Judul
Buku : Cerita Di Balik Noda
Penulis
: Fira Basuki
Penerbit
: Gramedia
Tahun
: Januari 2013
Tebal
: 234 hal
Noda dan Warna Hidup
Beberapa orangtua membatasi
interaksi anak dengan lingkungan di luar rumah dengan alasan agar anak pintar,
berkelakuan baik dan sehat. Karena
persinggungan dengan dunia di luar rumah membuat anak dengan atau tanpa
sengaja terkena kotor atau jatuh dan
terluka. Kotor identik dengan kuman dan menyebabkan sakit, jatuh dan luka
membuat anak kesakitan, bergaul dengan anak berstatus sosial berbeda dikhawatirkan
terpengaruh ketularan bahasa yang kasar. Namun beberapa orangtua melakukan hal
sebaliknya.
Seperti cerita Baju Kreatif (hal
179), seorang ibu yang mendukung
kreativitas putrinya, Salsa, mendaur ulang sampah plastik kemasan. Keterampilan
yang didapat Salsa dari sekolah. walaupun untuk itu Salsa harus mengorek-ngorek
sampah, mencari sampah yang bisa didaur
ulang. Di luar dugaan, apa yang dilakukan Salsa ternyata menginspirasi lingkungan sekitarnya
untuk berbuat hal yang sama, bahkan produk daur ulang tersebut menjadi lahan
bisnis.
Lain dengan cerita Demi sekantung
beras (hal 184), pertemanan Radya dengan Adi yang status sosial ekonominya
rendah membuat Radya belajar arti sebuah kerja keras. Cerita berawal saat Radya
menyaksikan beras yang dibeli Adi untuk keluarganya jatuh ke tanah yang becek.
Didorong rasa kasihan Radya memberikan uang jajannya pada Adi namun ditolak.
Adi lebih suka bekerja daripada diberi.
Cerita di atas adalah 2 dari 42
cerita dalam Buku Cerita Di Balik Noda. Tiga puluh delapan cerita dalam buku tersebut tersebut adalah
cerita (true story) para ibu pemenang
kontes Berani Kotor yang diadakan Rinso Indonesia beberapa waktu lalu, yang
dikembangkan dan ditulis ulang Fira
Basuki, seorang penulis perempuan Indonesia yang telah menerbitkan buku-buku best seller. Empat cerita lain adalah
tulisan Fira Basuki berdasarkan pengalaman orang lain yang di dengarnya.
Pemilihan cerita berjudul Bos
Galak sebagai pembuka buku ini menurut saya sangat tepat. Pesan yang disampaikan mengenai noda dalam cerita ini cukup menghentak. Cerita yang hampir serupa
adalah Sarung ayah. Keduanya mengenai sebuah noda yang justru dikenang saat
pemilik noda itu telah tiada. Cerita yang mendorong pembaca mengurutkan ingatan
ke belakang mengenai noda yang pernah dibuat anak dan bagaimana saat itu kita
menyikapi noda tersebut. Marahkah atau menertawainya sebagai hal yang lucu? Sikap
yang nyatanya bisa berdampak besar.
Cerita lain tak kalah menarik,
walaupun memiliki thema besar yang sama yaitu bagaimana sebuah noda yang dibuat
seorang anak selalu memiliki cerita penuh hikmah dan pembelajaran tapi karena
setiap cerita beda dan unik, pembaca tidak akan bosan saat membaca dari cerita satu ke cerita
berikutnya. Pembelajaran mengenai empati seperti pada cerita Agi Tidak Pelit (173) dan Celengan (29) , toleran pada Teman Sejati (227), bekerja keras di cerita Demi Sekantung Beras (183)dan Penangjap Ikan Cupang (161), menciptakan kreativitas pada cerita Batik Kreasi Ivan (122) dan lain sebagainya. Selain tentu saja karena kepiawaian Fira Basuki dalam menulis yang
membuat buku ini enak di baca, bahasanya ringan dan sederhana.
Namun ada beberapa cerita yang
terasa kurang natural, dilihat berdasarkan kesesuaian cerita dan kemampuan anak
di usia tersebut. Misal cerita Nasi Bungkus Cinta (hal 38), Farhan (10 tahun)
dan teman-temannya memasak sendiri nasi
bungkus yang diberikan kepada para korban banjir. Padahal dengan menyebutkan sedikit
keterlibatan orangtua teman Farhan dalam
memasak tidak akan mengurangi esensi cerita, karena kepedulian Farhan dan
teman-temannya yang dibarengi aksi untuk membantu korban banjir merupakan hal yang
luar biasa untuk anak seusianya. Ditemukan juga kesalahan penulisan seperti di
halaman 128 kata capek menjadi capai.
Terlepas kritik yang saya tulis
di atas, semua cerita dalam buku ini membuka mata pembaca terutama orangtua, bahwa
noda pada pakaian atau bagian tubuh anak tidak selalu identik dengan nakal, kotor,
kuman dan penyakit. Noda adalah akibat
interaksi anak dengan lingkungan dimana dia belajar dan mencerna dari apa yang
dirasakan, dilihat dan didengarnya. Selalu ada pelajaran yang di dapat anak dan
orangtua dari noda yang dibuat anak sekecil apapun itu. Noda akan yang
memberikan warna dalam hidup, haru, sedih atau lucu, saat mengenangnya kelak. Berani kotor
itu baik! (rs)
Review ini diikutsertakan dalam lomba Kontes Ngeblog Review Buku 'Cerita Di Balik Noda' yang diadakan Rinso Indonesia dan Kelompok Emak-Emak Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar