Judul
Buku : I Love Monday
Penulis : Arvan Pradiansyah
Penerbit :
Kaifa (grup Mizan)
Tahun : Maret 2012
Hal : 299
Kalimat
‘I don’t like Monday’ atau ‘thanks God it’s Friday’ yang kerap terlontar bahkan
menjadi stigma tanpa disadari telah membentuk mindset kita mengenai hari senin yang
penuh penderitaan. Bayangan setumpuk pekerjaan, deadline, meeting-meeting
panjang, wajah bos bahkan kemacetan sudah dibayangkan sejak minggu malam.
Arvan
Pradiansyah dalam bukunya ‘I Love
Monday’ mengajak kita menemukan penyebab dan solusi ‘Monday
Morning Blues’ yang melanda lebih dari 50%
pekerja. Dan ternyata cara pandang
kita terhadap pekerjaanlah yang membentuk stigma hari senin yang buruk ini. Bagaimana anda
memandang pekerjaan anda? Sebagai cara untuk bertahan hidup (survival)? Untuk
mencapai kesuksesan dalam hidup? Atau mencapai kebahagian sejati?
Monday Morning blues
terjadi pada orang yang melihat pekerjaan sebagai serangkai tugas (job) yang
harus dilakukan
walaupun tidak disukai, dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam ini
uang. Sebaliknya
orang yang bergairah menghadapi hari senin adalah orang yang meyakini setiap
energi yang dikelaurkan nya untuk bekerja adalah jalan untuk mencapai
kesuksesan . orang –orang ini sangat menyukai
pekerjaannya karena pekerjaan itu adalah passion
mereka. Mereka tidak memikirkan beratnya pekerjaan mereka atau gajinya yang
kecil yang mereka impikan adalah impian besar mereka.
Tapi
pencapaain tertinggi adalah ketika anda melihat pekerjaan untuk mencapai
kebahagian sejati. Anda menyadari pekerjaan
anda adalah panggilan suci atau calling dari yang Maha Kuasa. Anda menyadari untuk
pekerjaan itulah anda diutus oleh yang Maha Kuasa. Dengan pekerjaan itulah anda
memberi
manfaat bagi orang lain. Dalam posisi ini
anda akan melihat bahwa pekerja bukan sekedar untuk hidup tapi untuk kehidupan.
Melayani dan berbagi. Anda tidak akan berpikir berapa uang yang akan anda dapatkan
karena anda menyadari esensi dari pekerja adalah untuk melayani dan memberi
manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain.
Menemukan Calling
Jika
anda belum merasa pekerjaan anda
bukan calling anda artinya anda belum
menemukan jawaban untuk apa anda diutus
yang Maha Kuasa ke dunia ini. Padahal Tuhan
menciptakan kita untuk menjadi ‘somebody’ menjadi
orang yang hebat di bidang kita masing. Namun Tuhan
menyampaikannya
secara halus dan implisit melalui apa yang kita sukai, apa yang kita inginkan dan impikan dan apa yang
membuat kita senang melakukannya. Dengan
demikian, hakikat bersyukur adalah menerima pemberian Tuhan dan mengekplorasinya agar
bermanfaat bagi orang lain.
Ada
dua pilihan ketika anda sudah menemukan calling anda tapi ternyata tidak sesuai
dengan pekerjaan anda saat ini. Sehingga anda selalu membenci hari senin dan
berguman. Pekerjaan ini bukan passion anda akibatnya anda mengerjakan pekerjaan
anda tidak maksimal dan menyebabkan karir anda jalan di tempat sepanjang anda
pekerja walaupun sudah bertahun-tahun.
Pertama,
tinggalkan pekerjaan anda dan bekerjalah sesuai calling anda. Kedua, jika itu
tidak memungkinkan karena anda takut dengan resikonya maka bersyukur dan belajarlah
mencintai pekerjaan anda dengan sungguh-sungguh. Sehingga pekerjaan itu akan memunculkan
perasaan berharga, berguna dan bermanfaat bagi orang banyak.
Sadarilah
sesungguhnya anda bekerja untuk Tuhan.
Sayangnya
dalam bukunya ini Arvan tidak sedikitpun menyinggung atau melihat dalam persfektip
ibu bekerja. Mungkin tidak semua, tapi pada ibu bekerja terutama yang memiliki
anak balita kerap tersisa rasa bersalah karena kembali bekerja (monday) berarti bersiap dengan tangisan anak yang
melarang ibu bekerja. Bagaimana menyiasati perasaan ini?
0 komentar:
Posting Komentar