga materi tambahan. Misal jika anak tertarik dengan pelajaran atau keterampilan tertentu (seni atau musik) bisa dileskan. Dan jika di sana ada bakat dan minatnya bisa difokuskan lebih cepat sehingga anak bisa menguasai bakat dan minatnya pada usia lebih dini.

Bagaimana anak-anak homeschooling bersosialisasi? Pertanyaan ini juga yang ada di benak saya jika si kecil homeschooling. Jawabannya ada dihalaman 43 buku ini; makna sosialisasi yang utama adalah penanaman nilai (value) dan membangun keterampilan sosial. Melalui keluarga, terbangun nilai-nilai apa yang seharusnya menjadi pegangan untuk interaksinya dengan teman dan masyarakat saat bertumbuh besar (hal 46).

Sedikit saya tambahkan mengenai sosialisasi, dari melihat blog teman-teman yang HS, umumnya mereka memiliki atau tergabung dengan komunitas HS, dan biasanya ada kegiatan bersama antara anak-anak HS, seperti pramuka. Jadi ini menjawab masalah sosialisasi anak-anak HS.

Evaluasi HS selain dilakukan melalui hasil ujian/tes  yang tak kalah penting adalah portofolio. Portifolio adalah dokumentasi yang menunjukkan catatan letertarikan dan gairah (passion) seseorang, yang terwujudkan dalam bentuk aksi dan output. Bisa dalam bentuk multimedia, foto, film atau penghargaan.

Buku yang ditulis praktisi HS ini bukan berisi panduan bagaimana homeschooling diterapkan pada lebih pada sebuah pengantar. Bagaimana awalnya gagasan homeschooling dan menerapkannya secara garis besar.

Sedikit tentang penulis buku ini; Sumardiono adalah praktisi Homeschooling. Sudah sebelas tahun menjalankan Homeschooling untuk ketiga anaknya. Tinggal di Jakarta Timur, kegiatannya homeschooling yang dilakukan penulis dan keluarganya bisa dilihat di www.rumahinspirasi.com









Minggu, September 28, 2014

Upacara Bakar Rambut

Judul Buku          : Upacara Bakar Rambut
Penulis                 : Dian Hartati
Penerbit              : Medium
Tahun                   : Desember, 2013
Hal                          : 95
ISBN                      : 978-602-8144-209










Upacara Bakar Rambut

Ini bukan review karena saya bukan orang sastra bingung sebenarnya cara meresensi buku puisi, katakanlah ini semacam pengalaman membaca buku puisi bagi saya sebagai orang awam.

Tahun 2002  puisi sempat ngehits (istilah jaman sekarang) di kalangan  pelajar , yaitu setelah filmnya Ada Apa Dengan Cinta, karena ada adegan  di film ini, tokoh utama, Cinta, yang diperankan Dian Sastro mengutip puisinya Chairil Anwar.

Setelah itu puisi kembali pada habitatnya, hanya di baca, di nikmati dan (bisa) di pahami sebagian kecil orang. Padahal membaca puisi atau membacakan puisi di beberapa negara sudah menjadi budaya seperti halnya membaca/membacakan buku fiksi.

Ini tak lepas dari kesan jika puisi itu berbahasa dewa, baik pilihan kata maupun metapornya. Susah dimengerti maksudnya. Padahal tidak semua puisi seperti itu.

Seperti puisi Dian Hartati dalam buku kumpulan puisinya yang berjudul Upacara Bakar Rambut.

hari sudah berubah / kelam dan kelabu / tak ada warna lain selain air mata /
sekali waktu aku menyapu halaman / mengingat wajahmu / di lain hari aku mengelap perabot / hanya matamu yang berkejaran
hampir dua tahun, jo / kisahan begitu singkat / kenangan akan terus / memanjang /berjumpalitan dalam pikiran
belum genap dua belas bulan, jo / asmara tak pernah lengkap / semuanya harus di tinggalkan.
Puisi di atas dikutip dari puisi berjudul Rumah Penuh Kenangan, Jo (hal 33).

