Judul Buku : Labirin Rasa
Penulis : Eka Situmorang-Sir
Penerbit : WahyuMedia
Tahun : 2013
Hal : 394
Mencari sang Pangeran Fajar
Resensor : Rina Susanti
Cinta
selalu menjadi thema yang menarik dan tak pernah habis untuk dieksploitasi.
Padahal cinta itu sederhana, cukup mencintai dan dicintai apa adanya. Namun
yang sulit adalah memastikan apakah sebuah rasa itu cinta, obsesi atau kasihan.
Rasa
memang kerap menjebak seperti labirin, jalan rumit yang tak berujung. Namun dalam
novel Labirin Rasa,
si tokoh utama Kayla, memilih berpetualang di labirin rasa untuk
menemukan rasa cinta dari sang Pangeran Fajar yang dikirimkan Tuhan untuknya.
Kayla,
gadis tomboy, gendut, jerawatan jarang mandi, cuek dan gokil jatuh cinta pada
Ruben, lelaki peranakan dengan fisik yang hampir sempurna, ganteng, tinggi,
berkulit bersih dengan tampang mirip artis FTV. Keduanya bertemu di kereta dalam
perjalanan menuju Yogyakarta. Kayla dengan gayanya yang spontan dan cuek, mampu
mencuri perhatian Ruben. Walaupun jelas Kayla bukan perempuan cantik, langsing,
wangi, nan semampai selera Ruben.
Selama
di Yogyakarta Ruben dipaksa menjadi guide Kayla. Pertemuan yang intens membuat
Ruben jatuh hati pada Kayla yang berbeda
dari perempuan kebanyakan yang selama ini di kenalnya. Namun di sisi lain,
sifat mandiri Kayla membuat Ruben merasa tidak dibutuhkan.
Sementara
itu Kayla yakin jika Ruben adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan, seperti yang
tertulis dalam surat wasiat yang ditinggalkan Eyangnya.
Keyakinan
yang membuat Kayla tidak menerima ketika Ruben mengatakan bahwa hubungan mereka tak
lebih dari sekedar teman. Patah hati memang membuat Kayla bangkit, dengan kembali
kuliah dan lulus dengan nilai baik setelah sebelumnya berkelana ke berbagai
pulau untuk menyembuhkan luka hatinya.
Waktu
kembali mempertemukan keduanya dan membangkitkan
keyakinan Kayla bahwa Ruben adalah jodohnya. Maka Kayla pun memutuskan mengikuti kemanapun
Ruben pergi. Dan pilihannya adalah Medan. Kota yang mempertemukan Kayla dengan
setengah dari akar budayanya yang ada dalam dirinya, tanah kelahiran Ayahnya.
Perjalanan
cinta keduanya tidaklah mulus karena Ruben selalu berusaha menarik perhatian
perempuan lain tapi selalu dimaafkan sampai pengkhianatan fatal dilakukan dan
tidak bisa ditolerir Kayla. Pada saat yang bersamaan Kayla menyadari, Ruben
bukanlah Pangeran Fajarnya, rasa cinta itu ada untuk seseorang yang selama ini
ia abaikan kehadirannya.
Labiran Rasa adalah
Novel debutan Eka Situmorang-Sir, blogger penyuka travelling. Tak heran jika
dalam buku perdananya ini, Eka memasukkan unsur travelling. Pengajak pembaca
melihat kekhasan Yogyakarta, menikmati keindahan alam pulau Bali dan Lombok,
dan nuasa kehidupan orang Medan.
Penggambaran
karakter Kayla di awal-awal bab sangat kuat, tidak hanya dalam bentuk deskripsi
verbal juga dialog tokohnya. Tapi karakter Kayla seperti lenyap seiring dengan
perubahan penampilan Kayla yang menjadi modis. Terlihat dari bagaimana Kayla
menyikapi stres terhadap pekerjaan, bosnya yang galak dan hubungannya dengan
Ruben. Tanpa candaan atau spontanitas khas Kayla yang cuek dan gokil. Karakter bukan
sesuatu yang instan seperti juga perubahannya. Begitupun perubahan penampilan Kayla,
tanpa masa transisi melewati istilah, ‘cantik itu sakit’ untuk orang yang tidak
terbiasa dengan beragam perawatan dan diet.
Sebaliknya
karakter Ruben kurang dieksploitasi. Padahal dengan sudut pandang orang ketiga,
penulis memiliki ruang bebas untuk itu. Tidak ada ‘greget’ perasaan Ruben
terhadap Kayla. Dan masih ditemui beberapa typo error.
Namun
kepandaian Eka meramu kata, membuat buku ini enak di baca, mengalir dan menutupi
kekurangan yang saya sebutkan di atas. Dan pesan yang paling saya suka dari
buku ini bagaimana seharusnya perempuan menjaga diri dan kehormatannya. (rs)
0 komentar:
Posting Komentar