Judul Buku : @Anak Juga Manusia
Penulis : Angga Setyawan
Penerbit :Noura Books (grup Mizan)
Tahun : Mei 2013
Hal : 175
ISBN : 978-602-7816-32-9
Anak Juga Manusia
Resensor Rina Susanti
resensi ini dimuat juga koran jakarta edisi 20 september 2013 bisa cek di sini
resensi ini dimuat juga koran jakarta edisi 20 september 2013 bisa cek di sini
Beberapa orangtua tidak
menyadari, pentingnya belajar jadi orangtua, akibatnya mereka kerap dibuat
bingung dengan perilaku anak dan mudah melabeli anak dengan kata-kata negatif. Padahal
perilaku yang dilabeli orangtua negatif seperti tidak mau diam dan tantrum adalah tahapan yang harus dilalui anak karena
dorongan rasa ingin tahu yang besar dan emosinya yang belum stabil.
Banyak cara untuk bisa memahami
tingkah laku anak-anak dan belajar
caranya menjadi orangtua. Browsing melalui internet, membaca buku
parenting, ikut seminar, pelatihan atau konsultasi dengan psikolog anak. Memang
perlu waktu dan biaya tapi jumlah itu akan sebanding dengan hasil yang di dapat.
Karena perlakuan orangtua terhadap anak akan menjadi bekal dalam mengarungi
kehidupannya kelak. Mempersiapkan diri sebagai orangtua adalah
tentang bagaimana kita berproses untuk mendidik diri sendiri. Karena diperlukan kesabaran, pengorbanan dan
sikap menerima anak apa adanya.
Buku ini, berawal dari sebuah
kultweet dan tweet dengan akun @anakjugamanusia, yang karena mendapat banyak
respon positif, penulis membukukannya dengan melakukan penambahan agar buku ini
lengkap. Seperti judulnya yang menggelitik, isi bukunya pun cukup menyentil
para orangtua untuk menilik kembali pola asuh yang diterapkan selama ini. Marah
saat anak berbuat salah, memukul, mengancam atau mempermalukannya di depan
umum. Padahal anak adalah manusia yang membutuhkan teman untuk tumbuh dan
belajar dalam prosesnya menjadi dewasa.
Berikut adalah beberapa tweet
dalam buku ini;
@anakjugamanusia Mendidiklah
bukanlah semata transfer pengetahuan saja, tetapi juga menyiapkan anak-anak
agar sanggup mendidik dirinya sendiri sepanjang hidup (hal 21)
Menjejali anak dengan beragam
keterampilan tanpa mengukur kemampuan anak dengan dalih untuk kebaikan masa
depan. Namun yang kerap dilupakan orangtua adalah menanamkan kesadaran atau
melatih bahwa belajar adalah kebutuhan hidup. Akibatnya anak-anak hanya mau
belajar ketika disuruh atau dipaksa. Pola ini terbentuk hingga mereka dewasa,
sehingga proses belajar mereka berhenti selepas kuliah. Padahal hidup adalah proses
belajar tiada henti.
Setiap anak punya peluang untuk
sukses. Tugas kita bukanlah memastikan keberhasilan mereka. Tugas kita adalah
mendorong mereka untuk berani mencoba. Karena berani mencoba adalah awal sebuah
perjalanan (hal 44).
@anakjugamanusia kebahagian
bukanlah karena anak mencapai sesuatu yang besar di depan sana, tetapi karena
kita bersyukur pada hal-hal kecil yang akhirnya berkumpul menjadi besar (hal
59).
@anakjugamanusia Anak-anak suka
sekali mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Memang begitulah cara
mereka belajar, tetapi kadang orangtua terlalu cepat melarang (hal 65).
Padahal seharusnya orangtua jadi
fasilitator anak untuk belajar dan hindari terlalu banyak melarang.
@anakjugamanusia semua anak
terlahir dengan keyakinan ‘belajar itu asik karena bermain’, tetapi kita
singkirkan keasyikan itu dengan menyuruhnya duduk diam di depan meja (hal 107).
Banyak orangtua mengidentikkan
belajar sama dengan duduk manis sambil membaca dan atau menulis. Sebaliknya,
anak yang bermain terus di labeli, nakal atau malas belajar, padahal bermain
bagi seorang anak adalah proses dia belajar dan memahami sesuatu.
Apa yang dilakukan Nancy Elliot,
ibu dari Thomas Alva Edison, mungkin bisa dijadikan contoh. Ketika Thomas Alva
Edison dikeluarkan dari sekolahnya ibunya berkata,”Tidak apa-apa, Nak, mulai
besok kamu akan belajar dengan Mama.”
Ketika Thomas bertanya sesuatu
hal yang tidak dapat dijawab oleh ibunya dan oleh siapapun, ibunya
berkata,”Nak, Mama akan bantu kamu untuk cari di buku-buku di perpustakaan.”
Bahkan, pernah ibunya membantu Thomas mencari sebuah jawaban di buku-buku
perpustakaan selama hampir satu bulan (hal 87).
Semua anak genius, tugas orangtua
adalah menyediakan diri dan hati membantu mereka menemukan apa yang disukai dan
dijalani dengan potensi yang mereka miliki. Semua anak sempurna jika orangtua mau melihat dan memahami mereka
dengan hati dan menerima anak apa adanya.
Orangtua seharusnya mau terus
belajar dan meng upgrade diri untuk bisa mendukung tumbuh kembang anak agar kelak
menjadi pribadi yang matang, mandiri, memiliki kemauan untuk terus belajar dan
sukses dalam kehidupan sosial bermasyarakat. (rs)
2 komentar:
Kalau menurutku anak memang ladang pendidikan Mbak, mendidik kita untuk sabar, kreatif, cerdas dan lebih banyak lagi pendidikan yang kita dapat dari anak. Kalau dari pandangan lahiriah sepertinya kita yang mendidik mereka ya, padahal sebenarnya kita juga sedang dididik oleh mereka. Banyak ilmu yang kita dapat secara tak sengaja saat kita berkecimpung dengan mereka.
setuju, kita di didik mereka supaya lebih sabar n bijak ya...:)
Posting Komentar