Puisi-puisi dalam buku ini terasa intens karena seperti di tulis dalam kata pengantarnya puisi yang tertulis di sini adalah kisah si penulis sendiri mengenai kelahiran, pernikahan dan kepergian.
Membaca puisi – puisi dala buku ini  seperti membaca sebuah cerita, seperti dalam puisi berjudul Prosesi Pernikahan (hal 27)
...
Pukul sembilan tepat / penghulu undur diri / semua sepakat / kami telah diikat /
Wahai ayah / tak ada lagi kau / di samping tubuhku / aku mengayuh sendiri / aku harus sendiri

Wahai bunda, / tak ada lagi kau / ketika bangun nanti / aku yang menyiapkan segala / air mengepul / dapur harus berasap
pukul

Pilihan kata puisi-puisi dalam buku ini, kata yang kerap digunakan dalam percakapan keseharian, baku tapi tidak kaku.

Puisi yang menarik lain untuk saya adalah puisi berjudul Rasa Bumbu Kuning (hal 66), beragam bumbu yang digunakan untuk memasak ikan di buat metafor yang mendeskripsikan keadaan dan  suasana hati, berikut saya kutip dua macam rempah;
...
-kemiri-
Bagai santan yang jernih airnya
Keu melupakan gurih peristiwa
Helai demi helai rambut’abunya di tiup ke laut
Di tengah sana,
Dua tahun lalu,
 Perkawinan berlangsung megah
Ikan-ikan menari di kuali
Bersenandung gempita
-merica-
Anak-anak tumbuh besar
Kata-kata mereka sudah pedas
Melakukan hal sesuka
Pulang tak kenal waktu
Berangkat lupa sarapan
 Anak-anak penuhi janji
Menjaga sikap dan bicara
Langkah mereka sedikit sesat
Tak mengapa
Asal kembali ke pangkuan
Tak melupa makanan di meja
....


Karya-karya puisi Dian Hartati selain banyak berupa antologi puisi, juga sering menghiasai halaman koran yang menyediakan rubrik puisi seperti Kompas, Sindo, Pikiran Rakyat, Tempo dan banyak koran lain. Tak heran kepiawaiannya memilih dan menyusun kata dalam puisi terasa bernas dan intens terasa dalam buku puisi ini. Tentang penulis bisa juga dilihat di sini 

Saya kira puisi-puisi semacam inilah yang bisa membumi, mudah dipahami dan terasa sentuhan personalnya. 

Sayangnya masyarakat Indonesia tak dikenalkan budaya membaca puisi, saat sekolah hanya diminta menghapal siapa pujangga puisi angkatan sekian-sekian dan judul puisinya tanpa 'membaca'nya.

Sabtu, September 27, 2014

Agar Dicintai Suami layaknya Sayyida Khadijah

Judul Buku          : Agar Dicintai Suami layaknya Sayyida Khadijah
Penulis                 : Vina Sjarif dan Mugniar
Penerbit              : Qibla, imprint Buana Ilmu Populer (BIP) kelompok Gramedia
Tahun                   : 2014
Hal                        : 93
ISBN                     : 978-602-249-699-1



*sebelumnya resensi ini dipublikasikan di sini







Meneladani Sayyida Khadijah ra

Berbicara mengenai perkembangan agama Islam tak bisa dilepaskan dari sosok Khadijah istri Nabi Muhammad SAW. Bukan saja karena Khadijah yang pertama kali meyakini dan mengimani kerasulan suaminya. Juga karena Khadijah menrelakan harta bendanya digunakan untuk penyebaran agama Islam saat itu.

