Penulis : Rini Nurul Badariah
Untuk membuka lembaran hidup baru, jalan berliku harus dilalui. Dengan calon pasangan, ada hal-hal yang perlu didiskusikan: pandangan hidup, cita-cita, rencana masa depan, konsep keluarga, sampai pengelolaan ekonomi dan pengasuhan anak, tentu saja berikut tempat tinggal. Dengan keluarga, harus pula presentasi bersama karena akan sukar menempuh biduk lanjutan ini tanpa restu khususnya dari orangtua kedua belah pihak.
Orangtua dahulu [dalam bahasa Sunda] mengatakan bahwa jodoh itu 'jorok'. Terjemahan bebasnya, jodoh adalah misteri. Kita tak bisa menggunakan rancangan detail bagaikan arsitek, tak bisa menggunakan pola USP seperti hendak meluncurkan produk baru, tak bisa juga menggunakan analisis statistik regresi atau berpandu pada variabel terikat dan tidak terikat. Karena demikian abstraknya, proses pertemuan dengan sang jodoh mendebarkan sekaligus mengusik emosi. Simak saja tuturan para kontributor dalam buku ini.
Berjumpa belahan hati dari benua yang berjauhan, tak bisa ditampik bila memang sudah garis Yang Maha Kuasa. Istri-istri berkumpul di buku ini menuangkan suka-dukanya, terutama urusan birokrasi karena begitu melekat cap berkelimpahan materi pada orang asing sehingga dianggap 'layak' dipersukar dan dikenai tarif yang menggelembung dari biasanya. Padahal palu belum final. Di negeri yang hendak dijadikan kediaman kelak, masih menanti aneka pernik adaptasi. Bukan hanya dengan budaya sekitar, pemahaman keluarga suami terhadap muslim dan sejumlah perbedaan personal yang perlu dijembatani mengingat rata-rata kontributor saling mengenal melalui dunia maya pun harus dilalui seserius mungkin.
Dibandingkan Nikah Sama Bule, yang penyusun dan penerbitnya sama, saya lebih menyukai Jodoh dari Negeri Seberang. Dari segi judul, cenderung berkonotasi 'dewasa' karena tidak terlalu gaul. Klop dengan foto di kulit depannya yang indah, mengedepankan kecantikan cinta kala diikat di pelaminan dan menyatakan jelas bahwa kisah-kisah ini benar adanya. Masih dengan sisipan tips dan foto para kontributor beserta keluarga masing-masing, Jodoh dari Negeri Seberang enak dibaca lagi mengandung sejumlah pengetahuan yang dibutuhkan bagi Anda yang bersiap meniti dunia rumahtangga di rantau.
Ingin tahu di mana itu Comoro? Bagaimana mengharmoniskan diri dengan pasangan dari Turki? Bagaimana merenda hari-hari di Tokyo? Apakah pria asal Colombia memang semesra tokoh-tokoh sentral di telenovela? Cari tahu di buku ini.
Untuk membuka lembaran hidup baru, jalan berliku harus dilalui. Dengan calon pasangan, ada hal-hal yang perlu didiskusikan: pandangan hidup, cita-cita, rencana masa depan, konsep keluarga, sampai pengelolaan ekonomi dan pengasuhan anak, tentu saja berikut tempat tinggal. Dengan keluarga, harus pula presentasi bersama karena akan sukar menempuh biduk lanjutan ini tanpa restu khususnya dari orangtua kedua belah pihak.
Orangtua dahulu [dalam bahasa Sunda] mengatakan bahwa jodoh itu 'jorok'. Terjemahan bebasnya, jodoh adalah misteri. Kita tak bisa menggunakan rancangan detail bagaikan arsitek, tak bisa menggunakan pola USP seperti hendak meluncurkan produk baru, tak bisa juga menggunakan analisis statistik regresi atau berpandu pada variabel terikat dan tidak terikat. Karena demikian abstraknya, proses pertemuan dengan sang jodoh mendebarkan sekaligus mengusik emosi. Simak saja tuturan para kontributor dalam buku ini.
Berjumpa belahan hati dari benua yang berjauhan, tak bisa ditampik bila memang sudah garis Yang Maha Kuasa. Istri-istri berkumpul di buku ini menuangkan suka-dukanya, terutama urusan birokrasi karena begitu melekat cap berkelimpahan materi pada orang asing sehingga dianggap 'layak' dipersukar dan dikenai tarif yang menggelembung dari biasanya. Padahal palu belum final. Di negeri yang hendak dijadikan kediaman kelak, masih menanti aneka pernik adaptasi. Bukan hanya dengan budaya sekitar, pemahaman keluarga suami terhadap muslim dan sejumlah perbedaan personal yang perlu dijembatani mengingat rata-rata kontributor saling mengenal melalui dunia maya pun harus dilalui seserius mungkin.
Dibandingkan Nikah Sama Bule, yang penyusun dan penerbitnya sama, saya lebih menyukai Jodoh dari Negeri Seberang. Dari segi judul, cenderung berkonotasi 'dewasa' karena tidak terlalu gaul. Klop dengan foto di kulit depannya yang indah, mengedepankan kecantikan cinta kala diikat di pelaminan dan menyatakan jelas bahwa kisah-kisah ini benar adanya. Masih dengan sisipan tips dan foto para kontributor beserta keluarga masing-masing, Jodoh dari Negeri Seberang enak dibaca lagi mengandung sejumlah pengetahuan yang dibutuhkan bagi Anda yang bersiap meniti dunia rumahtangga di rantau.
Ingin tahu di mana itu Comoro? Bagaimana mengharmoniskan diri dengan pasangan dari Turki? Bagaimana merenda hari-hari di Tokyo? Apakah pria asal Colombia memang semesra tokoh-tokoh sentral di telenovela? Cari tahu di buku ini.
0 komentar:
Posting Komentar