Minggu, September 22, 2013

Labirin Rasa



Judul Buku          : Labirin Rasa 
Penulis                 : Eka Situmorang-Sir
Penerbit              : WahyuMedia
Tahun                   : 2013
Hal                          : 394















Mencari sang Pangeran Fajar
Resensor : Rina Susanti

Cinta selalu menjadi thema yang menarik dan tak pernah habis untuk dieksploitasi. Padahal cinta itu sederhana, cukup mencintai dan dicintai apa adanya. Namun yang sulit adalah memastikan apakah sebuah rasa itu cinta, obsesi atau kasihan.

Rasa memang kerap menjebak seperti labirin, jalan rumit yang tak berujung. Namun dalam novel Labirin Rasa, si tokoh utama Kayla, memilih berpetualang di labirin rasa untuk menemukan rasa cinta dari sang Pangeran Fajar yang dikirimkan Tuhan untuknya.

Kayla, gadis tomboy, gendut, jerawatan jarang mandi, cuek dan gokil jatuh cinta pada Ruben, lelaki peranakan dengan fisik yang hampir sempurna, ganteng, tinggi, berkulit bersih dengan tampang mirip artis FTV. Keduanya bertemu di kereta dalam perjalanan menuju Yogyakarta. Kayla dengan gayanya yang spontan dan cuek, mampu mencuri perhatian Ruben. Walaupun jelas Kayla bukan perempuan cantik, langsing, wangi, nan semampai selera Ruben.

Selama di Yogyakarta Ruben dipaksa menjadi guide Kayla. Pertemuan yang intens membuat Ruben jatuh hati  pada Kayla yang berbeda dari perempuan kebanyakan yang selama ini di kenalnya. Namun di sisi lain, sifat mandiri Kayla membuat Ruben merasa tidak dibutuhkan.

Sementara itu Kayla yakin jika Ruben adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan, seperti yang tertulis dalam surat wasiat yang ditinggalkan Eyangnya.

Keyakinan yang membuat Kayla tidak menerima ketika  Ruben mengatakan bahwa hubungan mereka tak lebih dari sekedar teman. Patah hati memang membuat Kayla bangkit, dengan kembali kuliah dan lulus dengan nilai baik setelah sebelumnya berkelana ke berbagai pulau untuk menyembuhkan luka hatinya.

Waktu kembali mempertemukan keduanya dan   membangkitkan keyakinan Kayla bahwa Ruben adalah jodohnya.  Maka Kayla pun memutuskan mengikuti kemanapun Ruben pergi. Dan pilihannya adalah Medan. Kota yang mempertemukan Kayla dengan setengah dari akar budayanya yang ada dalam dirinya, tanah kelahiran Ayahnya.

Perjalanan cinta keduanya tidaklah mulus karena Ruben selalu berusaha menarik perhatian perempuan lain tapi selalu dimaafkan sampai pengkhianatan fatal dilakukan dan tidak bisa ditolerir Kayla. Pada saat yang bersamaan Kayla menyadari, Ruben bukanlah Pangeran Fajarnya, rasa cinta itu ada untuk seseorang yang selama ini ia abaikan kehadirannya.

Labiran Rasa adalah Novel debutan Eka Situmorang-Sir, blogger penyuka travelling. Tak heran jika dalam buku perdananya ini, Eka memasukkan unsur travelling. Pengajak pembaca melihat kekhasan Yogyakarta, menikmati keindahan alam pulau Bali dan Lombok, dan nuasa kehidupan orang Medan.

Penggambaran karakter Kayla di awal-awal bab sangat kuat, tidak hanya dalam bentuk deskripsi verbal juga dialog tokohnya. Tapi karakter Kayla seperti lenyap seiring dengan perubahan penampilan Kayla yang menjadi modis. Terlihat dari bagaimana Kayla menyikapi stres terhadap pekerjaan, bosnya yang galak dan hubungannya dengan Ruben. Tanpa candaan atau spontanitas khas  Kayla yang cuek dan gokil. Karakter bukan sesuatu yang instan seperti juga perubahannya. Begitupun perubahan penampilan Kayla, tanpa masa transisi melewati istilah, ‘cantik itu sakit’ untuk orang yang tidak terbiasa dengan beragam perawatan dan diet.

Sebaliknya karakter Ruben kurang dieksploitasi. Padahal dengan sudut pandang orang ketiga, penulis memiliki ruang bebas untuk itu. Tidak ada ‘greget’ perasaan Ruben terhadap Kayla. Dan masih ditemui beberapa typo error.

Namun kepandaian Eka meramu kata, membuat buku ini enak di baca, mengalir dan menutupi kekurangan yang saya sebutkan di atas. Dan pesan yang paling saya suka dari buku ini bagaimana seharusnya perempuan menjaga diri dan kehormatannya. (rs)


*547 kata J

Resensi ini diikutsertakan dalam lomba review novel Labirin Rasa




0 komentar:

Posting Komentar