Seperti yang dikatakan Rasullulah SAW; “Tidak, demi Allah, aku tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah ra. Ia yang beriman kepadaku ketika semua orang ingkar. Ia yang mempercayaiku tatkala semua orang mendustakanku. Ia yang memberiku harta pada saat semua orang enggan memberi. Dari darinya aku memperoleh keturunan-sesuatu yang tidak kuperoleh dari istri-istri yang lain.” (hal 15)

Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Khadijah di kenal sebagai seorang janda kaya raya dan berbudi pekerti tinggi. Ia piawai pengelola perdagangannya. Pada saat yang bersamaan, Muhammad di kenal di antara para pedagang sebagai seorang karyawan yang jujur dan amanah. Khadijah meminta Muhammad menjadi pegawainya. Budi pekerti dan akhlak Muhammad memikat hati Khadijah sehingga beliau melamar untuk di jadikan suami.

Bukan karena harta benda akhirnya Muhammad menerima pinangan Khadijah. Saat itu usia Muhammad 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Jarak umur yang cukup jauh tak melunturkan kasih sayang dan cinta  Muhammad kepada Khadijah. Terbukti selama 25 tahun mengarungi rumah tangga dengan Khadijah Muhammad tidak sekalipun menerima tawaran para pemuka Quraisy untuk menambah istri. Bahkan saat Khadijah sudah meninggal dan Nabi Muhammad memperistri beberapa perempuan, Muhammad kerap menyebut nama Khadijah dan kebaikan-kebaikannya.

Mengapa Nabi Muhammad SAW begitu mencintai Khadijah padahal setelah Khadijah meninggal Allah SWT telah menggantikannya dengan beberapa perempuan  termasuk yang paling muda dan cantik, Siti Aisyah?

Kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW dan Khadijah pun menjadi teladan bagi kaum muslim untuk mencapai sakinah, mawaddah dan wa rahmah.

Buku yang ditulis dua penulis yang tak lain adalah seorang istri, memaparkan hal istimewa apa saja yang membuat Khadijah di cintai dan sayangi Nabi Muhammad SAW hingga setelah Khadijah wafat pun cinta dan sayang Nabi Muhammad SAW, seolah tak berkurang. Khadijah bukan hanya istimewa di mata Nabi Muhammad SAW, juga Allah SWT, sang Pemilik Cinta.

‘Jibril berkata kepada Rasulullah SAW,’Maka sampaikanlah salam dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya’ (HR Muslim). (hal 17)

Meneladani Khadijah
Keistimewaan yang menonjol dari pribadi Khadijah adalah budi pekerti dan kerendahan hatinya. Ditengah peradaban jahiliyah saat itu, Khadijah mampu menjaga kesucian dirinya. Dengan kerendahan hatinya beliau melamar Muhammad menjadi suaminya, padahal jika dilihat dari status sosial tidaklah sepadan. Itu karena Khadijah mencintai dan menikahi Muhammad karena dia melihat akhlaknya yang baik.

Sebagai seorang istri, Khadijah mampu mendukung dan memotivasi Muhammad pada saat semua orang tak lagi mempercayainya. Yaitu saat Allah SWT, mengangkatnya menjadi Rasulullah.
Seorang istri tak bisa dilepaskan dari perannya sebagai seorang ibu. Sejarah mencatat, sebagai seorang Ibu Khadijah dikenal lembut dalam mendidik anak-anaknya.
Ada banyak keistimewaan lain dari sosok Khadijah yang di paparkan dalam buku ini dan sudah selayaknya diteladani setiap muslimah.

Kehadiran buku ini menurut saya istimewa karena saat ini, orang lebih sering mendiskusikan dan memperdebatkan poligami, padahal Nabi Muhammad SAW berpoligami setelah Khadijah meninggal, artinya selama 25 tahun Nabi Muhammad SAW membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah dan wa rahmah dengan monogami. Dengan akhlak yang dimiliki Khadijah dan senantiasa melakukan yang terbaik pada perannya sebagai istri, ibu dan mahkluk sosial, menjadikan Nabi Muhammad SAW mencintainya dengan landasan karena Allah SAW dan enggan berpoligami.

Artinya, saya heran dengan para suami yang memiliki istri solehah, tapi berpoligami apalagi dengan dalil sunnah. Eit, klaim ini tidak ada dalam buku ya, tapi murni dari saya J. Diluar itu buku ini membuat saya lebih banyak belajar menjadi seorang istri yang baik dan ikhlas pada setiap kondisi.
Kembali ke pembahasan buku. Buku ini terdiri dari tujuh bab, enam bab pertama menguraikan keistimewaan sosok Khadijah sehingga dicintai Nabi Muhammad SAW.  Disisipi contoh kasus/pengalaman beberapa responden dalam menghadapi bahtera rumah tangga dan tips mengatasinya. 

Uraian dalam buku padat dan bahasanya mudah di cerna.

Kalau melihat dari judul dan isinya, buku ini seolah membatasi sendiri segmennya, yaitu  perempuan dan,  walaupu begitu  buku ini sangat layak di baca para suami, agar ada keselarasan pemahaman dan harmonisasi. Karena akhlak seorang istri yang baik harus di barengi akhlak yang baik juga oleh suami agar tercipta sakinah mawaddah dan wa rahmah.

Ditulis  dua perempuan yang juga seorang istri. Salah satunya, Mugniar, saya kenal jauh sebelum menulis buku ini melalui blog. Blognya cukup aktif, konsisten posting dan pemiliki pengunjung sangat banyak. Tahun ini Mugniar terpilih sebagai Srikandi Blogger Favorit. Dan ini adalah buku keduanya, setelah sebelumnya menerbitkan buku berjudul Lakon Fragmentasi (2012). Sedangkan buku antaloginya sudah 15.



Senin, September 22, 2014

Pemenang Giveaway Kenangan Manis

Sebelumnya maaf atas keterlambatan pengumuman.
Dan inilah pemenangnya ;
Yang mendapatkan buku Mommylicious adalah Sylvia L'Namira dan yang mendapatkan buku Catatan Hati Pengantin adalah Bunda Salfa.

Kepada pemenang silahkan mengirimkan alamat pengiriman buku via DM di twitter atau email ke rina_fam@yahoo.com.

Ditunggu ya temans


Salam Buku,
Rina Susanti

Senin, September 01, 2014

Giveaway Kenangan manis masa kecil

Agustus baru saja berlalu tapi masih menyisakan banyak kebahagian untuk saya, karena pada bulan itu usia pernikahan saya genap 8 tahun dan buku saya terbit. Buku yang merangkup huru hara dan haru jadi mama, ditulis bersama seorang sahabat yang juga blogger Arin Murtiyarini berjudul Mommylicious.

Untuk itu saya ingin berbagi kebahagian dengan mengadakan Giveaway kecil-kecilan, khusus teman-teman anggota Blogger Buku Indonesia, dua buku akan saya bagikan dalam Giveaway ini yaitu satu buku Mommylicious dan satu buku Catatan Hati Pengantin Asma Nadia (dalam buku ini ada dua tulisan saya lho heheh).





Caranya:
1. Follow blog ini dan twitter saya di @rinasusanti (teman BBI yang belum saya follow akan saya folback)
2. Tuliskan di kolom komentar postingan ini, kenangan masa kecil yang paling berkesan bersama ibu, bapak, nenek, kakek, om, tante atau siapapun dalam tulisan pendek.
3. Dibawahnya cantumkan nama, akun twitter, no anggota BBI, url blog bukunya dan buku yang diinginkan, Mommylicious atau Catatan Hati Pengantin.
4. Jika sudah, ajak teman BBI lain, bukan mention BBI ya, tp anggota BBI yang belum ikut (minimal 1 orang) untuk ikut dengan share postingan ini di twitter dan mention saya dan hastag #GAmasakecil

5. Giveaway berlangsung sejak hari ini sampai tgl 8 september 2014.

Ditunggu ya teman partisipasinya.


Salam Buku,
Rina Susanti

Sabtu, Agustus 02, 2014

Ayah Edy Punya Cerita




Judul Buku          : Ayah Edy Punya Cerita
Penulis                 : Ayah Edy
Penerbit              : Noura Books
Tahun                   : Februari  2014, cetakan ke 4
Hal                          : 290
ISBN                      : 978-602-7816-85-5

Membangun Indonesia Kuat dari Rumah

Gagasan membangun Indonesia yang kuat dari rumah yang dilontarkan Ayah Edy, seorang konsultan Parenting, Pendidikan dan Penulis buku ini, bukan tanpa alasan. Tahun 80-an, mahasiswa dan pelajar Malaysia dan Vietnam ke Indonesia untuk belajar, yang terjadi kini sebaliknya, pelajar dan mahasiswa kita menimba ilmu di sana. Kita mengekspor produk pertanian negara tetangga yang dulu belajar ilmu pertanian di negeri ini. Perguruan tinggi negara tetangga kini lebih maju. Kita tertinggal dari negara-negara yang dulunya belajar dari kita.

Penurunan kualitas ini tentu tak bisa diabaikan dan rumah adalah tempat yang tepat untuk memulai perubahan. Perubahan cara mendidik anak, membentuk perilaku anak yang baik dan membenahi sistem pendidikan. Orangtua adalah tonggak utama untuk perubahan ini karena orangtua berperan 70% dalam membentuk pola perilaku anak. Jika orangtua tidak melakukannya perannya dengan baik, lingkunganlah yang mengambil peran 70% (hal 27). Dan inilah yang menyebabkan anak-anak mudah tersesat dalam lingkaran pornografi, kekerasan dan narkoba.

Beberapa kesalahan orangtua dalam mendidik anak yang sering di temui adalah labeling negatif dan mendidik ala radio rusak. Labeling negatif yaitu mudahnya orangtua memberi kesimpulan buruk mengenai perilaku anak dan melabelkanya pada anak. Anak keras kepala, sulit diatur, gak mau diam, di labeli anak nakal. Padahal itu adalah satu proses wajar anak dalam tumbuh kembangnya. Sikap yang bisa menjadikannya berkarakter luar biasa jika orangtua bisa mengarahkannya. Anak ibarat kupu-kupu yang perlu waktu  untuk bisa bermetamorfosis menjadi manusia-manusia luar bisa di masa depan (hal 10).

Mendidik anak ala radio rusak adalah saat menyikapi perilaku anak yang tidak sesuai harapan kita seperti berhadapan dengan radio rusak. Saat radio mengeluarkan bunyi yang tak seharusnya atau mati, kita bisa memukul-mukul radio itu, dengan harapan bunyi radio kembali normal. Saat radio mati total barulah dibawa ke tukang reparasi.

Tidak banyak orangtua yang mau bersusah payah belajar menemukan masalah  dan mendapatkan solusinya. Orangtua sering kali memukul anaknya yang dianggap sedang ‘ngadat’ baik dengan kata-kata yang kasar ataupun dengan mempergunakan tangan (secara fisik) (hal 76)

Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan dengan berita, sebuah sekolah yang mengeluarkan murid-muridnya karena tidak bisa membaca. Sebuah cermin bahwa ada yang salah dengan sistem pendidikan dan guru sebagai pendidik. Sekolah hanya jadi tempat penyamaratakan kemampuan anak. Anak yang gagal di ujian bukan berarti dia gagal di kehidupan. Bisa jadi justru soal-soal ujianlah yang keliru untuk menilai potensi unggul anak-anak kita (hal 153).

Cerita sekolah binatang di halaman 243 adalah contoh analogi yang tepat. Dikisahkan ada sekolah binatang, untuk bisa lulus semua siswa yang adalah binatang harus lulus dalam ujian; terbang, berenang, memanjat, berlari dan menyelam.  Hasilnya bisa ditebak, tak ada binatang yang lulus. Begitu pun kemampuan anak-anak kita, yang tidak bisa disamakan satu sama lain. Penemuan teori Multiple Intelegen Howard Gardener makin menguatkan hal ini. Karena pada intinya semua anak bisa mencapai kesuksesan di masa depan karena mereka lahir dengan membawa potensi unggul. Tinggal bagaimana orangtua dan guru, sebagai pendidik utama menemukan dan mengarahkan potensi ini. Jika sistem sekolah tidak mampu maka pilihan home schooling adalah alternatif yang sangat perlu dipertimbangkan.

Uraian dalam buku inilah tidak berupa teori melainkan berbentuk cerita. Kebanyakan cerita merupakan kisah nyata. Kisah yang bisa dijadikan teladan untuk para orangtua dan guru dalam mendidik anak. Sehingga  pembaca tidak merasa diajari dan bisa melihat bukti nyata buah dari cara mendidik anak yang baik.

Sikap dan cara mendidik orangtua dan guru bukan  hanya berpengaruh pada keberhasilan anak di masa depan tapi juga perubahan bangsa. Memulai perubahan dari sekarang dan saat ini juga dari rumah.

Rabu, Juni 25, 2014

Ladies Journey



Judul Buku          : Ladies Journey (kumpulan cerpen)
Penulis                 : Lala Purnomo, Nimas Aksan, Triani Retno dkk
Penerbit              : Stiletto Books
Tahun                  : Juni, 2013
Hal                      : 168
Perjalanan Cinta
Rina Susanti*
Pada hakikatnya hidup adalah perjalanan menggapai cinta. Cinta sang Ilahi dan sesama. Namun jalan menggapai cinta tidaklah selalu mulus, ada cerita tentang rasa kecewa dan sedih. Rasa sedih dan kecewa yang membuat kita belajar makna cinta yang sebenarnya.
Seperti kutipan di halaman 1 ini; Menjadi seorang ibu bukan melulu perkara hamil dan melahirkan. Tanpa harus berdiam di rahimnya, aku tahu dialah ibu yangdipilihkan Tuhan untukku.’ (hal 1)
Mindset yang berkembang di masyarakat, seorang perempuan dikatakan tak sempurna jika tak memiliki anak dari rahimnya. Padahal setiap perempuan lahir dengan naluri keibuan yaitu mampu merawat dan  mencintai seorang anak dengan tulus dan tanpa pamrih. Artinya tanpa melahirkan anak dari rahimnya ia bisa menjadi sosok ibu yang sempurna. Seperti sosok Sulastri di mata Eliana dalam cerita berjudul Ibu di Hatiku.
Cinta kerap membutakan dan menumpulkan logika. Ketika seorang perempuan memilih untuk jatuh di hati seorang lelaki, dia seolah masuk ke sebuah kasino, lalu mempertaruhkan semuanya di meja judi, sembari berharap dia akan keluar dari kasino dengan memenangkan jackpot; bahagia lebih lama dari selamanya(hal 103). Seperti itulah perumpamaan saat Lina memutuskan meninggalkan segala kenyaman kota Surabaya demi Bima. Namun rasa cinta sejati justru datang dari sang Ibu.
Buku ini merangkup perjalanan cerita yang ditulis  perempuan dengan tokoh utama perempuan dalam menemukan cinta. Ada 13 cerpen dalam buku ini dan ditulis bukan para penulis pemula, saya baca dari biografi singkat para penulis yang ada di bagian akhir. Beberapa penulis saya tahu sudah menerbitkan buku solo. Ke 13 cerpen dalam buku ini memiliki gaya cerita yang berbeda dan khas. Begitupun cerita yang diangkat walaupun dengan tema sama yaitu cinta.
Namun begitu menurut saya, kualitas cerpen dalam buku ini tidak setara satu sama lain. Beberapa cerpen tidak terlalu istimewa dna kurang natural  baik dari pemilihan tema maupun gaya penulisan 
Ada cerpen yang mengangkat ide cerita luas tapi dibuat pendek sehingga terkesan cerita di paksa selesai yaitu cerpen My Vegas (un)Wedding. Cerita yang menurut saya kurang logis adalah cerita berjudul Bali Punya Cerita. Bagaimana Nadia hanya membutuhkan waktu kurang dari 2 x 24 jam, merasa yakin bahwa Phillippe adalah cintanya padahal ia baru saja mengalami kegagalan bersama Robert. Mungkin ceritanya akan wajar jika Nadia seorang gadis, bukan mama beranak satu.  
Sebuah cerita fiksi bukan sekedar cerita hiburan tapi  haruslah memiliki ‘rasa’ yang menyentuh pembaca.  Cerita yang menyentuh bukan hanya di dapat dari ide cerita yang diangkat tapi bagian dari sisi kemanusian/karakter si tokoh yang harus di eksplorasi maksimal sehingga memberi ‘rasa’ pada pembaca tanpa mengajari.
Secara keseluruhan cerpen-cerpen dalam buku ini cukup bagus untuk dinikmati menemani perjalanan mencari cinta J

*penikmat cerpen.






Rabu, Juni 18, 2014

Memoir of a So Called Mom





Judul Buku          : Memoir of a So Called Mom
Penulis                 : Poppy D. Chusfani
Penerbit              : Gramedia
Tahun                   : 2014
Hal                          : 148
ISBN                      : 978-602-03-0314-7











Memoir Seorang Ibu

Kalau di pikir-pikir, ada kalanya menjadi ibu itu dorongan lingkungan. Sebelum terbersit jadi ibu di benak seorang perempuan, keluarga, kerabat dan teman yang ada akan mendorongnya dengan pertanyaan,”Kapan nikah?” atau,”Udah punya calon belum?” Yap, budaya Indonesia yang kekeluargaan, sering ‘menjerumuskan’ kata kekeluargaan menjadi merasa dan harus tahu urusan keluarga dan kerabat.

Itu juga yang dialami Amelia, dan sangat mungkin sebagian besar perempuan mengalami hal yang sama. Amelia menjelang usia pertengahan dua puluh dan baru lulus kuliah, saat  diberondong dengan pertanyaan kapan menikah, dari keluarga, kerabat dan teman. Pertanyaan lumrah tapi tak urung membuat banyak perempuan kecut karena terlalu sering dilontarkan dan berkesan itulah capaian seharusnya seorang perempuan.

Aku sudah kehabisan cara untuk mengelak. Kenyataan bahwa aku dan Baron belum bekerja dan belum memiliki uang untuk mulai berumah tangga tidak membuat mereka gentar.(hal 13)

Setelah menikah pertanyaan beruntun selanjutnya adalah kapan punya anak? Dan biasanya di susul dengan berbagai asumsi dari si penanya jika kehamilan yang di nanti tak kunjung tiba. Dikaitkan dengan kebiasaan dan mitos yang tak masuk akal. Pada posisi ini biasanya perempuanlah yang merasa dihakimi. Tak berlebihan rasanya jika Amelia menulis; menjadi hamil adalah perjuangan menjaga kehamilan adalah pertempuran (hal 16).

Yap, pertempuran menghadapi morning sick, sederet keluhan lain yang biasa di alami perempuan hamil dan beragam mitos yang tak masuk akal tapi dipaksakan untuk dilakukan. Seperti perihal meminum air kelapa muda yang di katanya bisa membuat bayi berkulit putih dan tidak boleh berhubungan intim dengan suami selama kehamilan. Mitos yang sudah umum ada di masyarakat. Tapi itu belum seberapa di banding saat mendengar komentar bahwa apa yang dialami Amelia hanya sebentuk sikap manja ketika memutuskan berhenti bekerja  atas rekomendasi dokter agar tidak keguguran. Amelia memutuskan penjadi pekerja lepas.
Tapi ‘perseteruan’ sesungguhnya menjadi ibu dimulai saat buah hati yang dinamainya Anika lahir. Ibu baru di hadapkan pada berbagai saran dan pilihan yang akan selalu menuai komentar positif dan negatif.  Dari mulai ASI sampai status seorang ibu; bekerja atau tidak bekerja.

Amelia sering di buat jengkel dengan komentar bahwa sebagai ibu rumah tangga, posisinya santai dan enak. Pada saat bersamaan dia juga mendengar komentar negatif mengenai ibu bekerja yang dinilai tega memberikan anaknya pada baby sitter. Dari kakak perempuannya yang seorang wanita karir Amelia melihat bahwa tidak semua ibu bekerja angkat tangan soal urusan rumah dengan alasan tidak sempat. Kakak perempuannya selalu memasak sebelum berangkat bekerja dan bisa tiba-tiba menjemput anaknya untuk membuat kejutan. Amelia justru iri karena ibu bekerja bisa memiliki jadwal yang teratur untuk melakukan banyak hal. Tidak tergantung rengekan atau kerewelan anak. Tapi dari situ Amelia menyadari satu hal, kesamaan menjadi seorang ibu adalah ikhlas berkorban. Jika seorang perempuan memilih untuk menikah dan memiliki anak, dia harus mengorbankan kepentingannya sendiri sampai ke level paling tinggi. Waktu mereka untuk diri pribadi sangat sedikit (hal 70).

Saat Anika memasuki usia sekolah, pilihan sekolah tak urung jadi komentar di antara keluarga besar. Secara tidak langsung sepertinya setiap kerabat ingin menunjukkan pilihannya yang paling benar dan baik untuk anaknya. Termasuk dalam hal merencanakan kesuksesan anaknya kelak. Pada saat bersamaan  roda kehidupan ekonomi keluarga Amelia berputar dan tibalah masa-masa sulit yaitu saat perusahaan tempat Baron, suaminya bekerja bangkrut. Keadaan ini  memperburuk kondisi perekonomian keluarganya yang pas-pasan malah dinilai miskin oleh keluarga besarnya.

Walaupun Amelia tidak menyesali jalan hidupnya namun ia sempat berandai-andai. Andai ia mengejar karir sebelum menikah seperti beberapa  temannya, andai tidak berhenti kerja dan andai Baron memiliki karir cemerlang.

Kesulitan ekonomi, nasehat dan komentar ini itu yang kadang tidak sejalan dengan standar dan  idealismenya dalam membesarkan anak di tengah ‘persaingan’ keluarga besar, membuat Amelia belajar banyak hal termasuk arti sebuah rasa syukur.

Buku yang isinya merupakan kisah inspiratif suka dukanya ibu muda perkotaan cukup banyak  tapi sangat sedikit yang di kemas dalam bentuk novel. Salah satunya novel ini, yang bercerita mengenai seorang ibu bernama Amelia dan ditulis dalam bentuk memoir.

Walaupun novel ini ditulis dalam bentuk memoir namun ditulis  gaya bahasa yang santai dan blak-blakan, khas novel metropolitan. Tapi ada beberapa kalimat yang menurut saya ungkapan atau metapora yang digunakan terlalu kasar. Seperti dalam kalimat di halaman 46. Dengan jengkel akhirnya aku menjawab, “Tidak juga. Kalau mau tahu seperti apa sakitnya, sini aku korek bola matamu pakai garpu.”


Secara konten buku ini layak di baca para perempuan dan ibu. Namun dari segi penggunaan bahasa, yang tidak pernah membaca fiksi dengan metapor kasar akan merasa tak nyaman. Penulis, lewat tokohnya Amelia, akan membuat para ibu makin menyadari bahwa menjadi ibu adalah  proses belajar dan berjuang seumur hidup.